Pomodo Logo IconPomodo Logo Icon
Tanya PomodoSemua Artikel
Semua
Pomodo
TwitterInstagram
Tentang
TeknologiKecerdasan BuatanKendaraan Listrik dan BateraiKeamanan SiberPengembangan SoftwareGadgets dan WearablePermainan Console, PC, Mobile dan VRRobotika
BisnisEkonomi MakroStartup dan KewirausahaanManajemen dan Strategi BisnisMarketing
SainsFisika dan KimiaMatematikaNeurosains and PsikologiKesehatan dan Obat-obatanIklim dan LingkunganAstronomi dan Penjelajahan Luar Angkasa
FinansialMata Uang KriptoInvestasi dan Pasar ModalPerencanaan KeuanganPerbankan dan Layanan KeuanganKebijakan Fiskal
Stories
Teknologi

AI dan Ancaman Keamanan Siber untuk Pengguna

Share

Berbagai ancaman keamanan siber yang didorong oleh AI menyebabkan kerentanan pada pengguna, dengan perusahaan seperti Google dan WhatsApp memperingatkan serta menghadapi upaya peretasan.

16 Jun 2025, 07.50 WIB

6 Cara Mudah Mengamankan Akun Google dari Ancaman Peretasan

6 Cara Mudah Mengamankan Akun Google dari Ancaman Peretasan
Akun Google sangat penting karena digunakan banyak orang untuk mengakses layanan dan aplikasi, bahkan aplikasi finansial. Oleh karena itu, penting untuk melindungi akun dari ancaman peretasan yang bisa terjadi kapan saja. Salah satu cara paling dasar adalah dengan menggunakan password yang kuat dan rumit, yang menggabungkan huruf besar dan kecil, angka, serta simbol. Hindari menggunakan informasi mudah ditebak seperti nama atau tanggal lahir. Mengaktifkan autentikasi dua faktor sangat dianjurkan karena memberikan lapisan keamanan tambahan saat login, seperti kode yang dikirim ke ponsel atau aplikasi autentikator. Penting juga untuk sering memeriksa perangkat yang terhubung ke akun Google. Jika ada perangkat tidak dikenal, segera keluarkan agar tidak bisa mengakses akun Anda kembali. Selain itu, batasi akses aplikasi pihak ketiga yang tidak lagi digunakan dan gunakan VPN saat memakai jaringan publik. Jangan lupa untuk tidak sembarangan klik link dari sumber yang tidak dikenal untuk mencegah phishing.
15 Jun 2025, 15.30 WIB

Google Anjurkan Pengguna Tingkatkan Keamanan Akun Gmail dengan Passkey

Google Anjurkan Pengguna Tingkatkan Keamanan Akun Gmail dengan Passkey
Google memperingatkan para pengguna Gmail dan layanan Google lainnya agar segera meningkatkan keamanan akun mereka karena serangan siber semakin meningkat. Saat ini, lebih dari 60% pengguna di Amerika Serikat mengalami peningkatan penipuan digital dan banyak yang pernah mengalami kebocoran data pribadi akibat cara masuk akun yang kurang aman. Mayoritas pengguna masih menggunakan kata sandi dan otentikasi dua faktor berbasis SMS, yang sudah tidak cukup efektif melindungi akun dari serangan yang semakin canggih. Serangan kini lebih banyak menggunakan metode pencurian kredensial lewat phishing dan rekayasa sosial, bukan peretasan sistem secara teknis. Google mendorong pengguna untuk beralih ke metode keamanan terbaru, yaitu passkey dan social sign-in seperti 'Sign in with Google'. Passkey memungkinkan masuk menggunakan sidik jari atau Face ID sehingga menghilangkan kebutuhan memasukkan kata sandi yang rentan diretas atau bocor. Generasi muda terutama Gen Z mulai beradaptasi dengan teknologi keamanan yang lebih canggih seperti passkey meskipun mereka masih kerap mengulang kata sandi lama. Google menyatakan bahwa penggunaan kata sandi akan semakin jarang di masa depan dan pengguna bisa mempercepat transisi ini demi keamanan akun yang lebih baik. Selain itu, Google juga menyarankan pengguna berhenti menggunakan SMS 2FA dan lebih memilih aplikasi autentikator atau Google Prompt yang terbukti lebih aman. Laporan keamanan dari Check Point memperkuat kebutuhan akan perubahan ini karena ancaman peretasan terus meningkat dan pelaku semakin mudah mengakses akun dengan kredensial yang dicuri.
15 Jun 2025, 09.45 WIB

Waspada! Cara-Cara Penyadapan WhatsApp yang Sering Tidak Disadari

Waspada! Cara-Cara Penyadapan WhatsApp yang Sering Tidak Disadari
WhatsApp merupakan aplikasi pesan yang populer dan menggunakan enkripsi end-to-end untuk menjaga privasi pengguna agar isi pesan tidak bisa diakses orang lain, kecuali pengirim dan penerima. Namun, meskipun teknologi ini canggih, ada berbagai cara supaya WhatsApp bisa disadap oleh pihak tidak bertanggung jawab. Salah satu cara yang sering terjadi adalah melalui akses langsung ke ponsel korban. Jika pelaku bisa memegang HP korban, mereka bisa membuka WhatsApp Web dari browser dan membaca atau mengirim pesan seolah-olah mereka adalah pemilik akun asli tanpa sepengetahuan korban. Pelaku juga bisa mendapatkan kode verifikasi WhatsApp jika mereka menguasai nomor telepon korban. Dengan kode tersebut, mereka dapat masuk ke akun WhatsApp korban di perangkat lain dan memantau semua percakapan. Metode ini sangat berbahaya karena mereka sepenuhnya mengendalikan akun korban. Selain itu, para penyadap juga dapat menggunakan spyware, yaitu perangkat lunak yang dipasang diam-diam di HP korban untuk mencuri data pribadi dan isi pesan yang dikirim. Penyadapan juga mungkin terjadi lewat fitur pencadangan chat ke layanan seperti Google Drive atau iCloud jika pencadangan tersebut tidak dienkripsi dengan baik. Terakhir, pengguna perlu hati-hati saat berkomunikasi dengan nomor yang tidak dikenal karena IP Address bisa terlihat oleh lawan bicara. Bahkan fitur WhatsApp seperti Quote bisa dimanfaatkan untuk memanipulasi isi pesan agar tampak berbeda dari aslinya. Semua hal ini menunjukkan pentingnya waspada terhadap keamanan WhatsApp.
14 Jun 2025, 21.45 WIB

Berapa Energi dan Air yang Diperlukan ChatGPT? Dampak Lingkungan AI Terungkap

Berapa Energi dan Air yang Diperlukan ChatGPT? Dampak Lingkungan AI Terungkap
Teknologi kecerdasan buatan seperti ChatGPT menggunakan energi dalam bentuk listrik dan air untuk menjalankan dan mendinginkan pusat data yang menyimpan servernya. Walaupun jumlah energi dan air yang digunakan per kueri terlihat kecil, kalau dikalikan dengan miliaran permintaan dalam sehari, angka tersebut menjadi signifikan. Sam Altman, CEO OpenAI, mengungkapkan bahwa setiap permintaan atau kueri ChatGPT menggunakan sekitar 0,000085 galon air dan 0,34 watt-hour listrik. Konsumsi listrik ini setara dengan menyalakan oven selama satu detik atau bohlam hemat energi selama dua menit. Faktor lingkungan seperti lokasi pusat data, iklim sekitar, dan sistem pendingin yang dipakai sangat mempengaruhi jumlah air yang digunakan untuk mendinginkan server-server AI. Jadi, penggunaan air ini tidaklah sama untuk setiap layanan AI. Penelitian menunjukkan konsumsi energi untuk AI dapat mengalahkan penambangan Bitcoin yang memang dikenal menggunakan energi besar. Berbeda dengan Bitcoin yang terbatas pada satu industri, AI dipakai di banyak sektor sehingga dampak lingkungannya berpotensi jauh lebih besar. Meski begitu, Altman optimis bahwa biaya menjalankan AI akan turun seiring waktu dan mendekati harga listrik, sehingga teknologi AI bisa menjadi lebih terjangkau dan mudah diakses oleh masyarakat luas.

Baca Juga

  • AI dan Ancaman Keamanan Siber untuk Pengguna

  • Inovasi China dalam Mobilitas Elektrik dan Otonom

  • Persaingan Teknologi AS-China Mempengaruhi Industri Chip Global

  • Kemajuan dan Tantangan Hukum dalam Robotika AI

  • Persaingan Meningkat dalam Industri Kendaraan Listrik Otonom