
Industri private equity kini menghadapi masa sulit akibat ketidakpastian kebijakan yang sedang berlangsung sejak pemerintahan Trump. Ini menyebabkan pasar IPO dan M&A menjadi lesu dan membuat banyak investor enggan untuk berkomitmen pada dana baru.
Permira, sebuah perusahaan private equity besar yang didirikan sejak tahun 1985, telah mengelola lebih dari Rp 1.32 quadriliun ($80 miliar) modal dan terkenal dengan investasi pentingnya seperti di platform Klarna dan Squarespace.
Menurut laporan Bain & Company, nilai transaksi buyout global pada kuartal kedua 2025 turun 16% dibandingkan kuartal pertama, dan tidak ada dana besar yang berhasil mengumpulkan modal lebih dari Rp 82.22 triliun ($5 miliar) pada kuartal pertama tahun ini.
Para CEO di industri ini menjelaskan bahwa kelesuan pasar IPO karena regulasi dan sifat pemegang saham yang tidak sabar membuat exit melalui pasar publik menjadi kurang menarik, sehingga perusahaan lebih memilih bertahan di private market.
Meskipun tekanan global dan ketidakseimbangan antara permintaan dan pasokan modal mencapai titik tertinggi dalam lebih dari satu dekade, industri private equity masih bertahan tapi menghadapi tantangan besar dalam menemukan exit, mendistribusikan dana, dan mendapatkan modal baru.