
Gelombang besar pemutusan hubungan kerja (PHK) diprediksi akan semakin parah akibat perkembangan kecerdasan buatan atau AI. Perusahaan teknologi di seluruh dunia mulai menggunakan AI untuk meningkatkan efisiensi operasional mereka.
Sebagai contoh, perusahaan keamanan siber asal Amerika Serikat, CrowdStrike, pada Mei lalu mengurangi 5 persen tenaga kerjanya karena AI membuat banyak pekerjaan menjadi lebih efisien dan dapat dilakukan dengan lebih sedikit staf.
CEO dari perusahaan e-commerce besar Shopify, Tobi Lutke, menyatakan bahwa penambahan tenaga kerja sekarang harus dibuktikan bahwa tugasnya tidak dapat dilakukan oleh AI, karena AI sudah bisa menjadi pelaksana langsung pekerjaan tersebut.
Perusahaan platform belajar bahasa Duolingo juga mengambil langkah yang sama dengan mengurangi penggunaan kontraktor dan menggantinya dengan teknologi AI, hanya menambah karyawan jika pekerjaan tidak bisa otomatisasi oleh AI.
Sementara itu, CEO perusahaan telekomunikasi Inggris, BT, menargetkan pengurangan 40.000 pegawai dalam 10 tahun ke depan, menunjukkan bahwa AI berpotensi menghemat banyak tenaga kerja di masa depan.