
LastPass, salah satu layanan pengelola kata sandi paling terkenal, baru-baru ini mengalami pelanggaran data besar yang memengaruhi 1,6 juta pengguna di Inggris. Ini menjadi perhatian serius karena LastPass digunakan oleh jutaan orang dan ribuan perusahaan sebagai alat pengelola kata sandi mereka.
Penyebab utama pelanggaran ini adalah kegagalan LastPass dalam menerapkan langkah-langkah teknis dan keamanan yang cukup kuat, sehingga memungkinkan peretas untuk mengakses database cadangan mereka secara tidak sah. Meskipun kata sandi pengguna tidak diketahui berhasil didekripsi, insiden ini tetap menunjukkan kerentanan serius dalam sistem mereka.
Otoritas Informasi Inggris (ICO) telah memberikan denda sebesar £1,2 juta, yang setara dengan sekitar Rp 26.31 miliar ($1,6 juta) , sebagai bentuk sanksi atas kegagalan tersebut. ICO menegaskan bahwa LastPass seharusnya bisa menjaga data pelanggan dengan lebih baik, mengingat janji mereka untuk membantu meningkatkan keamanan pengguna.
Para ahli keamanan juga menyoroti bahwa masalah utama bukan hanya kata sandi, tetapi apa yang bisa diakses penyerang begitu identitas pengguna dikompromikan. Hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan keamanan secara menyeluruh, termasuk kesadaran staf dan pengelolaan risiko mitra, adalah sangat penting.
Meski insiden ini mengejutkan banyak pihak, penggunaan manajer kata sandi masih direkomendasikan sebagai cara meningkatkan keamanan digital. Namun, perusahaan penyedia layanan ini harus lebih bertanggung jawab dan meningkatkan tata kelola mereka untuk mencegah insiden serupa terjadi di masa depan.