
Penipuan melalui SMS dengan menggunakan perangkat SMS Blaster semakin sering terjadi di berbagai negara termasuk Asia, Eropa, dan Amerika Selatan. SMS Blaster sendiri adalah alat yang mampu mengirim ribuan SMS palsu secara massal dan menipu sistem keamanan yang digunakan di jaringan komunikasi. Perangkat ini dulunya mahal, tapi kini bisa dibeli dengan harga seperti sebuah laptop di situs gelap yang sangat mudah diakses.
Akibat dari penipuan ini, korban bisa kehilangan uang dalam jumlah sangat besar dalam waktu beberapa menit saja. Misalnya, ada korban yang kehilangan 2.000 poundsterling atau sekitar Rp44,5 juta dalam waktu singkat. Kejahatan ini tidak hanya menyasar masyarakat umum, tetapi juga karyawan dan jaringan perusahaan, karena lewat smishing penipu bisa mendapatkan kredensial penting di perusahaan yang akhirnya disalahgunakan.
Menurut laporan Aliansi Anti Penipuan Global, penipuan online telah menyita uang sebesar USRp 7.27 quadriliun ($442 miliar) atau sekitar Rp7.374 triliun sepanjang tahun lalu. Penipuan lewat SMS yang dikenal dengan smishing berada di peringkat kedua paling banyak dibandingkan penipuan lewat email. Meskipun penggunaan aplikasi pesan singkat sudah umum, SMS tetap penting karena digunakan untuk proses verifikasi, seperti pengiriman password satu kali dan otentikasi dua faktor.
Beberapa operator di Asia Pasifik telah mencoba memblokir tautan di SMS untuk mengurangi upaya smishing. Di Inggris, Ofcom mengusulkan aturan yang mewajibkan operator seluler untuk lebih aktif memblokir SMS penipuan, seperti memblokir nama pengirim palsu dan membatasi penggunaan SIM prabayar. Namun, perlindungan ini masih terbatas terutama untuk pesan yang dikirim secara massal.
Teknologi baru seperti Rich Communication Services (RCS) yang menawarkan enkripsi dan otentikasi lebih baik bisa menjadi langkah maju dalam mengatasi SMS palsu. Penghentian jaringan 2G dan 3G juga membantu memperkecil celah serangan. Selain itu, industri harus bekerja sama dengan pemerintah dan penegak hukum agar pelaku penipuan SMS Blaster bisa diberantas dengan efektif. Masyarakat juga disarankan untuk berhati-hati saat menerima SMS dari nomor tak dikenal dan tidak sembarangan memberikan informasi pribadi.