Pomodo Logo IconPomodo Logo Icon
Tanya PomodoSemua Artikel
Semua
Pomodo
TwitterInstagram
Tentang
TeknologiKecerdasan BuatanKendaraan Listrik dan BateraiKeamanan SiberPengembangan SoftwareGadgets dan WearablePermainan Console, PC, Mobile dan VRRobotika
BisnisEkonomi MakroStartup dan KewirausahaanManajemen dan Strategi BisnisMarketing
SainsFisika dan KimiaMatematikaNeurosains and PsikologiKesehatan dan Obat-obatanIklim dan LingkunganAstronomi dan Penjelajahan Luar Angkasa
FinansialMata Uang KriptoInvestasi dan Pasar ModalPerencanaan KeuanganPerbankan dan Layanan KeuanganKebijakan Fiskal
Stories
Finansial

Perluasan Arsenal Nuklir China dan Meningkatnya Ketegangan Geopolitik

Share

Perkembangan terbaru menunjukkan arsenal nuklir China mencapai 600 senjata, berkembang pesat melebihi AS dan Rusia, sementara ketegangan geopolitik antara Iran dan Israel meningkat akibat serangan dan pertahanan misil.

16 Jun 2025, 16.24 WIB

Pertumbuhan Cepat Senjata Nuklir China Picu Risiko Perlombaan Senjata Baru

Pertumbuhan Cepat Senjata Nuklir China Picu Risiko Perlombaan Senjata Baru
Laporan terbaru dari Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) menunjukkan bahwa persenjataan nuklir China tumbuh lebih cepat dibanding negara lain di dunia. Pertumbuhan ini terjadi pada saat kesepakatan pengendalian senjata nuklir semakin melemah, menimbulkan kekhawatiran akan perlombaan senjata nuklir yang berbahaya. Hampir semua negara yang memiliki senjata nuklir kini sedang melakukan program modernisasi besar-besaran untuk meningkatkan kemampuan senjata mereka. Total senjata nuklir di dunia pada tahun 2025 diperkirakan mencapai lebih dari 12.000 warhead, dengan sebagian besar disimpan oleh Rusia dan Amerika Serikat. Rusia dan Amerika Serikat masih menguasai hampir 90 persen dari total persenjataan nuklir dunia. Namun, selama 2024 jumlah senjata yang siap pakai stabil, meski kedua negara menjalankan program modernisasi untuk meningkatkan jumlah dan kualitas persenjataan mereka. China telah meningkatkan jumlah warhead nuklirnya dari sekitar 500 menjadi minimal 600 dalam satu tahun terakhir, dengan target mencapai 1.500 warhead pada 2035. Meski begitu, jumlah ini masih jauh lebih sedikit daripada milik Rusia dan AS. Korea Utara juga terus memperkuat program nuklirnya, sementara India, Pakistan, Perancis, dan Inggris mempertahankan stok mereka. Ekspertis dari Hans M. Kristensen menegaskan bahwa era penurunan senjata nuklir telah berakhir dan dunia kini memasuki periode peningkatan persenjataan dan retorika yang lebih agresif mengenai senjata nuklir. Hal ini memperlihatkan perlunya perhatian lebih serius terhadap ancaman keamanan global akibat meningkatnya risiko perlombaan senjata nuklir.
16 Jun 2025, 13.58 WIB

Serangan Rudal Iran Ke Tel Aviv dan Haifa Picu Kekhawatiran Perang Regional

Serangan Rudal Iran Ke Tel Aviv dan Haifa Picu Kekhawatiran Perang Regional
Ketegangan antara Iran dan Israel semakin meningkat setelah Iran melancarkan serangan misil ke kota Tel Aviv dan Haifa sebagai balasan atas serangan udara Israel ke fasilitas nuklir Iran. Serangan ini menghancurkan bangunan tempat tinggal dan menimbulkan korban jiwa serta luka-luka di kedua kota tersebut. Iran mengklaim berhasil menggunakan metode baru yang membuat sistem pertahanan rudal Israel saling mengenai satu sama lain, memperlihatkan bahwa pertahanan Israel tidak sempurna. Israel sendiri belum memberikan pernyataan resmi mengenai serangan ini, tetapi pejabat memperingatkan bahwa masa sulit masih akan datang. Pihak Iran merinci bahwa serangan Israel sebelumnya menewaskan sejumlah tokoh militer terkemuka mereka, dan menyerukan pembalasan besar-besaran. Namun, upaya diplomasi dan negosiasi nuklir yang rencana akan dilakukan pun ikut batal karena eskalasi kekerasan ini. Berbagai pemimpin dunia menyuarakan keprihatinan mereka terhadap konflik ini, dengan kelompok G7 menekankan pentingnya mencegah eskalasi lebih lanjut serta menjaga opsi diplomasi terbuka. Presiden AS juga menyatakan harapannya akan tercapai kesepakatan, meskipun situasi sulit. Selain itu, dukungan dari negara lain seperti Pakistan kepada Iran menambah dimensi internasional dalam konflik ini yang berpotensi mempengaruhi stabilitas kawasan dan keamanan global.
14 Jun 2025, 02.57 WIB

Konflik Memanas: Iran Balas Serangan Terbesar Israel dengan Rudal Balistik

Konflik Memanas: Iran Balas Serangan Terbesar Israel dengan Rudal Balistik
Ketegangan antara Israel dan Iran meningkat tajam setelah Israel melakukan serangan udara terbesar ke wilayah Iran, termasuk situs nuklir Natanz yang penting. Serangan ini mengakibatkan kematian beberapa komandan militer Iran dan memicu respons militer dari Iran. Sebagai balasan, Iran meluncurkan ratusan rudal balistik ke kota-kota utama Israel seperti Tel Aviv dan Yerusalem. Sirene peringatan serangan udara berbunyi dan sistem pertahanan udara Israel berhasil mencegat banyak serangan tersebut. Iran mengutuk keras tindakan Israel dan menyebut serangan itu sebagai awal dari peperangan. Ledakan juga dilaporkan terjadi di sejumlah lokasi di Iran, termasuk dekat Tehran dan situs nuklir Fordow di Qom. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menegaskan bahwa kampanye militer ini akan terus dijalankan sampai ancaman yang berasal dari Iran benar-benar teratasi. Ia juga mengingatkan akan sejarah panjang kegagalan mencegah kejahatan besar demi menyokong tindakannya. Sementara itu, presiden Amerika Serikat saat itu, Donald Trump, menyatakan bahwa pembicaraan nuklir dengan Iran masih memungkinkan dan menyerukan kedua pihak untuk mencari kesepakatan guna menghindari eskalasi lebih jauh.

Baca Juga

  • Direktur MicroStrategy Menjual Saham Mempengaruhi Strategi GameStop

  • Perluasan Arsenal Nuklir China dan Meningkatnya Ketegangan Geopolitik

  • Tim Trump Memperluas ke Cryptocurrency dengan Peluncuran Dompet Digital

  • Analisis Penghasilan dan Kondisi Kerja Pengemudi Taksi Online

  • Senat AS Menyetujui RUU Stablecoin, Mendorong Industri Kripto