
Laporan terbaru dari Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) menunjukkan bahwa persenjataan nuklir China tumbuh lebih cepat dibanding negara lain di dunia. Pertumbuhan ini terjadi pada saat kesepakatan pengendalian senjata nuklir semakin melemah, menimbulkan kekhawatiran akan perlombaan senjata nuklir yang berbahaya.
Hampir semua negara yang memiliki senjata nuklir kini sedang melakukan program modernisasi besar-besaran untuk meningkatkan kemampuan senjata mereka. Total senjata nuklir di dunia pada tahun 2025 diperkirakan mencapai lebih dari 12.000 warhead, dengan sebagian besar disimpan oleh Rusia dan Amerika Serikat.
Rusia dan Amerika Serikat masih menguasai hampir 90 persen dari total persenjataan nuklir dunia. Namun, selama 2024 jumlah senjata yang siap pakai stabil, meski kedua negara menjalankan program modernisasi untuk meningkatkan jumlah dan kualitas persenjataan mereka.
China telah meningkatkan jumlah warhead nuklirnya dari sekitar 500 menjadi minimal 600 dalam satu tahun terakhir, dengan target mencapai 1.500 warhead pada 2035. Meski begitu, jumlah ini masih jauh lebih sedikit daripada milik Rusia dan AS. Korea Utara juga terus memperkuat program nuklirnya, sementara India, Pakistan, Perancis, dan Inggris mempertahankan stok mereka.
Ekspertis dari Hans M. Kristensen menegaskan bahwa era penurunan senjata nuklir telah berakhir dan dunia kini memasuki periode peningkatan persenjataan dan retorika yang lebih agresif mengenai senjata nuklir. Hal ini memperlihatkan perlunya perhatian lebih serius terhadap ancaman keamanan global akibat meningkatnya risiko perlombaan senjata nuklir.