
Figma, sebuah perusahaan alat desain digital, baru saja merayakan kesuksesan penawaran umum perdana (IPO) mereka di pasar saham. Keberhasilan ini cukup mengejutkan, terutama karena sebelumnya Figma hampir diakuisisi oleh Adobe sebesar 20 miliar dolar. Namun, kesepakatan tersebut batal karena kekhawatiran dari berbagai badan pengawas termasuk Federal Trade Commission (FTC) di Amerika Serikat dan regulator di Eropa dan Inggris.
Lina Khan, mantan ketua FTC saat itu, menjadi sorotan karena perannya dalam pengawasan ketat terhadap akuisisi startup oleh perusahaan besar teknologi. Ia berpendapat bahwa membiarkan startup tumbuh secara mandiri tanpa langsung diakuisisi oleh raksasa teknologi seperti Adobe akan membantu menciptakan nilai yang jauh lebih besar dan mendorong persaingan yang sehat di industri teknologi.
Selama masa jabatannya, Khan menegaskan bahwa hanya sebagian kecil kesepakatan yang benar-benar ditinjau ulang oleh FTC, dan memilih pendekatan yang menguntungkan startup agar mereka punya banyak pilihan pengambilalihan, bukan hanya satu atau dua penawaran yang dominan. Meskipun pendekatan ini mendapat kritik dari beberapa kalangan bisnis teknologi, Khan tetap yakin ini adalah kunci agar inovasi terus berkembang.
Kemudian di hari Jumat, Lina Khan mengungkapkan di media sosial bahwa keberhasilan IPO Figma merupakan sebuah kemenangan tidak hanya untuk para karyawan dan investor, tetapi juga untuk inovasi dan publik secara umum. Ia melihat keberhasilan ini sebagai validasi dari kebijakan regulasi yang ketat yang ia terapkan pada akuisisi startup oleh perusahaan Big Tech.
Namun, tidak semua orang setuju dengan pendapat tersebut. Analis pasar Dan Ives menilai bahwa keberhasilan Figma murni berasal dari inovasi dan pertumbuhan perusahaan itu sendiri, bukan karena intervensi atau regulasi yang dilakukan oleh FTC maupun Lina Khan. Ini menunjukkan perdebatan yang masih berlangsung tentang peran regulasi dalam mendorong atau menghambat perkembangan perusahaan teknologi baru.