
Harga Bitcoin sangat dipengaruhi oleh kekuatan dolar AS dan jumlah uang yang beredar secara global. Saat ini, indeks dolar AS (DXY) sedang melemah, sementara pasokan uang M2 meningkat ke titik tertinggi dalam beberapa tahun terakhir. Kondisi ini biasanya mendukung kenaikan harga Bitcoin karena investor mencari aset yang tahan inflasi dan tidak terikat negara.
Selama sejarah 16 tahun Bitcoin, setiap kali dolar AS melemah selama periode-periode penting, harga Bitcoin sering naik tajam. Pelemahan dolar membuat investor beralih ke aset alternatif seperti emas dan Bitcoin sebagai penyimpan nilai. Fenomena ini sudah terlihat pada bull cycle Bitcoin di tahun 2013, 2017, dan 2021.
Penurunan tingkat suku bunga oleh bank sentral besar seperti Federal Reserve dapat membuat dolar lebih murah dan memacu permintaan Bitcoin. Di sisi lain, jumlah Bitcoin yang beredar akan berkurang setelah halving di tahun 2024, sehingga penawaran menjadi lebih terbatas. Kombinasi ini dapat meningkatkan harga Bitcoin secara signifikan.
Namun, ada risiko di balik positifnya kondisi ini, seperti inflasi yang meningkat dan kemungkinan kenaikan suku bunga secara tak terduga yang dapat membuat pasar aset berisiko terganggu. Sehingga, meskipun proyeksi harga Bitcoin sangat optimis, investor tetap harus hati-hati dan melakukan diversifikasi.
Motley Fool menyarankan agar sebelum membeli Bitcoin, investor mempertimbangkan saham-saham pilihan yang sebelumnya telah menunjukkan pengembalian luar biasa seperti Netflix dan Nvidia. Meskipun Bitcoin menjanjikan, ada peluang investasi lain yang tidak kalah menarik dan mungkin memberikan keuntungan lebih tinggi dalam jangka panjang.