Pomodo Logo IconPomodo Logo Icon
Tanya PomodoSemua Artikel
Semua
Fokus
Sains

Prediksi Akhir Zaman oleh Ilmuwan Global

Share

Beberapa ilmuwan dari berbagai negara, termasuk Jepang, mengeluarkan perhitungan terkait tanggal kiamat, menimbulkan kontroversi dan diskusi tentang kesiapan umat manusia menghadapi bencana besar.

01 Agt 2025, 12.45 WIB

Prediksi Kiamat Bumi: Matahari Jadi Raksasa Merah dan Ancaman Perubahan Iklim

Prediksi Kiamat Bumi: Matahari Jadi Raksasa Merah dan Ancaman Perubahan Iklim
Ilmuwan dari Universitas Toho di Jepang membuat prediksi mengenai masa depan Matahari dan dampaknya bagi Bumi. Mereka mengatakan bahwa Matahari akan mengalami perubahan menjadi Raksasa Merah dalam sekitar 5 miliar tahun mendatang. Ketika Matahari mengembang menjadi Raksasa Merah, ia akan menelan planet-planet di bagian dalam tata surya seperti Merkurius, Venus, dan Bumi. Namun, Bumi diperkirakan sudah tidak mendukung kehidupan jauh sebelum kejadian itu. Energi panas dan aktivitas Matahari, termasuk lontaran massa koronal serta sinar gamma, akan mematikan organisme di Bumi dulu. Manusia, bahkan jika masih ada, tidak akan menyaksikan kejadian ini. Selain ancaman tersebut, ilmuwan kini menyoroti perubahan iklim sebagai masalah yang jauh lebih mendesak. Dampak naiknya suhu global menyebabkan gangguan cuaca, bencana alam, dan kerusakan pertanian yang mengancam kehidupan manusia saat ini. Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan kerusakan akibat perubahan iklim bisa mulai terasa secara signifikan pada tahun 2030 dengan peningkatan kematian akibat penyakit. Sementara itu, manusia mungkin mengembangkan teknologi untuk menjajah planet lain seperti Mars.
01 Agt 2025, 11.30 WIB

Klarifikasi: Dunia Tidak Gelap Total pada 2 Agustus 2025, Tunggu Gerhana 2027

Klarifikasi: Dunia Tidak Gelap Total pada 2 Agustus 2025, Tunggu Gerhana 2027
Belakangan ini, banyak beredar kabar di media sosial yang mengatakan dunia akan gelap total selama enam menit pada tanggal 2 Agustus 2025. Kabar ini ramai diperbincangkan dan membuat banyak orang penasaran, hingga akhirnya tersebar luas. Namun, klaim itu ternyata tidak benar. Faktanya, tidak akan ada gelap total seperti itu pada tanggal 2 Agustus 2025. Kabar tersebut berasal dari kesalahpahaman tentang peristiwa astronomi yang sebenarnya terjadi dua tahun kemudian, pada tahun 2027. Pada 2 Agustus 2027 nanti, akan terjadi gerhana matahari total yang dijuluki sebagai "eclipse of the century" atau gerhana abad ini, yang akan berlangsung selama lebih dari 6 menit. Ini adalah gerhana matahari total terlama dalam abad ke-21. Jalur gerhana pada tahun 2027 ini akan melewati banyak negara di Eropa, Afrika, dan Asia, termasuk Spanyol, Tunisia, dan Mesir. Namun, Indonesia tidak akan melihat fenomena ini karena lokasi gerhana tidak melintasi wilayah tersebut. Untuk yang ingin menyaksikan gerhana matahari total ini, disarankan menandai tanggal 2 Agustus 2027 dan merencanakan perjalanan ke lokasi-lokasi terbaik seperti Tarifa di Spanyol, pantai Tunisia, atau Luxor di Mesir agar bisa menikmati fenomena alam langka ini.
01 Agt 2025, 07.00 WIB

Dampak Perubahan Iklim Terhadap Kualitas Susu Sapi dan Rasa Keju

Dampak Perubahan Iklim Terhadap Kualitas Susu Sapi dan Rasa Keju
Perubahan iklim yang terjadi saat ini menyebabkan berbagai dampak negatif pada produksi susu sapi di seluruh dunia. Salah satunya adalah perubahan pada rasa susu yang akan mempengaruhi rasa keju yang dihasilkan dari susu tersebut. Para ilmuwan dari Universite Clermont Auvergne di Prancis melakukan penelitian dan menemukan bahwa perubahan pola makan sapi akibat kekeringan membuat susu sapi berubah rasa dan kandungan gizinya. Sapi yang diberi pakan jagung dan konsentrat menghasilkan susu dengan volume yang sama dan emisi metana lebih rendah, namun susu ini terasa kurang gurih dibandingkan sapi yang merumput. Suhu panas yang meningkat juga menyebabkan sapi makan lebih sedikit sehingga daya tahan tubuhnya menurun, membuat sapi lebih rentan terhadap penyakit dan berdampak buruk pada kualitas susu. Fenomena ini tidak hanya terjadi di satu tempat saja, namun meluas ke berbagai negara, termasuk Eropa dan Brasil, yang juga mengalami penurunan kualitas susu akibat perubahan iklim.
29 Jul 2025, 08.00 WIB

Prasasti Qin Shi Huang Ungkap Ekspedisi Misterius Cari Eliksir Kehidupan

Prasasti Qin Shi Huang Ungkap Ekspedisi Misterius Cari Eliksir Kehidupan
Para arkeolog menemukan sebuah prasasti batu yang berusia sekitar 2.246 tahun di daerah pegunungan tinggi Qinghai, Tiongkok. Prasasti ini ditulis menggunakan aksara kecil yang umum dipakai saat Dinasti Qin dan menceritakan tentang sebuah ekspedisi rahasia yang dikirim oleh Kaisar Qin Shi Huang. Tulisan pada batu tersebut menceritakan bahwa pada tahun ke-26 masa pemerintahannya, Kaisar Qin Shi Huang memerintahkan lima Grand Master Yi untuk memimpin sekelompok alkemis melakukan perjalanan ke Pegunungan Kunlun di barat untuk mencari eliksir kehidupan atau obat keabadian. Kelompok alkemis ini melakukan perjalanan dengan kereta sampai mencapai Danau Zhaling di Qinghai, yang berada pada ketinggian sekitar 4.300 meter. Mereka kemudian melanjutkan perjalanan sekitar 75 kilometer menuju tujuan akhir mereka di pegunungan tersebut. Penemuan ini sangat penting karena prasasti tersebut adalah satu-satunya prasasti batu dari masa Qin Shi Huang yang masih berada di lokasi aslinya dan paling lengkap ditemukan sampai saat ini. Hal ini memberikan informasi baru yang tidak ditemukan dalam catatan sejarah resmi sebelumnya. Sebelumnya, catatan sejarah mencatat bahwa Kaisar Qin mengirim utusannya, Xu Fu, ke timur mencari eliksir kehidupan, namun prasasti ini menunjukkan adanya ekspedisi lain yang dilakukan ke arah barat. Ini membuka wawasan baru tentang cerita dan mitos seputar Kaisar Qin dan pencarian keabadian.
28 Jul 2025, 12.31 WIB

Ancaman Pemanasan Global Mencapai Titik Kritis, Butuh Tindakan Cepat Dunia

Ancaman Pemanasan Global Mencapai Titik Kritis, Butuh Tindakan Cepat Dunia
Pemanasan global telah menjadi ancaman serius bagi Bumi dengan suhu yang diprediksi akan mencapai 1,5 derajat Celcius pada tahun 2030, yang merupakan batas kritis dimana perubahan iklim tidak dapat dikembalikan lagi. Kondisi ini akan menyebabkan dampak besar seperti kepunahan spesies, kegagalan panen, dan kerusakan sistem iklim, yang akan dirasakan seluruh umat manusia. Beberapa negara kaya sudah berencana untuk mencapai karbon netral pada tahun 2050, namun Sekjen PBB Antonio Gueterres meminta agar target tersebut dipercepat menjadi 2040. Pengurangan emisi secara global menjadi hal yang sangat penting untuk mengurangi dampak pemanasan yang makin parah. Ketua IPCC Lee Hoesung mengatakan bahwa teknologi dan anggaran sudah tersedia untuk menangani perubahan iklim, namun yang menjadi kendala utama adalah kurangnya kemauan politik antarnegara untuk bekerja sama mencapai tujuan tersebut. Fenomena pemanasan global sudah dirasakan dengan suhu Bumi yang sekarang meningkat lebih dari 1,2 derajat Celcius dibandingkan masa pra-industri. Cuaca ekstrem pun lebih sering terjadi, dan es laut di Antartika mengalami penyusutan yang signifikan mencapai rekor terendah pada tahun 2023. Jika tidak ada tindakan cepat, pada tahun 2100 pemanasan global diperkirakan mencapai 1,8 derajat Celcius dan setengah populasi manusia akan hidup dalam kondisi panas dan kelembaban yang ekstrim, terutama di wilayah Asia Tenggara, Brasil, dan Afrika Barat.

Baca Juga

  • Terobosan dalam Komputasi Kuantum dan Fisika Kuantum

  • Kemajuan Teknologi Reaktor Nuklir untuk Energi Berkelanjutan dan Pengurangan Limbah

  • Prediksi Akhir Zaman oleh Ilmuwan Global

  • Penemuan Arkeologi Terobosan Mengungkap Perilaku Manusia dan Hewan Purba

  • Kemajuan Teknologi Fusi Nuklir AS untuk Energi Berkelanjutan