Pomodo Logo IconPomodo Logo Icon
Tanya PomodoSemua Artikel
Semua
Fokus
Sains

Kemajuan Tiongkok dalam Teknologi Antariksa dan Pertahanan

Share

Tiongkok terus memperkuat posisinya dalam teknologi antariksa dan pertahanan dengan menguji pembawa drone hipersonik terbaru, meluncurkan roket paling kuat menuju misi bulan, serta memperkenalkan drone pendaratan vertikal bertenaga jet untuk kapal perang. Selain itu, laboratorium Tsinghua berhasil memecahkan batasan kecepatan komputer selama 40 tahun, mendukung inovasi di sektor elektronik militer.

17 Agt 2025, 09.07 WIB

Insinyur Cina Hidupkan Sayap Putar untuk Pesawat Hipersonik Tanpa Awak

Insinyur Cina Hidupkan Sayap Putar untuk Pesawat Hipersonik Tanpa Awak
Insinyur di Cina sedang mengembangkan desain pesawat baru yang menggunakan sayap berputar miring, konsep lama dari tahun 1970-an, untuk menciptakan pesawat hipersonik tanpa awak yang mampu terbang lima kali kecepatan suara. Berbeda dengan pesawat konvensional, pesawat ini memiliki satu sayap yang bisa berputar hingga 90 derajat untuk menyesuaikan posisi sayap sesuai kecepatan, sehingga memperbaiki efisiensi dan stabilitas dari lepas landas hingga perjalanan hipersonik. Pada kecepatan rendah, sayap diposisikan tegak lurus untuk menghasilkan lift maksimal. Saat mendekati kecepatan suara, sayap mulai miring untuk mengurangi hambatan gelombang kejut tanpa mengorbankan daya angkat. Ketika mencapai Mach 5, sayap berputar sejajar dengan badan pesawat, menjadikannya pesawat tipe waverider yang memanfaatkan tekanan udara terkompresi untuk mendukung kecepatan sangat tinggi. Pesawat ini juga bisa mengirimkan kawanan drone ke wilayah musuh, menjadikannya alat strategis baru yang berpotensi mengubah taktik peperangan modern.
16 Agt 2025, 17.17 WIB

China Sukses Uji Roket Long March-10, Langkah Besar Menuju Misi Bulan 2030

China Sukses Uji Roket Long March-10, Langkah Besar Menuju Misi Bulan 2030
China baru saja berhasil melakukan uji mesin tahap pertama untuk roket Long March-10, yang rencananya akan digunakan untuk misi membawa manusia ke permukaan bulan pada tahun 2030. Pengujian ini dilakukan di pangkalan peluncuran di Pulau Hainan, dimana tujuh mesin YF-100K dinyalakan selama 30 detik menghasilkan 900 ton daya dorong. Roket Long March-10 ini dirancang jauh lebih kuat dibandingkan roket-roket China sebelumnya, bahkan memiliki daya dorong tiga kali lipat dari Long March-5. Keseluruhan roket bisa memiliki 21 mesin yang menyala sekaligus, membuatnya mampu mengangkat muatan seberat 27 ton ke bulan. Sebelumnya pada tahun 2023 juga dilakukan uji gabungan tiga mesin YF-100K, namun kali ini pengujian di peluncuran nyata merupakan yang pertama kalinya karena pengujian di test stand biasa tidak sanggup menahan beban dorong besar tersebut. Misi pendaratan manusia di bulan akan dilakukan dengan dua peluncuran roket berbeda yang membawa kru dan pendarat secara terpisah, dan keduanya akan bertemu di orbit bulan untuk melakukan dok. China juga berencana membangun pangkalan bulan internasional bersama Rusia pada tahun 2035. Selain versi pendaratan bulannya, China juga mengembangkan versi roket yang dapat digunakan kembali untuk misi ke orbit Bumi, mirip konsep roket Falcon 9 milik SpaceX. Ini menunjukkan ambisi besar China dalam memperkuat posisi mereka di industri luar angkasa global.
16 Agt 2025, 13.00 WIB

China Sukses Uji Roket Long March-10 untuk Misi Berawak ke Bulan 2030

China Sukses Uji Roket Long March-10 untuk Misi Berawak ke Bulan 2030
China telah berhasil melakukan uji coba mesin tahap pertama roket Long March-10 yang berlangsung sekitar 30 detik di pelabuhan antariksa Wenchang, Hainan. Ini adalah bagian penting dari program eksplorasi bulan ambisius China. Roket Long March-10 terdiri dari 21 mesin YF-100K yang menghasilkan daya dorong hampir 900 ton, tiga kali lipat dari daya dorong roket Long March-5 yang kini menjadi roket terkuat China. Tes ini membuktikan kemampuan mesin untuk beroperasi secara sinkron dalam berbagai kondisi tenaga, memberikan data lengkap untuk evaluasi lebih lanjut program antariksa berawak China. Roket ini dirancang untuk mengirimkan muatan seberat 27 ton ke orbit trans-lunar, yang akan mengangkut pesawat ruang angkasa berawak Mengzhou dan pendarat Lanyue untuk misi bulan. Target China adalah melaksanakan pendaratan berawak di bulan dan membangun basis penelitian ilmiah di kutub selatan bulan sekitar tahun 2030, menandakan ambisi besar dalam perlombaan antariksa global.
16 Agt 2025, 06.27 WIB

Inovasi TWT Miniatur China Tingkatkan Radar dan Perang Elektronik Modern

Inovasi TWT Miniatur China Tingkatkan Radar dan Perang Elektronik Modern
Dalam upaya memperbaiki sistem radar dan komunikasi modern, ilmuwan di China berhasil mengembangkan traveling-wave tube (TWT) miniatur yang dapat menguatkan sinyal frekuensi radio dalam jangkauan gelombang mikro dengan ukuran jauh lebih kecil dibandingkan model lama. TWT yang dirancang berukuran hanya sekitar 185x30x20 mm ini memiliki daya output yang tinggi, yaitu di atas 549 watt, dengan efisiensi transmisi sinyal yang sangat baik, sehingga sangat cocok untuk sistem phased array yang rumit dan membutuhkan ribuan elemen. Perangkat ini dapat memperluas jangkauan radar, meningkatkan akurasi deteksi, dan memberikan kemampuan jamming yang lebih baik pada sistem peperangan elektronik multi-beam, menjadikannya sebuah terobosan penting dalam teknologi militer. Proyek ini dikembangkan oleh tim yang dipimpin oleh Shi Xuechun dari Beijing Vacuum Electronic Research Institute dan menunjukkan kemajuan signifikan dalam bandwidth, power output, dan efisiensi dibandingkan TWT domestik sebelumnya. Miniaturisasi dan peningkatan performa ini membuka jalan bagi sistem radar dan komunikasi yang lebih ringan, fleksibel, dan efektif di berbagai jenis platform, memperkuat posisi China dalam kompetisi teknologi pertahanan global.
15 Agt 2025, 18.46 WIB

Drone VTOL Jet Pertama di Dunia Buatan Cina untuk Operasi Laut Lepas Landas Vertikal

Drone VTOL Jet Pertama di Dunia Buatan Cina untuk Operasi Laut Lepas Landas Vertikal
Insinyur penerbangan dari Universitas Beihang di Beijing mengembangkan sebuah drone tak berawak yang bisa lepas landas dan mendarat secara vertikal menggunakan rotor kecil dan mesin jet untuk terbang cepat. Drone ini dirancang agar bisa meluncur dari berbagai jenis kapal perang tanpa perlu landasan pacu. Proyek yang dimulai sejak tahun 2015 dan stabil pada 2019 ini menggabungkan teknologi mesin turbojet dengan rotor yang dapat ditarik masuk sehingga mengurangi hambatan udara saat drone melaju cepat. Desainnya memungkinkan drone tetap ringan dan kuat untuk tahan pendaratan di kapal dengan kondisi laut yang sulit. Kecepatan drone ini mencapai 228.53 km/jam (142 mph) dan mampu terbang dengan lancar saat beralih dari mode hover ke terbang cepat. Drone ini juga tahan panas dari mesin jet dan menggunakan bahan komposit serat karbon kuat, menjadikannya ideal untuk operasi militer di laut terbuka. Kemampuan drone ini memungkinkan kapal perang China menjadi pangkalan operasi udara maju, dimana drone dapat memantau, menyerang, atau melakukan pengintaian tanpa bergantung pada pangkalan darat atau kapal induk. Ini menjadikan drone ini penting untuk strategi militer China di kawasan samudra Pasifik dan India. Meski memiliki keunggulan kecepatan dan operasional, drone ini juga punya keterbatasan seperti bobot yang lebih berat dan keterbatasan bahan bakar karena harus membawa sistem rotor dan mesin jet sekaligus. Maka dari itu, drone ini lebih cocok untuk misi ringan seperti pengintaian, peperangan elektronik, dan serangan presisi.
15 Agt 2025, 17.00 WIB

Terobosan Algoritma Cina Percepat Navigasi Drone dan Telekomunikasi

Para ilmuwan komputer dari China berhasil mengatasi persoalan matematika yang telah ada selama 40 tahun dalam dunia teori komputer. Mereka fokus pada masalah menemukan jalur terpendek dari satu titik ke semua titik lain dalam sebuah jaringan, yang dikenal sebagai SSSP. Masalah ini penting untuk berbagai teknologi seperti navigasi drone dan telekomunikasi. Selama ini, algoritma yang paling banyak digunakan adalah algoritma Dijkstra yang memerlukan proses penyortiran yang lambat dan membatasi kecepatan perhitungan. Ilmuwan China berhasil menciptakan pendekatan baru yang tidak perlu melakukan penyortiran, melainkan hanya fokus pada jalur paling penting dan jarak terpendek saja. Penelitian ini dipimpin oleh Duan Ran dari Institute for Interdisciplinary Information Sciences di Universitas Tsinghua. Penemuan mereka dipublikasikan di platform arXiv dan langsung mendapatkan pengakuan dengan memenangkan Best Paper Award di konferensi STOC 2024 di Praha, Republik Ceko. Metode baru ini secara signifikan mengurangi waktu perhitungan dalam masalah jalur terpendek sehingga dapat meningkatkan performa aplikasi-aplikasi yang menggunakan jaringan kompleks. Ini sangat berarti khususnya dalam teknologi navigasi drone, telekomunikasi, dan pengelolaan evakuasi bencana yang memerlukan respons cepat dan akurat. Dengan adanya pendekatan baru ini, diharapkan berbagai teknologi yang bergantung pada pengolahan jalur tercepat dan efisien dapat berkembang lebih pesat. Ini membuka peluang besar bagi peningkatan kecepatan dan akurasi dalam berbagai bidang yang berkaitan dengan jaringan.

Baca Juga

  • Inovasi dan Kolaborasi Komputasi Kuantum

  • Kemajuan Tiongkok dalam Teknologi Antariksa dan Pertahanan

  • Debut Perdagangan Innogen Pharmaceutical yang Sukses di Hong Kong Meningkatkan Pasar Bioteknologi

  • Persaingan dalam Implan Otak Berbasis AI: Perlombaan OpenAI dan Neuralink untuk Memulihkan Kemampuan Manusia

  • Terobosan Komputasi Kuantum Mendorong Inovasi Teknologi