
Ann Johnson mengalami stroke batang otak ketika berusia 30 tahun yang menyebabkan hampir seluruh tubuhnya lumpuh sehingga ia tidak bisa berbicara atau bergerak, hanya bisa berkomunikasi melalui alat pelacak mata yang sangat lambat. Setelah 18 tahun, ia bergabung dalam sebuah uji klinis untuk mengembalikan suaranya dengan bantuan teknologi neuroprosthesis yang merekam sinyal otak.
Tim peneliti dari Universitas California Berkeley dan UCSF mengembangkan implant yang dipasang di area bicara otak, yang bisa mengambil sinyal ketika seseorang berusaha berbicara. Sinyal tersebut kemudian diubah oleh sistem AI menjadi ucapan audio dan teks, serta dihubungkan dengan avatar digital yang bisa mengekspresikan mimik wajah.
Sistem awal menggunakan model AI yang hanya bisa menghasilkan kalimat setelah seluruh pola dibaca, sehingga menimbulkan jeda 8 detik. Kini, berkat algoritma streaming, sinyal diterjemahkan secara real-time dengan hanya satu detik jeda, mempercepat dan memperlancar komunikasi.
Suara Ann Johnson direplikasi dari rekaman pidato pernikahannya tahun 2004, sehingga ia dapat mendengar kembali suaranya sendiri yang otentik. Avatar digital yang dipilihnya juga dapat menampilkan ekspresi wajah seperti senyum atau cemberut, membuat komunikasi terasa lebih personal dan hidup.
Para peneliti berharap neuroprosthesis ini akan menjadi alat standar bagi penderita stroke, ALS, atau cedera parah yang kehilangan kemampuan bicara, dengan pengembangan lebih lanjut berupa implant nirkabel dan avatar fotorealistik yang tidak hanya meniru suara tetapi juga gaya bertutur dan bahasa tubuh.