
Plastik yang didaur ulang sering memiliki kualitas buruk dan tidak dapat digunakan untuk hal-hal penting seperti bagian mobil atau konstruksi. Kurang dari 10 persen plastik yang dibuat bisa didaur ulang dengan efektif dan hasilnya sering tidak konsisten. Masalah ini membuat plastik yang didaur ulang tidak dipercaya untuk penggunaan yang menuntut kuat dan tahan lama.
Para peneliti dari Georgia Tech, dipimpin oleh profesor Christos Athanasiou, mengambil inspirasi dari struktur kerang laut yang disebut nacre. Struktur ini terbuat dari batuan keras yang disatukan dengan bahan lunak, sehingga mampu menyebarkan energi dan mencegah kerusakan besar sekaligus menciptakan material yang sangat kuat meski terbuat dari bahan yang tidak sempurna.
Mereka menggunakan plastik HDPE hasil daur ulang seperti film pembungkus palet sebagai 'batu bata', lalu melapisinya dengan perekat polymer yang lebih lunak sebagai 'mortir'. Dengan cara ini, mereka menciptakan material yang mampu mempertahankan kualitas plastik baru dan mengurangi ketidakpastian dalam performa bahan seperti kemampuan memanjang hingga 68%.
Selain itu, mereka juga menciptakan model matematika baru bernama Tension Shear Chain untuk mengukur tidak hanya kekuatan material tapi juga keandalannya. Pendekatan ini membuka kemungkinan plastik daur ulang dipakai untuk aplikasi yang dulu tidak mungkin, termasuk kemungkinan dimanfaatkan dalam konstruksi luar angkasa seperti yang dibutuhkan NASA.
Masa depan penelitian ini akan mengembangkan teknologi untuk plastik lain serta memakai perekat yang lebih ramah lingkungan. Dengan inovasi ini, masalah limbah plastik di Bumi bisa dikurangi dan membuka jalan bagi bahan bangunan yang tahan lama di luar angkasa, sehingga alam dan teknologi bisa berjalan selaras.