
Penemuan fosil tengkorak anak berusia sekitar 5 tahun di Israel membawa pemahaman baru tentang sejarah manusia. Fosil tersebut memperlihatkan ciri-ciri campuran antara Homo sapiens dan Neanderthal, yang sebelumnya diyakini terjadi jauh lebih lambat. Temuan ini membuktikan bahwa kedua spesies tersebut sudah kawin campur sekitar 140.000 tahun yang lalu, yang merupakan waktu lebih awal dibanding dugaan sebelumnya.
Studi ini dilakukan oleh tim dari Universitas Tel Aviv dan National Centre for Scientific Research Prancis. Analisis mereka menunjukkan bahwa migrasi manusia modern keluar dari Afrika terjadi tidak hanya sekali, tetapi berulang kali dalam ratusan tahun. Ini membuktikan sejarah migrasi manusia purba jauh lebih kompleks dari yang dipahami selama ini.
Selain itu, DNA manusia modern saat ini masih mengandung 2 hingga 6 persen gen Neanderthal, sebuah ciri yang diperoleh dari pertukaran genetik antara 60.000 hingga 40.000 tahun lalu. Namun, fosil terbaru ini ditemukan berumur 140.000 tahun, sehingga memberikan bukti kuat bahwa interaksi antara Homo sapiens dan Neanderthal sudah terjadi jauh lebih awal.
Neanderthal sendiri diperkirakan sudah tinggal di wilayah Israel sejak 400.000 tahun lalu, jauh sebelum yang diperkirakan sebelumnya sekitar 70.000 tahun. Kedua spesies bertemu dan berkembang biak di sebuah situs bernama Nesher Ramla di Israel sekitar 200.000 tahun lalu. Ini menegaskan bahwa kawin campur tidak hanya satu kali, tetapi terjadi berulang kali sepanjang sejarah manusia purba.
Penemuan fosil anak hasil kawin campur sebelumnya juga pernah ditemukan di Portugal pada tahun 1998. Namun, fosil di Israel ini jauh lebih tua dan memberikan bukti terpenting tentang hubungan genetik awal antara Homo sapiens dan Neanderthal. Penelitian ini membuka babak baru dalam pemahaman evolusi dan sejarah manusia.