Pomodo Logo IconPomodo Logo Icon
Tanya PomodoSemua Artikel
Semua
Fokus
Sains

Penemuan Arkeologi Baru Mencerahkan Peradaban Kuno dan Evolusi Manusia

Share

Penemuan arkeologi terbaru, termasuk situs kota karam 2.000 tahun di dekat Alexandria dan fosil berusia 140.000 tahun, memberikan wawasan baru tentang peradaban kuno dan evolusi manusia, memperdalam pemahaman kita tentang sejarah peradaban manusia.

23 Agt 2025, 19.50 WIB

Bagaimana Pasang Surut Teluk Persia Memicu Kejayaan Peradaban Sumer

Bagaimana Pasang Surut Teluk Persia Memicu Kejayaan Peradaban Sumer
Peradaban Sumer di Mesopotamia dikenal sebagai salah satu yang pertama di dunia. Dulu, banyak yang mengira mereka berkembang hanya karena kemampuan bertani yang inovatif. Namun, sebuah penelitian baru dari Clemson University dan Woods Hole Oceanographic Institution membuka perspektif berbeda tentang bagaimana masyarakat kuno ini mampu bertahan dan maju. Penelitian ini menemukan bahwa pasang surut air dari Teluk Persia pernah membantu irigasi pertanian secara alami dua kali sehari. Sistem irigasi alami ini memungkinkan para petani mengairi ladang mereka tanpa harus membangun saluran air besar atau teknologi rumit pada awalnya. Dengan kata lain, alam dan manusia bekerja sama secara harmonis. Namun, seiring waktu, perubahan lanskap dan sedimentasi yang membentuk delta mengurangi akses pasang surut tersebut. Situasi ini memaksa masyarakat Sumer untuk mulai membangun sistem irigasi buatan yang lebih besar dan rumit. Pembangunan infrastruktur ini kemudian memicu munculnya organisasi sosial yang lebih kompleks dan kemajuan budaya. Penelitian tersebut menggunakan teknologi modern seperti satelit dan analisis data lingkungan kuno untuk membuat peta terperinci dari wilayah sekitar Sumer. Dengan menggunakan metode ini, para peneliti berhasil menunjukkan bahwa mitos dan budaya Sumer sangat dipengaruhi oleh siklus pasang surut yang menjadi dasar kehidupan mereka sehari-hari. Pelajaran dari pengalaman Sumer sangat relevan untuk dunia modern. Pendekatan alami dalam mengelola sumber daya air dan lingkungan dapat menjadi solusi penting bagi kota-kota saat ini yang menghadapi tantangan perubahan iklim dan naiknya permukaan laut. Studi ini mengajak kita untuk belajar dari masa lalu dan beradaptasi bersama alam demi masa depan yang lebih baik.
22 Agt 2025, 21.34 WIB

Penemuan Kota Kuno Bawah Laut di Alexandria Mengungkap Rahasia Peradaban Tertenggelam

Penemuan Kota Kuno Bawah Laut di Alexandria Mengungkap Rahasia Peradaban Tertenggelam
Mesir baru-baru ini mengungkapkan penemuan arkeologi yang luar biasa di bawah laut Teluk Abu Qir, dekat Alexandria. Para penyelam berhasil mengangkat patung dan sisa bangunan yang berasal dari zaman Ptolemaik dan Romawi, memperluas pemahaman kita tentang kota kuno Canopus yang sekarang terkubur di bawah laut. Penemuan mencakup struktur batu kapur yang diperkirakan sebagai tempat ibadah, rumah tinggal, serta ruang perdagangan dan industri. Ada juga kolam dan reservoir yang diukir di batu, yang digunakan oleh masyarakat zaman dulu untuk menyimpan air dan memelihara ikan, hal ini membantu para ahli memahami manajemen sumber daya mereka. Salah satu item paling menarik adalah patung sphinx dengan tulisan raja Ramesses II. Selain itu ditemukan juga potongan patung dari batu granit dan marmer yang menunjukkan figur penting dari masa Ptolemaik dan Romawi, termasuk potret seorang bangsawan Romawi yang sudah rusak. Penggalian ini merupakan yang pertama dilakukan Mesir sesuai dengan aturan UNESCO tentang pelestarian warisan budaya bawah laut sejak tahun 2001, dengan pengambilan artefak secara ketat agar sebagian besar situs tetap terlindungi. Artefak yang berhasil diangkat akan direstorasi dan dipamerkan di Museum Nasional Alexandria. Kota Alexandria sendiri menghadapi ancaman serius dari penurunan tanah dan kenaikan permukaan laut, yang menimbulkan risiko banjir dan kerusakan bangunan. Untuk itu, pemerintah bekerja sama dengan mitra internasional untuk mengembangkan sistem peringatan dini dan perlindungan pesisir guna menjaga warisan budaya dan keamanan masyarakat.
21 Agt 2025, 07.07 WIB

Fosil Anak 140,000 Tahun di Israel Buktikan Perkawinan Neanderthal dan Homo Sapiens

Fosil Anak 140,000 Tahun di Israel Buktikan Perkawinan Neanderthal dan Homo Sapiens
Para ilmuwan menemukan fosil seorang anak berusia lima tahun dari Skhul Cave di Israel yang berumur sekitar 140,000 tahun. Fosil ini menunjukkan ciri-ciri campuran dari Neanderthal dan Homo sapiens, memberikan bukti fisik paling awal adanya percampuran antara kedua spesies manusia ini. Penelitian ini dilakukan menggunakan teknologi pemindaian mikro-CT yang mampu melihat detail struktur tengkorak, rahang, dan telinga anak tersebut. Hasilnya menunjukan tengkorak mirip dengan Homo sapiens, tapi rahang bawah dan bagian dalam telinga menyerupai Neanderthal. Penemuan ini sangat penting karena sampai saat ini fosil yang dianggap sebagai percampuran genetik antara kedua kelompok manusia purba baru ditemukan pada usia yang jauh lebih muda, yakni sekitar 28,000 tahun. Ini mengubah pandangan lama bahwa Neanderthal dan Homo sapiens baru berinteraksi sekitar 60,000 sampai 40,000 tahun lalu. Para peneliti juga menemukan bahwa keberadaan Neanderthal di wilayah tersebut sudah berlangsung lama, bahkan sekitar 400,000 tahun lalu. Mereka hidup berdampingan dan berinteraksi dengan kelompok Homo sapiens yang berasal dari Afrika, sehingga terjadi pertukaran genetik lebih awal dan berkelanjutan di kawasan Levant. Hasil studi ini mengubah pemahaman kita tentang bagaimana manusia purba berinteraksi. Mereka tidak hidup terpisah, melainkan saling membentuk melalui kontak dan perkawinan campur. Penemuan ini juga menguatkan keberadaan DNA Neanderthal dalam genom manusia modern yang menunjukkan sejarah genetik yang kompleks.

Baca Juga

  • Penemuan Arkeologi Baru Mencerahkan Peradaban Kuno dan Evolusi Manusia

  • Kemajuan dalam Integrasi Bioteknologi dan AI ke Produk Medis dan Konsumen

  • Tanda-Tanda Kiamat Mendekat Ditekankan oleh NASA dan Perubahan Lingkungan

  • Pesawat Luar Angkasa Militer Rahasia AS dan Rahasia Alien

  • Kemajuan Teknologi Reproduksi Hybrid Manusia-Nonmanusia