
Para peneliti di Universitas Houston berhasil menciptakan cara baru yang lebih efisien dan murah untuk menangkap emisi karbon dioksida yang berbahaya. Penangkapan karbon sangat penting untuk menghadapi perubahan iklim, karena mengurangi jumlah gas rumah kaca yang dilepaskan ke atmosfer. Inovasi ini berfokus pada penggunaan bahan amina yang umum dipakai dalam industri.
Biasanya, dalam sistem penangkapan karbon elektro-kimia, digunakan membran ion-exchange yang mahal dan kurang handal. Tim peneliti ini menggantikan membran tersebut dengan elektroda difusi gas yang dirancang khusus. Perubahan ini membuat proses lebih sederhana, mengurangi konsumsi energi, dan meningkatkan efisiensi penangkapan karbon hingga lebih dari 90 persen.
Sistem baru ini juga mampu menangkap karbon dengan biaya sekitar 70 dolar AS per ton, yang setara dengan teknologi terbaik saat ini. Peningkatan ini berarti teknologi bisa lebih mudah diterapkan di fasilitas yang sudah ada, seperti pabrik dan pembangkit listrik, tanpa perlu biaya mahal atau perubahan besar pada infrastruktur.
Selain itu, tim juga mengembangkan baterai aliran redoks vanadium yang dapat berfungsi dua kali: menyimpan energi terbarukan dan menangkap karbon sekaligus. Saat baterai dicas, karbon dioksida ditangkap, lalu saat baterai digunakan, karbon dilepaskan kembali, sambil menjaga kestabilan siklus energi dan kapasitas penangkapan yang baik.
Penggabungan penangkapan karbon dengan penyimpanan energi ini bisa membantu mengatasi masalah energi dari sumber terbarukan yang tidak stabil seperti matahari dan angin. Dengan teknologi ini, pembangkit listrik dan industri lainnya bisa mengurangi emisi sekaligus mengelola energi lebih baik, membuka peluang besar untuk masa depan rendah karbon.