Fokus
Bisnis

Pengaruh Ekonomi China melalui TikTok Shop di Indonesia Memicu Kekhawatiran Regulator

Share

Pengaruh ekonomi China melalui platform TikTok Shop di Indonesia menimbulkan kekhawatiran dari regulator terkait dampaknya terhadap persaingan dan kebijakan lokal. Berbagai pihak menyoroti upaya China dalam memperluas pengaruhnya melalui e-commerce dan dampaknya terhadap pasar domestik Indonesia.

06 Sep 2025, 07.09 WIB

Google Didenda Rp47 Triliun oleh Uni Eropa Atas Praktik Bisnis Curang di Adtech

Google Didenda Rp47 Triliun oleh Uni Eropa Atas Praktik Bisnis Curang di Adtech
Uni Eropa memberikan denda sebesar €2,95 miliar atau sekitar Rp47 triliun terhadap Google karena dianggap melakukan praktik bisnis anti-persaingan di sektor teknologi periklanan (adtech). Google diduga memberi perlakuan khusus pada layanan miliknya sendiri, sehingga menghalangi kesempatan bagi pesaing dan penerbit online dalam pasar yang besar dan sangat menguntungkan ini. Kasus ini bukan yang pertama, karena Google sudah menerima beberapa denda dari Uni Eropa sebelumnya, yang totalnya mencapai puluhan miliar euro. Komisi Eropa menilai bahwa praktik self-preferencing ini telah berlangsung sejak 2014 dan merugikan banyak pelaku usaha di pasar digital. Google diwajibkan untuk menghentikan praktik tersebut dan menyerahkan rencana kepatuhan dalam waktu 60 hari. Jika permintaan ini tidak dipenuhi, Uni Eropa bisa menuntut pemecahan bagian bisnis Google agar persaingan dapat berjalan lebih sehat dan adil di pasar digital Eropa. Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengecam denda ini lewat media sosial dan memperingatkan kemungkinan membuka penyelidikan perdagangan untuk melawan keputusan tersebut dengan alasan perlindungan perusahaan Amerika yang inovatif. Sementara itu, Google menyatakan akan mengajukan banding dan menyebut keputusan ini salah serta merugikan banyak bisnis Eropa. Para pengamat dan kelompok penerbit menganggap denda saja tidak cukup untuk menghentikan dominasi Google di bidang adtech, dan menyerukan langkah lebih kuat, termasuk pemecahan perusahaan, agar pasar digital bisa menjadi lebih kompetitif dan mendukung keberlangsungan media serta bisnis di Eropa.
05 Sep 2025, 23.51 WIB

Komisi Eropa Denda Google Rp44 Triliun Karena Praktik Iklan Tidak Adil

Komisi Eropa Denda Google Rp44 Triliun Karena Praktik Iklan Tidak Adil
Komisi Eropa telah memberikan denda sebesar €2.950.000.000 atau sekitar Rp44 triliun kepada Google karena dituduh menyalahgunakan posisi dominannya dalam teknologi periklanan. Denda ini merupakan salah satu tindakan terbesar terhadap perusahaan teknologi besar terkait praktik bisnis yang dianggap tidak adil. Komisi Eropa menyatakan bahwa praktik Google menyebabkan meningkatnya biaya bagi pengiklan dan penerbit, yang pada akhirnya bisa memengaruhi konsumen melalui kenaikan harga barang dan layanan. Google dinilai memanfaatkan kekuasaannya untuk mengontrol pasar iklan digital secara tidak wajar. Regulator Eropa memberi batas waktu 60 hari kepada Google untuk mengajukan rencana untuk menghentikan praktik antikompetitif tersebut. Jika rencana yang diajukan tidak memuaskan, Komisi dapat memutuskan langkah lebih lanjut, termasuk pemisahan unit bisnis teknologi iklan milik Google. Google menanggapi keputusan ini dengan menolak tuduhan dan menyatakan rencana untuk melakukan banding. Lee-Anne Mulholland, Wakil Presiden Google untuk urusan regulasi global, mengatakan denda serta aturan baru dapat merugikan bisnis Eropa yang selama ini bergantung pada layanan iklan Google. Kasus ini terjadi bersamaan dengan perhatian global terhadap dominasi perusahaan teknologi besar dan upaya pengawasan dari berbagai negara, termasuk Amerika Serikat, yang juga menuntut pemisahan bisnis iklan Google. Langkah ini memperlihatkan perubahan kuat dari regulator untuk menjaga keadilan dalam pasar teknologi.
05 Sep 2025, 09.05 WIB

Xiaohongshu Raih Keuntungan Tiga Kali Lipat dan Siap Melantai di Bursa

Xiaohongshu Raih Keuntungan Tiga Kali Lipat dan Siap Melantai di Bursa
Xiaohongshu Technology Co. yang dikenal juga sebagai RedNote di luar China, telah mengalami pertumbuhan luar biasa dalam beberapa tahun terakhir. Platform sosial ini sekarang memiliki sekitar 300 juta pengguna aktif setiap bulan yang mengandalkan aplikasi ini untuk berinteraksi sehari-hari dan mendapatkan berbagai informasi, khususnya untuk ide gaya hidup dan ulasan perjalanan. Perusahaan memperkirakan keuntungan mereka pada tahun ini akan mencapai 3 miliar dolar AS, meningkat tiga kali lipat dari sebelumnya. Angka ini bahkan lebih tinggi dibandingkan dengan keuntungan Pinterest yang diperkirakan hanya mencapai dua pertiga dari jumlah tersebut di tahun yang sama. Xiaohongshu terus mengembangkan fitur komersialisasi dengan menambahkan layanan e-commerce melalui kerja sama dengan raksasa teknologi Alibaba dan JD.com. Pengguna tidak hanya bisa menemukan inspirasi melalui konten visual di aplikasi tetapi juga bisa langsung membeli produk melalui streaming langsung dan video pendek. Meskipun masih menjadi perusahaan swasta, Xiaohongshu sudah menarik perhatian banyak investor besar seperti Sequoia Capital China dan Alibaba. Pengaruhnya di pasar sosial media China semakin besar, bahkan menjadi alternatif populer di Amerika Serikat, terutama ketika TikTok menghadapi ancaman larangan. Seiring dengan peningkatan pendapatan dan ekspansi fitur, Xiaohongshu diperkirakan akan melantai di bursa saham dalam waktu dekat. Langkah ini bisa mengukuhkan posisi mereka sebagai salah satu startup teknologi terbesar dan paling menguntungkan di sektor sosial media dan e-commerce.
03 Sep 2025, 22.28 WIB

Cara Baru TikTok Shop Memudahkan Kreator Jualan dengan Fitur Pintar dan Edukasi

Cara Baru TikTok Shop Memudahkan Kreator Jualan dengan Fitur Pintar dan Edukasi
TikTok Shop sekarang menyediakan banyak alat baru untuk membantu kreator dan penjual menavigasi aturan dan memaksimalkan potensi penjualan mereka di platform. Fitur-fitur ini sangat penting apalagi dengan musim liburan yang sebentar lagi tiba, di mana peluang jualan secara online meningkat drastis. Salah satu inovasi utama adalah Creator Pilot Program yang membatasi jumlah posting dan live kreator baru, sekaligus memberikan pengalaman belajar yang penting agar mereka mengerti aturan dan cara memanfaatkan TikTok Shop secara tepat. Program ini juga mencegah penyalahgunaan sistem oleh kreator yang belum siap. Selain itu, TikTok meluncurkan kuis kebijakan konten yang dapat membantu kreator memahami aturan dan konsekuensi dari pelanggaran, serta sejumlah skor pengukuran seperti Creator Health Rating dan Promotion Performance Score yang memberikan gambaran kesehatan akun dan performa promosi penjual. Fitur Violation Snapshot memberikan visualisasi langsung dari bagian video atau siaran langsung yang melanggar kebijakan, membantu kreator untuk memahami kesalahan mereka secara lebih jelas. Ditambah dengan Video Pre-Check Tool, kreator bisa memeriksa terlebih dahulu apakah video mereka berpotensi melanggar aturan sebelum diunggah. Secara keseluruhan, pembaruan ini membuat ekosistem TikTok Shop menjadi lebih transparan dan profesional, memberikan peluang lebih besar bagi kreator dan penjual untuk sukses dengan cara yang benar dan berkelanjutan. Jadi, sangat disarankan bagi kreator dan penjual untuk mencoba fitur-fitur baru ini demi kesuksesan penjualan mereka.