Pomodo Logo IconPomodo Logo Icon
Tanya PomodoSemua Artikel
Semua
Fokus
Finansial

IPO Klarna dan Dampaknya pada Pasar BNPL dan Fintech

Share

Klarna melakukan penawaran umum perdana (IPO) yang mendapat sambutan hangat di Wall Street, menguatkan posisi pemimpin Buy Now Pay Later (BNPL) dan berpengaruh pada pasar fintech. Saham Klarna melonjak setelah harga IPO menetap di kisaran tinggi, menunjukkan permintaan investor yang kuat.

11 Sep 2025, 01.22 WIB

Klarna Melonjak di Debut Bursa New York Tandai Kebangkitan IPO Fintech

Klarna Melonjak di Debut Bursa New York Tandai Kebangkitan IPO Fintech
Klarna, perusahaan asal Swedia yang dikenal dengan layanan beli sekarang, bayar kemudian (BNPL), akhirnya melakukan penawaran umum perdana di Bursa Saham New York. Saham perusahaan ini melonjak 30% pada hari pertama perdagangan, dibuka pada harga 52 dolar, lebih tinggi dari harga penawaran awal 40 dolar. Hal ini memungkinkan Klarna mengumpulkan dana hingga 1,38 miliar dolar dengan valuasi mencapai 15 miliar dolar. Perusahaan yang didirikan pada tahun 2005 ini telah berkembang pesat di Amerika Serikat sejak peluncurannya di sana pada 2019. Klarna bahkan menjadi penyedia layanan BNPL tunggal untuk Walmart di AS, memperkuat posisi mereka sebagai pemain besar di pasar finansial konsumen Amerika. IPO Klarna sempat tertunda karena ketidakpastian terkait tarif dan kondisi pasar global yang tidak stabil. Selain menjadi momen untuk mengumpulkan dana, IPO ini juga menjadi ujian bagi Klarna untuk membuktikan kepada investor bahwa mereka dapat berkembang menjadi bank digital yang sesungguhnya. Klarna sendiri melihat proses ini sebagai kesempatan untuk melibatkan lebih dari 111 juta konsumen mereka dalam perjalanan bisnis ini. Gelombang perusahaan fintech lainnya juga diprediksi akan mengikuti jejak Klarna dengan rencana IPO mereka di Bursa New York, seperti Figure Technology dan Gemini. Pasar IPO yang mulai menggeliat di musim gugur ini menjadi tanda bahwa investor mulai kembali percaya dengan potensi pertumbuhan sektor teknologi finansial. Namun, ada pula kekhawatiran dari para ahli bahwa kesuksesan Klarna dapat memicu terlalu banyak perusahaan fintech yang melakukan IPO tanpa persiapan matang, yang bisa berdampak negatif pada pasar. Para investor pun harus tetap memperhatikan risiko-risiko yang ada, termasuk politik global dan volatilitas pasar yang masih cukup tinggi.
11 Sep 2025, 00.23 WIB

Sukses IPO Klarna: Saham Melonjak di Tengah Kebangkitan Pasar Modal NY

Sukses IPO Klarna: Saham Melonjak di Tengah Kebangkitan Pasar Modal NY
Klarna, perusahaan fintech asal Swedia yang terkenal dengan layanan beli sekarang, bayar kemudian (BNPL), resmi melantai di Bursa Efek New York dengan harga pembukaan saham yang mencapai Rp 855.14 ribu ($52) , naik lebih dari 30% dari harga IPO awalnya sebesar Rp 657.80 ribu ($40) per saham. IPO ini berhasil mengumpulkan dana sebesar Rp 22.53 triliun ($1,37 miliar) , menjadikan valuasi perusahaan mencapai sekitar Rp 296.01 triliun ($18 miliar) . Harga saham tersebut menunjukkan antusiasme investor yang tinggi terhadap Klarna, terutama setelah perusahaan menunda IPO sebelumnya karena kondisi pasar yang tidak stabil. Klarna kini memiliki basis pengguna sebanyak 111 juta dan telah bermitra dengan 790.000 merchant di seluruh dunia, memperkuat posisinya sebagai pemimpin di sektor BNPL. Keberhasilan IPO Klarna datang bersamaan dengan tren positif di pasar modal New York, dengan beberapa perusahaan teknologi dan fintech lain juga berencana meluncurkan IPO mereka. Hal ini menandai pemulihan dari periode lesu pasar modal pada awal tahun dan tingginya minat investor terhadap saham-saham teknologi. Meskipun pasar masih memandang skeptis terhadap risiko kredit yang dihadapi oleh perusahaan BNPL, data menunjukkan bahwa Klarna memiliki tingkat pembayaran kembali pinjaman konsumen yang sangat baik, yakni 99% pada tahun 2024, jauh lebih rendah dibandingkan tingkat kredit macet pada kartu kredit bank AS. Dengan valuasi yang meningkat dan saham yang kuat di pasar, Klarna diperkirakan akan menjadi pemain utama di industri fintech. Namun, investor perlu mempertimbangkan risiko dan volatilitas pasar yang masih ada dalam jangka panjang, terutama mengingat sejarah pendanaan dan nilai valuasi yang berfluktuasi sebelumnya.
10 Sep 2025, 23.01 WIB

CEO Klarna Sebut Perusahaan Punya Dekade Pertumbuhan di Tengah Persaingan Ketat

CEO Klarna Sebut Perusahaan Punya Dekade Pertumbuhan di Tengah Persaingan Ketat
Sebastian Siemiatkowski, CEO Klarna, menyampaikan keyakinannya bahwa perusahaan akan mengalami pertumbuhan selama beberapa dekade ke depan. Klarna fokus pada layanan pembayaran dan teknologi finansial yang terus berkembang pesat di dunia digital. Meski begitu, Klarna menghadapi persaingan sangat ketat dari perusahaan lain yang juga mengembangkan layanan serupa. Hal ini membuat Klarna harus terus berinovasi untuk mempertahankan posisi pasar dan menarik pelanggan baru. Selain itu, regulasi yang ketat menjadi salah satu tantangan terbesar bagi Klarna. Aturan yang lebih ketat di berbagai negara mengharuskan perusahaan untuk selalu menyesuaikan produknya agar sesuai dengan kebijakan dan menjaga keamanan konsumen. Diskusi ini muncul dalam program Bloomberg Tech, yang secara rutin membahas perkembangan terbaru dalam teknologi dan bisnis digital. Klarna berupaya membangun citra sebagai perusahaan yang adaptif terhadap perubahan teknologi dan regulasi. Sebagai kesimpulan, Klarna yakin bisa bertahan dan tumbuh dalam jangka panjang dengan strategi yang tepat serta inovasi berkelanjutan di tengah perubahan pasar dan kebijakan yang dinamis.
10 Sep 2025, 20.23 WIB

Klarna Resmi IPO di NYSE: Tandai Pemulihan Pasar Fintech Global

Klarna Resmi IPO di NYSE: Tandai Pemulihan Pasar Fintech Global
Klarna, perusahaan asal Swedia yang terkenal dengan layanan beli sekarang bayar kemudian (BNPL), telah resmi memulai perdagangan sahamnya di Bursa Efek New York pada hari Rabu. Harga saham di IPO ini ditetapkan di angka Rp 657.80 ribu ($40) per lembar, naik dibandingkan prediksi awal di Rp 575.58 ribu ($35) hingga Rp 608.47 ribu ($37) . Ini menunjukkan permintaan yang kuat dari investor terhadap saham Klarna. Penetapan harga IPO ini menilai perusahaan sekitar Rp 248.32 triliun ($15,1 miliar) berdasarkan jumlah saham yang beredar. Meskipun angka ini lebih kecil dari valuasi Rp 749.89 triliun ($45,6 miliar) yang didapat Klarna pada saat investasi besar oleh SoftBank pada tahun 2021, namun nilainya tetap lebih dari dua kali lipat dibandingkan valuasi Klarna di masa sulit tahun 2022. IPO Klarna menjadi momen penting yang memicu pekan sibuk dengan berbagai perusahaan teknologi dan fintech lainnya yang juga dijadwalkan melantai di Bursa New York. Beberapa perusahaan tersebut termasuk Gemini Space Station, Figure Technologies, dan Legence Corp yang didukung oleh Blackstone. Perusahaan Klarna dikenal dengan model bisnis BNPL yang memberikan kredit jangka pendek kepada konsumen agar mereka bisa membayar pembelian secara cicilan. Klarna memiliki basis pengguna yang besar, mencapai 93 juta orang dan berpartner dengan lebih dari 675.000 penjual. Meski ada kritik terhadap risiko overspending dan kredit macet, data menunjukkan bahwa 99% pinjaman pelanggan dilunasi tepat waktu. Kesuksesan IPO Klarna menandai kebangkitan kembali pasar modal setelah penurunan sepanjang musim semi, dengan lebih banyak perusahaan mulai melakukan penawaran umum saham. Investor menunjukkan minat besar pada sektor fintech dan teknologi yang dianggap berpotensi besar di masa depan.

Baca Juga

  • IPO Klarna dan Dampaknya pada Pasar BNPL dan Fintech

  • Stripe dan Paradigm Meluncurkan Tempo: Blockchain Pembayaran Stablecoin Berkecepatan Tinggi Baru

  • Peran Aktif Trump dalam Pasar Cryptocurrency

  • Polymarket Memenangkan Persetujuan CFTC untuk Meluncurkan Pasar Prediksi di AS

  • Dampak Kenaikan Emas pada Sektor Pertambangan dan Pasar Kripto