
Pada tahun 2015, sejarah dibuat saat LIGO berhasil mendeteksi gelombang gravitasi untuk pertama kalinya, membuka jendela baru untuk mempelajari alam semesta. Penemuan tersebut merupakan hasil dari lebih dari empat dekade kerja keras mengembangkan teknologi sensitif yang mampu mengukur riak kecil di ruang dan waktu akibat peristiwa kosmik besar seperti tabrakan lubang hitam.
Sejak penemuan awal itu, LIGO bersama rekan-rekannya yaitu Virgo di Italia dan KAGRA di Jepang terus meningkatkan kemampuan mereka. Peningkatan sensitivitas memungkinkan para ilmuwan memantau area yang jauh lebih luas di cakrawala alam semesta dan mendeteksi lebih banyak peristiwa kosmik dengan frekuensi yang kini telah mencapai rata-rata satu kali setiap tiga hari.
Merencanakan masa depan, para fisikawan dan insinyur di Amerika Serikat ingin membangun Cosmic Explorer, sebuah interferometer raksasa dengan lengan sepanjang 40 kilometer. Jika proyek ini berhasil, Cosmic Explorer akan mampu menangkap ratusan ribu hingga jutaan peristiwa penggabungan lubang hitam dan bintang neutron setiap tahun, bahkan yang terjadi hingga lebih dari 10 miliar tahun lalu.
Selain pembangunan Cosmic Explorer, LIGO sendiri juga akan mendapat peningkatan teknologi melalui proyek LIGO A#, dengan laser lebih kuat dan cermin yang lebih stabil dan akurat. Namun, tantangan terbesar tetap pada pendanaan, karena kebijakan pemerintah AS dapat mempengaruhi kelangsungan pendanaan yang sangat penting bagi kemajuan penelitian ini.
Secara keseluruhan, masa depan deteksi gelombang gravitasi sangat menjanjikan. Dengan teknologi baru, para ilmuwan dapat melakukan observasi jauh lebih dalam dan rinci tentang alam semesta, yang akan memperluas pemahaman kita tentang struktur kosmos dan hukum fisika yang mengaturnya.