
Pemerintahan Trump dikabarkan sedang merancang perintah eksekutif yang bertujuan membatasi lisensi obat dari perusahaan China karena keunggulan biaya dan rantai pasokan yang dimiliki oleh negara tersebut. Berita ini mengejutkan pasar keuangan dan menimbulkan kekhawatiran di kalangan perusahaan farmasi China.
Saham perusahaan farmasi China yang terdaftar di bursa Hong Kong mengalami penurunan tajam setelah laporan tersebut muncul. Meski demikian, beberapa eksekutif farmasi China meyakini bahwa pembatasan tersebut tidak mudah diterapkan karena melibatkan banyak pihak dan kepentingan yang kompleks.
Beberapa perusahaan farmasi global ternama seperti Pfizer, AstraZeneca, dan Bristol Myers Squibb justru aktif membeli hak lisensi obat yang dikembangkan di China, terutama untuk penyakit umum seperti obesitas dan penyakit jantung. Hal ini menandakan adanya kolaborasi internasional yang kuat dalam pengembangan obat.
Grand Pharmaceutical Group, salah satu perusahaan farmasi China yang besar, menyatakan bahwa produk obat kanker mereka setara kualitasnya dengan perusahaan farmasi global dan telah meraih hampir 200 juta dolar AS dari pasar Amerika. Perusahaan ini juga terus melakukan uji klinis dan pengembangan obat baru di Amerika Serikat.
Meskipun saham Grand Pharmaceutical Group turun 3,2 persen pada hari itu, harga saham perusahaan ini tetap menunjukkan tren positif dengan kenaikan hampir dua kali lipat selama tahun 2025. Hal ini mencerminkan optimisme pasar terhadap kemampuan perusahaan farmasi China dalam menghadapi tantangan geopolitik.