Pomodo Logo IconPomodo Logo Icon
Tanya PomodoSemua Artikel
Semua
Fokus
Sains

Kolaborasi AS-China Mengembangkan Konversi Limbah Plastik Efisien menjadi Bahan Bakar Berkelanjutan

Share

Tim dari Amerika Serikat dan China bekerja sama mengembangkan metode konversi limbah plastik menjadi bahan bakar yang efisien dengan tingkat efisiensi mencapai 95%. Inovasi ini bertujuan untuk mengurangi polusi plastik dan menghasilkan bahan bakar berkelanjutan yang dapat digunakan secara luas.

11 Sep 2025, 20.00 WIB

Ketegangan AS-China di Obat: Tantangan dan Peluang bagi Perusahaan Farmasi China

Ketegangan AS-China di Obat: Tantangan dan Peluang bagi Perusahaan Farmasi China
Pemerintahan Trump dikabarkan sedang merancang perintah eksekutif yang bertujuan membatasi lisensi obat dari perusahaan China karena keunggulan biaya dan rantai pasokan yang dimiliki oleh negara tersebut. Berita ini mengejutkan pasar keuangan dan menimbulkan kekhawatiran di kalangan perusahaan farmasi China. Saham perusahaan farmasi China yang terdaftar di bursa Hong Kong mengalami penurunan tajam setelah laporan tersebut muncul. Meski demikian, beberapa eksekutif farmasi China meyakini bahwa pembatasan tersebut tidak mudah diterapkan karena melibatkan banyak pihak dan kepentingan yang kompleks. Beberapa perusahaan farmasi global ternama seperti Pfizer, AstraZeneca, dan Bristol Myers Squibb justru aktif membeli hak lisensi obat yang dikembangkan di China, terutama untuk penyakit umum seperti obesitas dan penyakit jantung. Hal ini menandakan adanya kolaborasi internasional yang kuat dalam pengembangan obat. Grand Pharmaceutical Group, salah satu perusahaan farmasi China yang besar, menyatakan bahwa produk obat kanker mereka setara kualitasnya dengan perusahaan farmasi global dan telah meraih hampir 200 juta dolar AS dari pasar Amerika. Perusahaan ini juga terus melakukan uji klinis dan pengembangan obat baru di Amerika Serikat. Meskipun saham Grand Pharmaceutical Group turun 3,2 persen pada hari itu, harga saham perusahaan ini tetap menunjukkan tren positif dengan kenaikan hampir dua kali lipat selama tahun 2025. Hal ini mencerminkan optimisme pasar terhadap kemampuan perusahaan farmasi China dalam menghadapi tantangan geopolitik.
10 Sep 2025, 07.00 WIB

Penurunan Risiko Kematian Penyakit Kronis di 185 Negara Meski Perlambatan Terjadi

Penurunan Risiko Kematian Penyakit Kronis di 185 Negara Meski Perlambatan Terjadi
Penyakit tidak menular seperti jantung, kanker, dan diabetes menjadi penyebab terbesar kematian di dunia. Sebuah studi global yang melibatkan 185 negara menunjukkan bahwa antara tahun 2010 dan 2019, peluang kematian akibat penyakit-penyakit ini menurun di sebagian besar negara, terutama pada wanita dan pria di bawah usia 80 tahun. Meskipun terjadi penurunan angka kematian, lebih dari setengah negara mengalami perlambatan dalam menurunkan angka kematian dibandingkan dengan dekade sebelumnya. Hal ini mengindikasikan bahwa usaha yang dilakukan sejak awal 2000-an mulai kehilangan momentum, meskipun perhatian politik meningkat. Negara-negara berpenghasilan tinggi seperti Denmark menunjukkan penurunan terbesar dalam risiko kematian akibat penyakit tidak menular, sementara Amerika Serikat menunjukkan perbaikan terkecil. Beberapa negara berkembang seperti China dan Nigeria juga berhasil menurunkan angka kematian, sedangkan India dan Papua Nugini malah mengalami kenaikan. Upaya pengurangan kematian ini didukung oleh penerapan kebijakan pembatasan merokok dan alkohol, serta penggunaan pengobatan seperti statin dan hipertensif untuk mengurangi risiko serangan jantung dan stroke. Pengembangan vaksin untuk penyakit hepatitis dan kanker serviks juga sangat membantu mengurangi beban penyakit. Penelitian ini memberikan gambaran penting tentang perlunya memperkuat sistem kesehatan dan kebijakan pencegahan agar target PBB untuk mengurangi kematian akibat penyakit tidak menular sebesar sepertiga pada tahun 2030 dapat tercapai, terutama di negara-negara dengan peningkatan angka kematian.
09 Sep 2025, 10.58 WIB

Matematikawan Terkenal Zhongwei Shen Kembali ke China Perkuat Riset di Westlake

Matematikawan Terkenal Zhongwei Shen Kembali ke China Perkuat Riset di Westlake
Zhongwei Shen, seorang matematikawan Tionghoa-Amerika terkemuka, telah mengambil keputusan penting dengan meninggalkan Amerika Serikat dan bergabung dengan Westlake University di Hangzhou, China. Ia sekarang menjadi profesor di sekolah ilmu pengetahuan universitas tersebut sejak Juli lalu. Shen dikenal atas keahliannya dalam bidang persamaan diferensial parsial dan analisis harmonik, dua area matematika yang kritikal untuk pemodelan fenomena alam. Ia telah mengabdikan hampir 40 tahun meneliti bidang ini, termasuk hampir 30 tahun di University of Kentucky sebagai profesor dan ketua departemen matematika. Selain karier akademisnya di Amerika, Shen juga tetap mempertahankan hubungan kuat dengan China. Pada 2015, ia diberi gelar Changjiang Scholar di Lanzhou University, yang menunjukkan pengakuan terhadap kontribusinya di bidang matematika dalam negeri China. Dalam pengumuman resminya, Shen menyatakan bahwa ia sudah lama mempertimbangkan kembali ke China karena merasa ini adalah rumahnya. Ia terkesan dengan pendekatan riset tingkat tinggi yang diterapkan Westlake University serta sifat internasional dari departemen matematika di universitas itu. Dengan kehadiran Shen, Westlake University diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan reputasi riset matematikanya di tingkat global. Shen sendiri berambisi membantu universitas ini menjadi pusat riset terkemuka yang mendukung kemajuan matematika dunia.

Baca Juga

  • Kolaborasi AS-China Mengembangkan Konversi Limbah Plastik Efisien menjadi Bahan Bakar Berkelanjutan

  • Kemajuan Inovasi Kesehatan Berbasis AI

  • Kebijakan AS Mempengaruhi Ilmuwan dan Perusahaan Tiongkok

  • Inovasi Sektor Swasta dalam Teknologi Reaktor Nuklir dan Daur Ulang Bahan Bakar

  • Penerapan AI dalam Efisiensi Layanan Kesehatan