
Beberapa institusi medis di Kanada, Amerika Serikat, dan Italia mulai menggunakan data sintetis yang dibuat oleh kecerdasan buatan (AI) dari data pasien asli untuk penelitian mereka. Data sintetis ini mengandung karakteristik statistik mirip data asli tetapi tidak berisi data pasien yang sebenarnya, sehingga dianggap aman bagi privasi pasien.
Biasanya, penelitian dengan data pasien asli harus mendapat izin dari dewan etika untuk melindungi hak dan keamanan pasien. Namun, institusi seperti Washington University di St. Louis dan beberapa rumah sakit di Kanada dan Italia tidak lagi memerlukan izin tersebut ketika menggunakan data sintetis karena data ini dianggap bukan bagian dari riset subjek manusia.
Di Italia, beberapa rumah sakit riset tinggi dapat menggunakan data sintetis tanpa izin etika asalkan data asli yang digunakan telah memiliki persetujuan pasien untuk analisis AI. Sedangkan di Kanada, aturan perlindungan data kesehatan mengizinkan pembuatan dan penggunaan data non-personal tanpa persetujuan tambahan karena tidak mengandung identitas pribadi.
Penggunaan data sintetis oleh para peneliti membawa manfaat penting seperti mempercepat proses riset, memudahkan berbagi data antar lembaga, dan meningkatkan perlindungan privasi pasien. Meski demikian, akses ke data asli untuk membuat data sintetis masih harus melewati proses etika yang biasanya memberi pengecualian persetujuan peserta karena dianggap risiko rendah.
Kesimpulannya, pemanfaatan data sintetis AI menjadi inovasi yang menjanjikan di bidang penelitian medis dengan potensi untuk mengubah cara tradisional penelitian diterapkan, namun tetap memerlukan pengawasan etika yang tepat agar tetap bertanggung jawab terhadap keamanan data dan hak pasien.