Pomodo Logo IconPomodo Logo Icon
Tanya PomodoSemua Artikel
Semua
Fokus
Teknologi

Strategi Chip AI Nvidia di Tengah Persaingan China

Share

Nvidia mengumumkan peluncuran GPU Rubin CPX dan menghadapi permintaan yang lesu dari perusahaan teknologi China untuk chip RTX6000D AI-nya. Sementara itu, Tencent mendorong adopsi chip AI buatan sendiri di daratan Cina untuk mengurangi ketergantungan pada Nvidia, menciptakan persaingan yang signifikan di pasar chip AI global.

19 Sep 2025, 01.33 WIB

Nvidia dan CrowdStrike Bersatu Jadi Pelindung Generasi AI Masa Depan

Nvidia dan CrowdStrike Bersatu Jadi Pelindung Generasi AI Masa Depan
Nvidia, perusahaan chip utama dengan kapitalisasi pasar sebesar 4,25 triliun dolar AS, telah berhasil membalikkan pandangan skeptis dari analis finansial, khususnya dari DA Davidson yang semula memprediksi penurunan harga saham signifikan. Kini dengan rekomendasi beli dan target harga yang lebih tinggi, menunjukkan kepercayaan besar terhadap dominasi Nvidia dalam pasar AI dan teknologi komputasi. Kerja sama strategis Nvidia dengan CrowdStrike, perusahaan keamanan siber besar, menjadi salah satu langkah penting dalam mengelola dan mengamankan penggunaan AI di dunia nyata. CrowdStrike menggunakan platform AI no-code mereka yang kini mengintegrasikan model-model Nvidia untuk menciptakan solusi keamanan yang lengkap bagi perusahaan, sehingga AI dapat dipantau dan dikendalikan dengan baik. Kerjasama ini tidak hanya soal teknologi, tapi juga soal menjawab pertanyaan penting dari regulator, CEO, hingga pemerintahan terkait siapa yang bertanggung jawab dalam mengawasi AI agar tidak beroperasi di luar kontrol. Nvidia dan CrowdStrike berperan sebagai garda terdepan dalam memastikan AI digunakan secara aman dan bertanggung jawab. Dalam ekosistem yang berkembang pesat dengan pengeluaran besar pada teknologi hyperscale, Nvidia terus memperkuat posisinya sebagai penyedia utama komputasi untuk AI. Sementara itu, CrowdStrike mengembangkan lapisan keamanan internal yang mereka sebut AI Detection and Response, yang berpotensi menjadi lapisan perlindungan penting bagi teknologi AI masa depan. Kesimpulannya, AI bukan hanya alat teknologi biasa, melainkan sebuah kekuatan yang perlu dijaga dengan sistem keamanan yang ketat. Nvidia dan CrowdStrike, dengan kolaborasi strategisnya, menawarkan solusi yang memungkinkan AI untuk tumbuh secara aman dan terkendali, memberikan harapan bagi perusahaan dan regulator akan masa depan AI yang lebih terpercaya.
18 Sep 2025, 21.31 WIB

Nvidia Akuisisi Saham Intel 5 Miliar dan Bersama Kembangkan Chip AI Baru

Nvidia Akuisisi Saham Intel 5 Miliar dan Bersama Kembangkan Chip AI Baru
Nvidia setuju membeli saham Intel senilai 5 miliar dolar AS pada harga 23,28 dolar per saham, menjadikan Nvidia salah satu pemegang saham terbesar Intel dengan kepemilikan sekitar 4 persen. Saham Intel melonjak hingga 30 persen dalam perdagangan awal setelah pengumuman ini. Kedua perusahaan akan menggabungkan arsitektur mereka menggunakan teknologi NVLink milik Nvidia, yang memungkinkan transfer data yang lebih cepat antara CPU dan GPU, sebuah hal penting untuk aplikasi AI yang memerlukan banyak GPU untuk memproses beban kerja besar. Intel akan memproduksi CPU x86 yang disesuaikan khusus untuk infrastruktur AI Nvidia yang akan ditawarkan ke pelanggan data center dan perusahaan besar, serta membuat sistem-on-chip (SoC) yang menggabungkan chiplet GPU Nvidia RTX untuk PC konsumen. Kesepakatan ini datang setelah Intel mengalami tantangan besar terkait pengembangan chip AI dan persaingan pasar, sedangkan Nvidia terus mencatat rekor laba dan pertumbuhan perusahaan semikonduktor yang sangat besar. Dengan kolaborasi ini, diharapkan Intel dapat merebut kembali pangsa pasar dari saingan seperti AMD, sambil menggabungkan keunggulan manufaktur dan teknologi kedua perusahaan untuk menciptakan produk PC dan data center yang inovatif.
18 Sep 2025, 21.31 WIB

Nvidia Investasi Rp75 Triliun di Intel Untuk Kolaborasi Chip AI dan PC

Nvidia Investasi Rp75 Triliun di Intel Untuk Kolaborasi Chip AI dan PC
Nvidia mengumumkan investasi sebesar 5 miliar dolar Amerika Serikat untuk membeli saham Intel, yang membuatnya menjadi pemegang saham terbesar dengan kepemilikan sekitar 4%. Investasi ini merupakan bagian dari kesepakatan lebih luas untuk mengembangkan generasi baru produk pusat data dan PC bersama Intel. Dalam kerja sama ini, kedua perusahaan akan mengintegrasikan arsitektur mereka menggunakan teknologi NVLink yang dimiliki Nvidia. NVLink memungkinkan transfer data jauh lebih cepat antara CPU dan GPU dibandingkan teknologi sebelumnya seperti PCI Express, yang sangat penting untuk aplikasi kecerdasan buatan yang memerlukan performa tinggi dan banyak GPU. Intel akan menggunakan kemampuan manufakturnya untuk membuat CPU x86 khusus yang disesuaikan untuk platform AI milik Nvidia, yang akan ditawarkan kepada pelanggan bisnis dan pusat data besar. Untuk pasar PC konsumen, Intel akan membuat chip system-on-chip (SoC) x86 yang menggabungkan chip GPU RTX dari Nvidia, memungkinkan produk dengan performa lebih tinggi dari pesaing seperti AMD. Kerja sama ini muncul setelah Intel mengalami masa sulit, termasuk pergantian CEO dan pengurangan staf yang signifikan untuk memperbaiki margin keuangan. Sementara itu, Nvidia terus mencatat pertumbuhan dan laba yang sangat bagus di tengah percepatan kebutuhan chip AI di seluruh dunia. Dengan kolaborasi ini, kedua perusahaan berharap dapat memanfaatkan keunggulan masing-masing untuk bersaing lebih efektif melawan pesaing lain di pasar chip, terutama AMD, dan menciptakan terobosan baru dalam teknologi pusat data dan komputer pribadi di masa depan.
18 Sep 2025, 21.12 WIB

Nvidia dan Intel Bentuk Kemitraan Chip dengan Investasi 5 Miliar Dolar

Nvidia dan Intel Bentuk Kemitraan Chip dengan Investasi 5 Miliar Dolar
Nvidia dan Intel baru saja mengumumkan kerja sama yang sangat penting dalam pengembangan chip untuk pasar PC dan pusat data. Nvidia akan membeli saham Intel senilai 5 miliar dolar dengan harga per saham 23,28 dolar, sebagai bagian dari kolaborasi ini. Kemitraan ini bertujuan menggabungkan kekuatan Nvidia di bidang AI dan teknologi percepatan dengan pengalaman Intel dalam arsitektur chip x86 yang luas. Dalam kerja sama ini, Intel akan bertanggung jawab untuk membuat CPU khusus berbasis x86 yang disesuaikan untuk kebutuhan Nvidia, terutama untuk pusat data. Selain itu, Intel juga akan memproduksi sistem-on-chip x86 yang terintegrasi dengan GPU Nvidia RTX untuk pasar PC. Hal ini menunjukkan bahwa kedua perusahaan ingin membuat produk yang semakin terintegrasi dan kuat di pasar komputasi yang berkembang. Reaksi pasar terhadap pengumuman ini sangat positif. Harga saham Intel melonjak lebih dari 30% di perdagangan premarket, menandakan kepercayaan investor yang tinggi terhadap potensi kemitraan ini. Sedangkan saham Nvidia juga menunjukkan kenaikan kecil. Para pemimpin Nvidia dan Intel menekankan bahwa kolaborasi ini bukan hanya simbolis, tetapi hubungan yang erat yang mampu membuka peluang baru bagi ekosistem teknologi mereka. Jensen Huang, CEO Nvidia, menyebut kolaborasi ini sebagai perpaduan platform yang tepat yang akan memperluas jangkauan dan kekuatan teknologi kedua perusahaan. Sementara Lip-Bu Tan dari Intel menekankan keunggulan manufaktur dan kemampuan pengemasan chip intel yang akan mendukung pengembangan solusi baru untuk pelanggan. Ini menunjukkan bahwa kedua pihak fokus pada aspek teknis dan praktis dari kerja sama ini. Kedua perusahaan berencana menggelar konferensi pers untuk membahas rincian teknis dan langkah selanjutnya dari kemitraan ini. Bagi para investor dan pengamat industri, keberhasilan implementasi kolaborasi ini akan sangat menentukan posisi kompetitif Intel dan Nvidia ke depan di pasar chip global yang sangat dinamis dan kompetitif.
18 Sep 2025, 16.02 WIB

Huawei Perkuat AI China dengan Chip Lokal, Tantang Dominasi AS

Huawei Perkuat AI China dengan Chip Lokal, Tantang Dominasi AS
Huawei mengumumkan pencapaian penting dengan mengembangkan supernode komputasi yang sangat kuat menggunakan chip dan teknologi yang dibuat di China. Langkah ini sangat penting karena meminimalisasi ketergantungan pada chip dari Nvidia yang berasal dari Amerika Serikat. Pengembangan ini terjadi di tengah ketegangan perdagangan dan teknologi antara China dan AS, serta menjelang pembicaraan antara Presiden Xi Jinping dan Presiden Donald Trump. Huawei ingin menunjukkan bahwa China mampu mengatasi hambatan teknologi yang diberlakukan oleh AS. Teknologi baru ini bernama supernode + cluster, yang memungkinkan Huawei memenuhi kebutuhan komputasi tinggi yang semakin berkembang di bidang kecerdasan buatan. Mereka juga berencana meluncurkan versi upgrade dari chip AI Ascend selama tiga tahun mendatang. Dengan inovasi tersebut, Huawei berusaha membangun ekosistem chip dan hardware AI yang mandiri dan tidak tergantung pada teknologi Barat. Ini merupakan bagian dari strategi kemandirian teknologi China yang diusung oleh pemerintah. Para analis menilai pengumuman Huawei ini sangat strategis dan memperkuat posisi China dalam kompetisi global teknologi AI. Hal ini juga memberi China keuntungan dalam negosiasi teknologi dengan AS di masa depan.
18 Sep 2025, 12.00 WIB

Huawei Kembangkan Chip AI Terkencang untuk Dukung Ambisi China Mandiri Teknologi

Huawei Technologies, perusahaan teknologi besar dari Cina, mengumumkan terobosan baru dalam pengembangan perangkat keras komputasi untuk kecerdasan buatan (AI). Mereka berhasil menciptakan supernode komputasi dengan kekuatan tinggi yang menggunakan chip buatan lokal, tanpa bergantung pada chip Nvidia dari luar negeri. Teknologi baru ini dianggap sangat penting karena dapat membantu China mengurangi ketergantungan pada teknologi asing yang terkena sanksi, terutama dari Amerika Serikat. Seiring dengan itu, Beijing mendorong perusahaan teknologi mereka untuk lebih mandiri dalam pengembangan chip AI. Huawei juga mengungkapkan rencana mereka meluncurkan serangkaian chip Ascend yang lebih canggih dalam tiga tahun ke depan. Chip terbaru, Ascend 950PR, dijadwalkan dirilis pada kuartal pertama tahun 2026, bersaing langsung dengan produk dari Nvidia dan AMD. Situasi ini menjadi perhatian global, khususnya karena adanya tekanan politik antara China dan Amerika Serikat yang mempengaruhi ekspor teknologi. Nvidia, sebagai penyedia chip AI utama dunia, mengalami perubahan kebijakan dari pemerintah China yang melarang penggunaan chip khusus yang mereka buat untuk pasar Cina. CEO Nvidia, Jensen Huang, menyatakan kekecewaan terkait keputusan Beijing, tetapi tetap bersabar. Huawei, di sisi lain, mengambil peluang ini untuk mendorong inovasi teknologi lokal sehingga dapat memperkuat posisi China dalam industri AI dunia.
18 Sep 2025, 10.56 WIB

Huawei Kembangkan Chip AI Terbaru Bebas dari Ketergantungan Nvidia untuk China

Huawei, perusahaan teknologi besar asal China, baru-baru ini mengumumkan pencapaian penting dalam pengembangan chip kecerdasan buatan (AI) yang menggunakan proses manufaktur lokal tanpa bergantung pada chip canggih dari perusahaan asal Amerika Serikat, Nvidia. Hal ini menjadi terobosan penting bagi China yang menghadapi hambatan suplai teknologi dari luar negeri karena sanksi. Dalam konferensi tahunan yang digelar di Shanghai, wakil ketua Huawei, Xu Zhijun, mengumumkan bahwa mereka telah berhasil membangun sebuah cluster komputasi supernode yang diklaim sebagai yang terkuat di dunia dengan teknologi lokal. Selain itu, Huawei juga berencana meluncurkan chip AI terbaru bernama Ascend 950PR pada tahun 2026, bersaing secara langsung dengan chip dari Nvidia dan AMD. Langkah tersebut didorong oleh kebijakan Beijing yang ingin perusahaan teknologi dalam negeri seperti Huawei berhenti membeli chip AI dari Nvidia yang disesuaikan khusus untuk pasar China, karena adanya pembatasan ekspor dari pemerintah AS. Hal ini menjadi tantangan besar bagi Huawei dan juga bagi ekosistem teknologi AI di negara tersebut. CEO Nvidia, Jensen Huang, menyatakan kekecewaannya terhadap kebijakan baru pemerintah China, tetapi ia memahami kondisi geopolitik yang lebih besar dan berharap masalah tersebut dapat diselesaikan melalui dialog antara China dan Amerika Serikat. Sementara itu, Huawei bertekad untuk memperkuat kemandirian teknologi yang dapat mendukung perkembangan AI tanpa adanya kendala dari luar. Dapat disimpulkan bahwa Huawei sedang berada di jalur untuk membangun teknologi chip AI yang dapat menopang ambisi China dalam bidang kecerdasan buatan. Ini akan mengubah peta persaingan global di industri chip dan AI, sekaligus memberikan peluang bagi China untuk tidak tergantung pada perusahaan teknologi asing di masa depan.
18 Sep 2025, 02.39 WIB

Pemerintah China Larang Perusahaan Pakai Chip AI Nvidia, Dampak Besar di Pasar

Pemerintah China melalui Cyberspace Administration of China secara resmi melarang perusahaan dalam negeri membeli chip AI dari Nvidia, termasuk model RTX Pro 6000D yang khusus dipasarkan di China. Langkah ini mengikuti kebijakan sebelumnya yang mendorong penggunaan chip AI buatan lokal sebagai alternatif. Larangan ini memberikan pukulan keras bagi Nvidia, yang selama ini menguasai pasar chip AI secara global dan dianggap memimpin teknologi chip terbaik di dunia. Perusahaan besar seperti Huawei dan Alibaba memang mengembangkan chip AI sendiri, tetapi Nvidia tetap jadi pilihan utama banyak perusahaan. CEO Nvidia, Jensen Huang, menyatakan kekecewaannya atas pembatasan tersebut namun memahami kebijakan ini sebagai bagian dari ketegangan geopolitik antara China dan Amerika Serikat. Dia juga menyatakan bahwa Nvidia akan tetap mendukung pemerintah dan perusahaan China bila mendapat izin untuk berbisnis. Sebelumnya, pemerintah Amerika Serikat juga memberlakukan pembatasan yang mempengaruhi penjualan chip Nvidia ke China, menyebabkan Nvidia memperkirakan kerugian revenue sebesar 8 miliar dolar AS pada kuartal kedua. Walaupun akhirnya ada izin penjualan dengan syarat pembagian pendapatan 15%, Nvidia belum berhasil menjual chipnya ke China melalui aturan itu. Situasi ini kemungkinan akan memperkuat inisiatif China untuk mengembangkan teknologi chip AI lokal dan mempersulit Nvidia untuk kembali meraih pasar China yang sangat besar. Nvidia harus menyesuaikan strategi bisnis dan mencari solusi lain agar tetap kompetitif di pasar global teknologi AI.
17 Sep 2025, 22.03 WIB

China Larang Perusahaan Teknologi Beli Chip AI Nvidia Terbaru

Perusahaan-perusahaan teknologi China seperti Alibaba dan ByteDance dilarang membeli dan menguji chip AI Nvidia terbaru yang dibuat khusus untuk pasar China. Larangan ini dikeluarkan oleh Cyberspace Administration of China setelah banyak perusahaan memesan ribuan chip sejak Juli. Nvidia sudah bekerja sama dengan pemerintahan AS sebelumnya untuk menjual chip tertentu ke China, namun tidak dengan chip terbaru ini. CEO Nvidia Jensen Huang menyatakan rasa kecewanya atas larangan tersebut. Ia mengatakan bahwa Nvidia telah berkontribusi besar untuk pasar China, tetapi konflik politik antara Amerika Serikat dan China mendorong larangan ini. Ia mencoba memahami kondisi tersebut, meskipun larangan ini tetap berdampak negatif untuk bisnis Nvidia di China. Politisi Amerika Serikat seperti Speaker DPR Mike Johnson menganggap larangan ini sebagai bagian dari upaya China untuk menjadi rival sejajar Amerika Serikat. Ia menuduh China tidak menghormati hukum hak kekayaan intelektual dan aturan perdagangan yang adil. Ketegangan ini menjadi akar masalah hubungan dagang AS dan China yang semakin tegang. China sendiri sudah merespon pembatasan ekspor teknologi dengan memperkuat kemampuan manufaktur chip domestik. Mereka menggunakan chip AI yang kurang kuat yang dirancang khusus oleh Nvidia untuk pasar China sebagai langkah sementara. Namun, target jangka panjang China adalah menciptakan chip AI yang setara dengan teknologi barat. Dalam konteks persaingan teknologi dan geopolitik global, larangan ini menegaskan bahwa teknologi canggih seperti chip AI kini juga menjadi alat diplomasi dan pertarungan kekuasaan antara negara-negara besar. Perusahaan teknologi harus menavigasi situasi ini dengan hati-hati agar tidak kehilangan akses pasar yang penting.
17 Sep 2025, 22.03 WIB

China Larang Perusahaan Beli Chip AI Terbaru Nvidia, Ketegangan Memburuk

China melarang perusahaan teknologi besar seperti Alibaba dan ByteDance membeli chip AI terbaru dari Nvidia yang dibuat khusus untuk pasar China. Larangan ini diberlakukan oleh Cyberspace Administration of China meskipun pesanan chip tersebut sudah dilakukan sejak chip itu diluncurkan pada Juli lalu. Jensen Huang, CEO Nvidia, menyatakan kekecewaannya atas larangan itu ketika berbicara kepada media di London, tempat ia menghadiri acara yang juga dihadiri mantan Presiden AS Donald Trump. Huang mengakui bahwa ketegangan antara AS dan China yang lebih besar mempengaruhi keputusan ini. Mike Johnson, pemimpin DPR dari Partai Republik, menyatakan dalam wawancara bahwa China berusaha menjadi rival setara AS dan tidak menghormati hukum dagang AS. Ia menegaskan bahwa hubungan yang tegang bukan kesalahan AS, melainkan China yang menjadi penyebabkan. China sendiri selama ini berupaya mengembangkan teknologi chip dalam negeri sebagai balasan terhadap pembatasan ekspor chip dari AS dan pembatasan penjualan material chip dari China ke AS. Sebelumnya, China sudah menggunakan chip yang dibuat khusus tapi kurang bertenaga dari Nvidia. Pada bulan Agustus, Nvidia bekerja sama dengan Donald Trump untuk mengizinkan penjualan chip H20 ke China dengan skema di mana AS memperoleh 15 persen dari keuntungan. Namun, langkah tersebut tidak mengubah sikap keras China terkait chip AI Nvidia terbaru ini.
Setelahnya

Baca Juga

  • Lyft dan Waymo Meluncurkan Layanan Ride Tanpa Sopir di Nashville pada 2026

  • Kemajuan dalam Material Baterai Meningkatkan Performa dan Efisiensi

  • Meta Meluncurkan Kacamata Pintar Terintegrasi AI Lanjutan yang Meningkatkan Pengalaman Pengguna

  • AI dan Bioengineering: Mengubah Kesehatan dan Komputasi

  • Ekspansi YouTube dalam Alat Pembuatan Konten Berbasis AI