Pomodo Logo IconPomodo Logo Icon
Tanya PomodoSemua Artikel
Semua
Fokus
Sains

Kekhawatiran Proliferasi Reaktor Nuklir dengan Kemajuan Korea Utara dan Cina

Share

Laporan terbaru mengungkap bahwa Korea Utara kemungkinan menerima reaktor nuklir untuk kapal selam dari Rusia, sementara Cina mempertimbangkan konversi pembangkit listrik berbahan bakar batu bara menjadi fasilitas nuklir. Kolaborasi ini menimbulkan kekhawatiran internasional terkait proliferasi teknologi nuklir dan dampaknya terhadap keamanan global.

17 Sep 2025, 23.32 WIB

Rusia Diduga Kirim Teknologi Kapal Selam Nuklir untuk Korea Utara Tahun 2024

Rusia Diduga Kirim Teknologi Kapal Selam Nuklir untuk Korea Utara Tahun 2024
Korea Utara dilaporkan menerima modul kapal selam nuklir dari Rusia pada awal tahun 2024. Modul ini termasuk komponen utama seperti reaktor, turbin, dan sistem pendingin yang penting untuk propulsi nuklir kapal selam. Pasokan tersebut diambil dari kapal selam Rusia yang sudah dinonaktifkan. Sejak tahun sebelumnya, Korea Utara telah berulang kali meminta teknologi kapal selam nuklir dan pesawat tempur canggih dari Rusia. Meskipun Rusia awalnya menolak, akhirnya mereka setuju untuk memberikan teknologi tersebut sebagai bagian dari hubungan kerja sama militer yang semakin erat. Kapal selam bertenaga nuklir sangat sulit dideteksi karena bisa beroperasi lama di bawah air tanpa muncul ke permukaan. Ini memberikan keunggulan besar bagi militer Korea Utara untuk melakukan operasi rahasia di wilayah musuh tanpa terdeteksi oleh radar atau sonar konvensional. Foto-foto yang diterbitkan oleh media resmi Korea Utara menunjukkan Kim Jong-un memeriksa kapal selam strategi yang sedang dibangun dengan tenaga nuklir. Ini memperkuat spekulasi bahwa Korea Utara sedang mempercepat upayanya dalam mengembangkan kapal selam nuklir sendiri. Kemampuan kapal selam nuklir akan memberikan Korea Utara senjata strategis yang signifikan dan meningkatkan ancaman bagi keamanan regional, khususnya bagi Korea Selatan dan Amerika Serikat, yang selama ini sangat memperhatikan kemampuan militer Pyongyang.
16 Sep 2025, 04.50 WIB

China Ubah Pembangkit Batubara Jadi Tenaga Nuklir untuk Energi Bersih

China Ubah Pembangkit Batubara Jadi Tenaga Nuklir untuk Energi Bersih
China memiliki kapasitas tenaga batubara yang sangat besar, cukup untuk memasok listrik seluruh Amerika Serikat. Namun, penggunaan batubara menghasilkan banyak emisi karbon yang menyebabkan polusi dan perubahan iklim. Untuk mengatasi hal ini, China berencana mengubah pembangkit listrik batubara yang akan pensiun menjadi pembangkit listrik tenaga nuklir yang lebih ramah lingkungan. Strategi ini dikenal dengan nama 'Coal to Nuclear' (C2N). Ide utama dari strategi ini adalah menggunakan fasilitas dan infrastruktur yang sudah ada di pembangkit batubara, seperti jaringan listrik dan akses air, untuk memasang reaktor nuklir generasi keempat yang lebih kecil, aman, dan efisien. Teknologi seperti reaktor gas suhu tinggi dan reaktor thorium garam cair sedang dikembangkan untuk tujuan ini. Reaktor nuklir generasi keempat ini mampu menghasilkan uap dengan suhu yang lebih tinggi dibandingkan reaktor biasa sehingga bisa memanfaatkan turbin yang sebelumnya digunakan di pembangkit batubara. Ini membuat transisi lebih cepat dan hemat biaya. Selain itu, reaktor ini memiliki fitur keselamatan yang sangat baik, seperti tahan terhadap pencairan bahan bakar tanpa perlu pendinginan aktif. China sangat cocok untuk melakukan transisi ini karena wilayah pesisirnya yang padat dan kebutuhan listrik tinggi serta keterbatasan lahan untuk membangun pembangkit baru. Meski begitu, tantangan utama tetap di biaya investasi dan penerimaan masyarakat terhadap nuklir, yang perlu dijawab dengan edukasi dan regulasi yang baik. Jika berhasil, strategi C2N bisa mempercepat pengurangan emisi karbon sekaligus memanfaatkan aset lama. Dalam jangka panjang, jika teknologi fusi nuklir berkembang, pembangkit ini bisa disulap lagi menjadi pembangkit tenaga fusi yang jauh lebih bersih dan efisien, membuka era baru energi di China.
15 Sep 2025, 13.00 WIB

Strategi China Mengubah Pembangkit Batu Bara Jadi Pembangkit Nuklir Ramah Lingkungan

Strategi China Mengubah Pembangkit Batu Bara Jadi Pembangkit Nuklir Ramah Lingkungan
China memiliki kapasitas pembangkit listrik batu bara yang sangat besar dan menjadi tantangan utama dalam upaya mengurangi emisi karbon. Untuk mengatasi masalah ini, mereka sedang mengembangkan strategi baru yang disebut 'Coal to Nuclear' atau C2N. Strategi C2N bertujuan mengubah pembangkit batu bara yang sudah tua dan akan pensiun menjadi pembangkit listrik tenaga nuklir menggunakan reaktor generasi keempat yang canggih dan aman. Ini bertujuan mempercepat proses transisi ke energi bersih. Teknologi reaktor yang digunakan termasuk reaktor suhu tinggi dan reaktor thorium berbasis garam cair yang mampu menghasilkan uap lebih panas dan lebih efisien dibanding reaktor biasa. Keunggulan ini memungkinkan pemanfaatan infrastruktur lama seperti akses jaringan dan air. Selain menghemat lahan dan biaya pembangunan, teknologi ini juga dirancang untuk lebih aman sehingga meningkatkan kemungkinan diterima masyarakat. Dengan kapasitas batu bara yang besar dan kebutuhan energi tinggi, China dapat menjadi pelopor dalam konversi ini. Perusahaan energi besar negara, CEEC, memimpin inisiatif ini dengan tujuan mendukung target dekarbonisasi nasional dan menjaga infrastruktur penting di wilayah pesisir. Jika berhasil, pendekatan ini akan mempercepat peralihan energi bersih secara signifikan.

Baca Juga

  • Kekhawatiran Proliferasi Reaktor Nuklir dengan Kemajuan Korea Utara dan Cina

  • Inovasi dalam Teknologi Air dan Energi Berkelanjutan

  • Kemajuan dalam Platform Penemuan Obat Berbasis AI

  • Persaingan Antariksa US-China yang Meningkat

  • Inovasi AI yang Mengubah Layanan Kesehatan Global