
Nvidia, perusahaan teknologi besar yang dikenal dengan chip grafis dan AI-nya, selalu mengandalkan ARM untuk inti CPU dalam chip supernya. Mereka bahkan pernah berusaha membeli ARM, tapi gagal karena adanya hambatan dari badan pemerintah. Kini, Nvidia mengumumkan kerja sama besar dengan Intel, perusahaan chip lain yang terkenal dengan arsitektur CPU x86.
Dalam laporan keuangan terbaru, Nvidia menunjukkan pertumbuhan pendapatan dan laba yang mengesankan di kuartal kedua tahun fiskal 2026. Pendapatan naik 56% menjadi 46,7 miliar dolar dan laba bersih naik 59%. CEO Nvidia, Jensen Huang, menyebut platform baru mereka, Blackwell, sebagai pusat revolusi AI yang sedang berkembang pesat.
Kemitraan Nvidia-Intel berarti Nvidia akan menggunakan CPU server Intel yang disesuaikan dan menghubungkannya dengan GPU Nvidia lewat teknologi unik bernama NVLink. Ini membuka kemungkinan baru dalam menciptakan chip lebih kuat untuk data center dan komputer personal yang mampu menangani tugas AI besar dengan lebih baik.
Analis dari Bank of America, Vivek Arya, menyambut baik kolaborasi ini dan memprediksi dampak positif jangka panjang, walaupun produk yang dikembangkan kemungkinan memerlukan waktu tahunan agar siap dipasarkan. Mereka juga mencatat risiko dari perlambatan pasar game dan pembatasan ekspor ke China yang bisa mempengaruhi penjualan Nvidia.
Secara keseluruhan, kerjasama Nvidia dan Intel ini bisa menjadi lompatan teknologi besar untuk dunia kecerdasan buatan dan data center. Namun, Nvidia harus menghadapi tantangan dari persaingan yang ketat, perubahan pasar, dan pengawasan pemerintah untuk tetap mempertahankan posisi terdepan.