
Perusahaan asal Tiongkok, BYD, memperkenalkan baterai Haohan yang menetapkan standar baru untuk penyimpanan energi skala besar dengan kapasitas minimal 14,5 MWh per unit, dua kali lebih besar dari sistem besar lainnya. Baterai ini dirancang dalam kontainer standar 20 kaki namun menawarkan kepadatan energi volumetrik yang jauh lebih tinggi dari rata-rata di pasar.
Baterai Haohan menggunakan sel Blade 2.710 Ah yang menjadi sel baterai terbesar untuk penyimpanan energi, memberikan kapasitas tiga kali lipat dari baterai biasa dan tahan hingga lebih dari 10.000 siklus isi ulang. Hal ini menekan biaya energi selama masa pakai hingga kurang dari Rp 230.23 ribu ($0,014) per kilowatt-jam, menjadikan proyek penyimpanan energi lebih ekonomis.
Sistem ini juga meningkatkan efisiensi ruang dan penurunan rata-rata kebutuhan lahan hingga sepertiga dari standar biasa, selain menurunkan kegagalan alat serta biaya perawatan hingga 70 persen. BYD melengkapi sistem ini dengan inverter canggih yang mendukung kestabilan jaringan dengan respon cepat dan kemampuan mengatasi beban lebih tinggi.
Selain aspek teknis, baterai Haohan dilengkapi alat berbasis blockchain untuk memantau jejak karbon selama siklus hidup produk. Langkah ini membantu mengurangi dampak karbon hingga 18 persen, sehingga mempermudah pemenuhan aturan lingkungan seperti regulasi batas karbon di Uni Eropa.
Persaingan global di bidang penyimpanan energi makin intens dengan peluncuran produk besar-besar dari perusahaan seperti CATL, Tesla, dan Sungrow. Dengan solusi inovatif dari BYD, termasuk baterai dan inverter yang lebih efisien dan tahan lama, diharapkan teknologi ini bisa mempercepat transisi ke sumber energi terbarukan yang lebih stabil dan hemat biaya.