Fokus
Teknologi

Open Source AI Mengubah Lanskap Inovasi Global

Share

Dorongan untuk pengembangan AI open source, terlihat dari lompatan strategi China dan langkah akuisisi oleh Nvidia, membuka peluang kolaboratif di tengah persaingan geopolitik dan dominasi korporasi. Pendekatan ini diyakini dapat mendemokratisasi akses dan inovasi teknologi secara global.

16 Des 2025, 11.14 WIB

China Kuasai AI Open-Source: Tantangan Baru di Lintasan Persaingan Global

China Kuasai AI Open-Source: Tantangan Baru di Lintasan Persaingan Global
Selama dua tahun terakhir, persaingan AI antara Amerika Serikat dan China lebih fokus pada perangkat keras, seperti chip dan hambatan ekspor. Washington berusaha membatasi akses China ke teknologi pengolahan semikonduktor paling canggih, sementara Beijing mempercepat pembangunan perangkat keras domestik untuk mengatasi kendala tersebut. Namun, fokus ini mulai bergeser karena kemajuan pesat di bidang perangkat lunak AI open-source yang kini menjadi medan kompetisi penting. China berhasil menghadirkan model bahasa besar (LLM) open-source yang kini tidak hanya sekadar alternatif, tapi sudah setara dengan model proprietary buatannya Amerika. Model-model dari Alibaba, Tencent, dan DeepSeek menyusun ekosistem AI open-source yang solid dan saling melengkapi dengan keunggulan masing-masing. Keunggulan ini memudahkan pengembang dan perusahaan untuk menggunakan model AI dengan biaya lebih murah dan kontrol penuh terhadap data mereka. Salah satu alasan utama tren ini adalah biaya penggunaan API AI yang sangat tinggi dan kontrol penuh yang diinginkan oleh perusahaan besar, seperti bank dan layanan kesehatan. Model open-weight dari China menawarkan kebebasan mengoperasikan model secara lokal atau dalam infrastruktur sendiri tanpa tergantung pada vendor. Ini sangat menarik terutama karena perbedaan performa antara model AS dan China sudah sangat kecil dalam banyak aplikasi praktis. Persaingan ini juga tidak hanya soal teknologi, tapi juga strategi. Dengan berbagai model open-source yang dikembangkan cepat dan lisensi yang permisif, China memperkuat posisinya secara global. Ini juga mengubah dinamika pasar AI, di mana standar baru mulai dibentuk dari penggunaan model open-source yang lebih murah dan mudah diakses, sekaligus mengikis monopoli vendor proprietari AS. Meski hardware tetap penting, pembatasan chip oleh AS tidak serta-merta menghentikan perkembangan AI China. Mereka mampu menggunakan chip yang lebih lama dan akselerator domestik untuk melatih model canggih. Kebijakan keterbukaan pengembangan model open-source menjadi keunggulan strategis yang menggeser persaingan industri AI ke ranah adopsi dan inovasi perangkat lunak, sekaligus memperluas pengaruh teknologi China di panggung global.
16 Des 2025, 05.00 WIB

Nvidia Perkuat AI Open Source Lewat Akuisisi SchedMD dan Model Baru

Nvidia Perkuat AI Open Source Lewat Akuisisi SchedMD dan Model Baru
Nvidia baru-baru ini mengambil langkah besar dengan mengakuisisi SchedMD, perusahaan yang mengembangkan Slurm, sebuah sistem manajemen beban kerja open source yang banyak digunakan dalam komputasi performa tinggi dan AI. Akuisisi ini bertujuan untuk memperkuat infrastruktur AI generatif yang sangat penting bagi Nvidia dalam menghadapi perkembangan teknologi AI saat ini. Slurm yang dikembangkan oleh SchedMD sejak tahun 2002, adalah software open source yang netral vendor dan digunakan secara luas di bidang komputasi super dan AI. Nvidia berencana menjaga Slurm tetap sebagai software terbuka dan akan terus mengembangkan teknologinya agar semakin mudah diakses dan dioptimalkan di berbagai sistem. Selain itu, Nvidia juga meluncurkan keluarga model AI open source terbaru bernama Nemotron 3. Model ini diklaim paling efisien untuk membangun agen AI yang akurat dengan variasi model yang dapat dipilih, seperti Nano untuk tugas kecil, Super untuk aplikasi multi agen AI, dan Ultra untuk tugas yang lebih kompleks. CEO Nvidia, Jensen Huang, menegaskan bahwa inovasi terbuka adalah pondasi untuk kemajuan AI. Dengan Nemotron, Nvidia ingin memberikan platform terbuka yang memungkinkan para pengembang mendapatkan transparansi dan efisiensi dalam membangun sistem AI berskala besar. Langkah Nvidia ini juga mencerminkan fokus mereka pada AI fisik, khususnya untuk aplikasi robotika dan kendaraan otonom. Dengan menyediakan AI dan software open source yang unggul, Nvidia berharap menjadi pemasok utama teknologi otak di balik robot atau kendaraan pintar masa depan.
16 Des 2025, 03.54 WIB

Creative Commons Dukung Sistem Pay-to-Crawl untuk Lindungi Konten di Era AI

Creative Commons Dukung Sistem Pay-to-Crawl untuk Lindungi Konten di Era AI
Creative Commons (CC) mulai mendukung konsep pay-to-crawl, sebuah teknologi yang memungkinkan situs web menerima pembayaran otomatis saat konten mereka diakses oleh AI webcrawler. Ide ini muncul karena perubahan besar dalam cara orang mengakses informasi lewat AI, yang membuat kunjungan ke situs web menurun drastis. Sebelumnya, situs web senang kontennya diindeks gratis oleh mesin pencari seperti Google karena hal itu mendatangkan traffic dan penghasilan dari iklan. Namun, dengan AI chatbot yang memberikan jawaban langsung tanpa link ke sumber, penerbit kini kehilangan pengunjung dan penghasilan. Pay-to-crawl bisa menjadi solusi agar situs web, terutama penerbit kecil, tetap mendapatkan kompensasi atas penggunaan konten mereka oleh perusahaan AI. Sistem ini juga mengatur penggunaan konten agar tidak disalahgunakan atau dibatasi secara berlebihan. Namun, CC memberikan catatan penting agar pay-to-crawl tidak menjadi aturan baku yang menutup akses bagi institusi riset, pendidikan, dan kepentingan publik. Sistem ini harus fleksibel, memungkinkan throttling, dan dibangun dengan standar terbuka agar seimbang dan adil. Beberapa perusahaan teknologi besar, seperti Cloudflare, Microsoft, dan startup baru, tengah mengembangkan solusi pay-to-crawl dan standar baru seperti Really Simple Licensing (RSL) yang mendapat dukungan luas. Ini menjadi langkah penting untuk menciptakan ekosistem AI yang berkelanjutan dan adil.