Pomodo Logo IconPomodo Logo Icon
Tanya PomodoSemua Artikel
Semua
Pomodo
TwitterInstagram
Tentang
TeknologiKecerdasan BuatanKendaraan Listrik dan BateraiKeamanan SiberPengembangan SoftwareGadgets dan WearablePermainan Console, PC, Mobile dan VRRobotika
BisnisEkonomi MakroStartup dan KewirausahaanManajemen dan Strategi BisnisMarketing
SainsFisika dan KimiaMatematikaNeurosains and PsikologiKesehatan dan Obat-obatanIklim dan LingkunganAstronomi dan Penjelajahan Luar Angkasa
FinansialMata Uang KriptoInvestasi dan Pasar ModalPerencanaan KeuanganPerbankan dan Layanan KeuanganKebijakan Fiskal
Stories
Bisnis

Penyesuaian Produksi OPEC Menyebabkan Volatilitas Harga Minyak Global di Tengah Ketegangan Perdagangan AS-China

Share

Penyesuaian produksi minyak oleh OPEC menyebabkan volatilitas harga minyak global. Ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan China serta ketidakpastian tarif turut mempengaruhi pasar energi dunia.

08 Mei 2025 pukul 08.05 WIB

Harga Minyak Stabil Didukung Harapan Perundingan Dagang AS-China dan Kebijakan OPEC+

Harga Minyak Stabil Didukung Harapan Perundingan Dagang AS-China dan Kebijakan OPEC+
Harga minyak dunia pada Kamis menunjukkan kestabilan dengan Brent crude mencapai Rp 101.22 juta ($61,55) per barel dan West Texas Intermediate berada di Rp 96.30 juta ($58,56) per barel. Kondisi ini didukung oleh harapan adanya terobosan dalam negosiasi dagang antara Amerika Serikat dan China, dua negara dengan konsumsi minyak terbesar di dunia. Situasi perdagangan global tercermin dari rencana pertemuan antara Menteri Keuangan Amerika Serikat Scott Bessent dan pejabat ekonomi China yang dijadwalkan berlangsung pada 10 Mei di Swiss. Negosiasi ini diharapkan dapat mengurangi ketegangan perdagangan yang selama ini menghambat pertumbuhan konsumsi minyak dunia. Namun, ada tekanan yang berpotensi menurunkan harga minyak karena keputusan OPEC+ untuk meningkatkan produksi minyak. Produksi tambahan ini bisa menambah pasokan minyak yang pada akhirnya menekan harga di pasar global. Analis dari Citi Research menurunkan perkiraan harga minyak Brent untuk tiga bulan ke depan menjadi Rp 904.48 ribu ($55) per barel, lebih rendah dari prediksi sebelumnya. Mereka juga menyebut bahwa kemungkinan kesepakatan nuklir antara AS dan Iran dapat menekan harga minyak lebih jauh, sementara ketidakpastian kesepakatan dapat membuat harga naik hingga di atas Rp 1.15 juta ($70) per barel. Sementara itu, Federal Reserve Amerika Serikat memutuskan untuk tetap mempertahankan suku bunganya dan memperingatkan risiko inflasi dan pengangguran yang lebih tinggi. Keputusan itu turut memperkuat nilai dolar AS, yang menjadi tantangan tambahan bagi pasar komoditas secara umum, termasuk minyak.
07 Mei 2025 pukul 07.57 WIB

AS dan China Siap Bicara Perdamaian Perdagangan, Pasar Merespons Positif

AS dan China Siap Bicara Perdamaian Perdagangan, Pasar Merespons Positif
Amerika Serikat dan China menghadapi masalah besar dengan tarif dan hambatan perdagangan yang telah berlangsung lama. Pemerintah dari kedua negara kini mulai sadar bahwa kondisi ini tidak dapat bertahan lama dan merugikan semua pihak. Scott Bessent, Menteri Keuangan AS, mengumumkan rencananya untuk melakukan pertemuan dengan pejabat China di Swiss. Tujuannya adalah membahas penyesuaian tarif dan mencari jalan terbaik agar hubungan dagang tetap terjaga tanpa harus memutuskan. Pihak China melalui kementerian perdagangannya menyatakan telah mempertimbangkan berbagai faktor, termasuk kepentingan global, negara mereka sendiri, serta harapan masyarakat dan pelaku bisnis Amerika. China pun menyetujui untuk terlibat dalam pembicaraan ini. Berita positif ini langsung berdampak di pasar keuangan global. Harga bitcoin naik sekitar 3 persen, mencapai 97.200 dolar, sementara indeks futures Nasdaq 100 dan S&P 500 juga mengalami kenaikan hampir satu persen. Kabar ini memberikan harapan bahwa ketegangan antara dua ekonomi terbesar dunia bisa mereda, sehingga pasar keuangan dan investor mendapatkan sinyal positif untuk bergerak lebih optimis ke depan.
07 Mei 2025 pukul 07.49 WIB

Harga Minyak Naik Didukung Harapan Negosiasi Dagang AS-China dan Penurunan Produksi AS

Harga Minyak Naik Didukung Harapan Negosiasi Dagang AS-China dan Penurunan Produksi AS
Harga minyak dunia mengalami kenaikan karena investor merasa positif terhadap rencana pertemuan antara Amerika Serikat dan China yang akan dilaksanakan di Swiss. Pertemuan ini dianggap sebagai langkah pertama untuk menyelesaikan perang dagang yang sudah berlangsung lama dan mengganggu ekonomi global. Harga minyak Brent dan West Texas Intermediate masing-masing naik 0,6% dan 0,7%, walaupun pada minggu ini sempat mencapai posisi terendah dalam empat tahun karena keputusan OPEC+ untuk mempercepat penambahan produksi minyak. Keputusan ini membuat pasar khawatir akan adanya kelebihan pasokan. Selain itu, beberapa produsen minyak di Amerika Serikat telah memberi sinyal akan mengurangi pengeluaran sehingga produksi minyak serpih mereka mungkin telah mencapai puncaknya. Hal ini memicu optimisme di pasar karena pasokan minyak AS dapat berkurang. Meski demikian, analis memperingatkan bahwa harga minyak masih berpotensi berfluktuasi karena OPEC+ akan terus melepas minyak ke pasar lebih cepat dari perkiraan dan kebijakan pemerintah AS yang masih sulit diprediksi. Data terbaru juga menunjukkan stok minyak mentah AS turun lebih dari yang diperkirakan. Secara keseluruhan, pasar minyak dunia menantikan hasil dari negosiasi dagang AS-China dan perubahan produksi minyak global yang akan menentukan arah harga minyak ke depan dalam situasi yang masih penuh ketidakpastian.
07 Mei 2025 pukul 01.17 WIB

Kenaikan Produksi OPEC+ dan Tarif Trump Picu Volatilitas Harga Minyak Dunia

Kenaikan Produksi OPEC+ dan Tarif Trump Picu Volatilitas Harga Minyak Dunia
Harga minyak dunia sempat mencapai titik terendah dalam empat tahun terakhir karena keputusan OPEC+ untuk meningkatkan produksi minyak secara cepat pada bulan Juni. Hal ini menyebabkan kekhawatiran pasar akan kelebihan pasokan minyak dunia sehingga harga menjadi lebih tidak stabil. Selain peningkatan produksi minyak, ketidakpastian kebijakan tarif dari pemerintah AS juga berdampak besar pada pasar minyak. Kebijakan tarif yang tidak menentu diduga dapat memperlambat perdagangan global dan berpotensi menurunkan permintaan minyak, sehingga menekan harga minyak lebih lanjut. EIA memperkirakan produksi minyak gabungan dari negara anggota OPEC+ akan meningkat sekitar 200 ribu barel per hari tahun ini, meskipun lebih rendah dari target produksi yang telah ditetapkan. Proyeksi ini menunjukkan langkah hati-hati OPEC+ dalam menjaga keseimbangan pasar minyak dunia. Di sisi lain, produsen minyak Amerika Serikat mulai mengurangi pengeluaran karena harga minyak yang lebih rendah. EIA juga merevisi turun perkiraan produksi minyak AS tahun ini dari 13,51 juta barel per hari menjadi 13,42 juta barel per hari, mengindikasikan puncak produksi mungkin sudah tercapai pada level harga saat ini. Dalam laporan terbarunya, EIA menurunkan proyeksi harga minyak mentah untuk tahun ini dan masa depan. Harga minyak West Texas Intermediate diperkirakan rata-rata sekitar Rp 101.65 juta ($61,81) per barel, sementara proyeksi harga Brent untuk 2025 juga diturunkan menjadi sekitar Rp 108.29 juta ($65,85) per barel.

Baca Juga

  • Penyesuaian Produksi OPEC Menyebabkan Volatilitas Harga Minyak Global di Tengah Ketegangan Perdagangan AS-China

  • Peningkatan Signifikan dalam Kemajuan Militer dan Pengembangan Kapasitas Nuklir di Asia di Tengah Ketegangan Geopolitik yang Meningkat

  • Indonesia Memperkuat Regulasi untuk Pekerja Ekonomi Gig

  • Pertarungan Antimonopoli FTC terhadap Meta: Implikasi untuk Kompetisi Media Sosial

  • Startup AI Mendapatkan Pendanaan untuk Mengurangi Halusinasi dan Menjamin Integritas Data