
Harga minyak dunia sempat mencapai titik terendah dalam empat tahun terakhir karena keputusan OPEC+ untuk meningkatkan produksi minyak secara cepat pada bulan Juni. Hal ini menyebabkan kekhawatiran pasar akan kelebihan pasokan minyak dunia sehingga harga menjadi lebih tidak stabil.
Selain peningkatan produksi minyak, ketidakpastian kebijakan tarif dari pemerintah AS juga berdampak besar pada pasar minyak. Kebijakan tarif yang tidak menentu diduga dapat memperlambat perdagangan global dan berpotensi menurunkan permintaan minyak, sehingga menekan harga minyak lebih lanjut.
EIA memperkirakan produksi minyak gabungan dari negara anggota OPEC+ akan meningkat sekitar 200 ribu barel per hari tahun ini, meskipun lebih rendah dari target produksi yang telah ditetapkan. Proyeksi ini menunjukkan langkah hati-hati OPEC+ dalam menjaga keseimbangan pasar minyak dunia.
Di sisi lain, produsen minyak Amerika Serikat mulai mengurangi pengeluaran karena harga minyak yang lebih rendah. EIA juga merevisi turun perkiraan produksi minyak AS tahun ini dari 13,51 juta barel per hari menjadi 13,42 juta barel per hari, mengindikasikan puncak produksi mungkin sudah tercapai pada level harga saat ini.
Dalam laporan terbarunya, EIA menurunkan proyeksi harga minyak mentah untuk tahun ini dan masa depan. Harga minyak West Texas Intermediate diperkirakan rata-rata sekitar Rp 101.65 juta ($61,81) per barel, sementara proyeksi harga Brent untuk 2025 juga diturunkan menjadi sekitar Rp 108.29 juta ($65,85) per barel.