Pomodo Logo IconPomodo Logo Icon
Tanya PomodoSemua Artikel
Semua
Pomodo
TwitterInstagram
Tentang
TeknologiKecerdasan BuatanKendaraan Listrik dan BateraiKeamanan SiberPengembangan SoftwareGadgets dan WearablePermainan Console, PC, Mobile dan VRRobotika
BisnisEkonomi MakroStartup dan KewirausahaanManajemen dan Strategi BisnisMarketing
SainsFisika dan KimiaMatematikaNeurosains and PsikologiKesehatan dan Obat-obatanIklim dan LingkunganAstronomi dan Penjelajahan Luar Angkasa
FinansialMata Uang KriptoInvestasi dan Pasar ModalPerencanaan KeuanganPerbankan dan Layanan KeuanganKebijakan Fiskal
Stories
Bisnis

Peningkatan Signifikan dalam Kemajuan Militer dan Pengembangan Kapasitas Nuklir di Asia di Tengah Ketegangan Geopolitik yang Meningkat

Share

Beberapa negara besar di Asia, termasuk China, India, dan Pakistan, mengembangkan kemampuan militer dan nuklir mereka sebagai tanggapan terhadap meningkatnya ketegangan geopolitik dengan negara lain seperti Amerika Serikat. Studi PLA mengungkapkan lebih dari 100 reaktor nuklir China yang bisa menjadi target perang, sementara India dan Pakistan terus memperkuat persenjataan nuklir mereka. Selain itu, pengembangan jet generasi keenam China dan rencana Amerika Serikat untuk penggantian silo misil nuklir mencerminkan perlombaan militer yang semakin intens.

10 Mei 2025 pukul 08.00 WIB

Kekhawatiran PLA atas Risiko Serangan Militer pada Pembangkit Nuklir China

Kekhawatiran PLA atas Risiko Serangan Militer pada Pembangkit Nuklir China
Perang Rusia-Ukraina telah mengubah pandangan dunia tentang keamanan pembangkit listrik tenaga nuklir sipil. Sebelumnya, pembangkit ini dianggap tidak akan menjadi target serangan militer. Namun, kenyataannya, konflik tersebut menunjukkan bahwa pembangkit nuklir bisa saja diserang, memicu risiko besar bagi keselamatan dan lingkungan. China tengah membangun banyak reaktor nuklir baru, terutama di wilayah pesisir yang strategis. Hal ini membuat Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) merasa khawatir tentang keamanan fasilitas penting ini jika terjadi perang. Beberapa reaktor berada di daerah yang sensitif seperti Selat Taiwan dan Laut China Selatan. Sebuah studi terbaru yang dipimpin oleh associate professor Wang Fengshan dari PLA Army Engineering University menegaskan bahwa pembangkit nuklir akan menjadi sasaran utama dalam skenario konflik bersenjata. Penyerangan terhadap fasilitas ini dapat menimbulkan kerusakan besar dan membahayakan nyawa warga. Penelitian ini juga mengingatkan perlunya peningkatan pertahanan dan strategi darurat yang lebih matang untuk melindungi pembangkit nuklir. China harus menanggapi risiko tersebut dengan serius agar tidak terjadi bencana besar jika fasilitas nuklir diserang. Secara keseluruhan, meskipun China tengah mengalami kemajuan besar dalam pengembangan energi nuklirnya, potensi ancaman militer terhadap pembangkit nuklir membuat pemerintah dan militer harus terus memperkuat keamanan dan kesiapsiagaan mereka.
07 Mei 2025 pukul 17.40 WIB

Perang India-Pakistan 2025: Kekuatan Militer dan Persenjataan Terbaru

Perang India-Pakistan 2025: Kekuatan Militer dan Persenjataan Terbaru
Perang antara India dan Pakistan meletus pada 7 Mei 2025 setelah serangan terorisme di Kashmir yang menewaskan banyak turis dan menimbulkan tuduhan India terhadap Pakistan. Konflik ini memicu operasi militer dan pertempuran sengit. India melancarkan serangan militer yang menghantam beberapa lokasi di Pakistan, sementara Pakistan membalas dengan menembak jatuh sejumlah jet tempur India, memperlihatkan eskalasi ketegangan antara dua negara ini. Ketegangan kedua negara sudah lama berlangsung, terutama terkait perebutan wilayah Kashmir yang menjadi daerah sengketa sejak lama dan menjadi sumber konflik utama antara India dan Pakistan. Dari sisi kekuatan militer, India jauh lebih unggul dalam jumlah pasukan aktif, anggaran pertahanan, jumlah jet tempur, helikopter, dan kendaraan berlapis baja dibanding Pakistan yang memiliki jumlah lebih kecil namun unggul dalam beberapa jenis artileri berpenggerak sendiri dan proyektor roket bergerak. Kekuatan angkatan laut India juga jauh lebih maju dengan peringkat ke-6 dunia yang meliputi kapal induk, kapal selam, dan kapal perang lebih banyak daripada Pakistan. Hal ini memberikan gambaran kekuatan dan kesiapan militer kedua negara dalam konflik yang sedang terjadi.
06 Mei 2025 pukul 20.24 WIB

US Air Force Pilih Bangun Silo Baru untuk Rudal Sentinel Gantikan Minuteman III

US Air Force Pilih Bangun Silo Baru untuk Rudal Sentinel Gantikan Minuteman III
US Air Force berencana membangun silo rudal baru untuk program Sentinel karena memperbaiki silo lama dianggap lebih mahal dan kurang cocok dengan teknologi rudal baru yang lebih besar dan kompleks. Silo lama yang sejak 1960-1970-an dibangun tidak dirancang untuk kebutuhan modern seperti sistem kelistrikan dan keamanan siber yang mutakhir. Evaluasi ulang dilakukan setelah terjadi pembengkakan biaya besar dalam program Sentinel. Analisis menunjukkan bahwa membangun silo baru di lahan milik Angkatan Udara lebih efisien dan memungkinkan integrasi teknologi terbaru dengan lebih mudah. Ini juga mengurangi risiko gangguan kesiapan nuklir saat transisi dari Minuteman III. Strategi ini memanfaatkan lahan yang sudah ada di pangkalan rudal saat ini, sehingga menghindari kebutuhan relokasi besar atau pembelian lahan baru. Konsep ini akan memudahkan penjadwalan pembangunan dan pemeliharaan tanpa mengurangi kekuatan pertahanan nuklir Amerika Serikat. Sekitar 81% dari kelebihan biaya program Sentinel berasal dari infrastruktur peluncuran dan upgrade. Oleh karena itu, fokus pada pembangunan fasilitas yang benar-benar baru dan sesuai kebutuhan dipandang sebagai solusi ekonomis dan strategis jangka panjang. Angkatan Udara AS menyadari pentingnya menjaga kesiapan nuklir dalam transisi ini, sehingga dilakukan koordinasi erat antar bagian operasi, pemeliharaan, dan akuisisi. Dengan membangun silo baru, diharapkan program Sentinel dapat sukses menggantikan Minuteman III dengan hasil maksimal.
06 Mei 2025 pukul 20.20 WIB

China Kembangkan Pesawat Tempur Generasi Keenam J-36 untuk Tantang Amerika di Indo-Pasifik

China Kembangkan Pesawat Tempur Generasi Keenam J-36 untuk Tantang Amerika di Indo-Pasifik
China sedang mempercepat pengembangan pesawat tempur generasi keenam yang dikenal dengan nama J-36 untuk menghadapi kekuatan udara Amerika Serikat dalam potensi konflik di sekitar Taiwan. Pesawat ini dirancang agar mampu menghalangi pesawat dan pembom AS selama berjam-jam dalam jarak serangan yang cukup jauh. Menurut laporan dari majalah China Shipborne Weapon, J-36 dapat melakukan operasi penolakan ruang udara dalam radius hingga 1.000 km dan mengunci akses udara AS yang berbasis di wilayah Guam dan pulau-pulau lain di wilayah kedua rantai pulau di Pasifik Barat. Selain itu, J-36 berukuran besar dan dilengkapi teknologi canggih seperti stealth penuh, tiga mesin untuk memperpanjang jangkauan, dan kokpit dua tempat duduk yang mendukung kerja sama langsung dengan drone tempur. Pesawat ini juga didukung sistem peperangan elektronik dan radar mutakhir yang memperkuat kesadaran situasional pilot. J-20, pesawat tempur generasi kelima China saat ini, dianggap kurang mampu menandingi pembom siluman generasi keenam AS, B-21 Raider, terutama karena keterbatasan jarak tempur dan kemampuan muatan. Sedangkan B-21 telah memasuki tahap produksi massal dan mampu melakukan misi jarak jauh dengan stealth yang tinggi. J-36 direncanakan mulai dioperasikan sekitar tahun 2030, berpotensi menjadi pesawat tempur generasi keenam pertama di dunia. Hal ini bisa merubah dinamika kekuatan udara di kawasan Indo-Pasifik dan memaksa AS untuk meninjau ulang strategi militernya di kawasan tersebut.

Baca Juga

  • Penyesuaian Produksi OPEC Menyebabkan Volatilitas Harga Minyak Global di Tengah Ketegangan Perdagangan AS-China

  • Peningkatan Signifikan dalam Kemajuan Militer dan Pengembangan Kapasitas Nuklir di Asia di Tengah Ketegangan Geopolitik yang Meningkat

  • Indonesia Memperkuat Regulasi untuk Pekerja Ekonomi Gig

  • Pertarungan Antimonopoli FTC terhadap Meta: Implikasi untuk Kompetisi Media Sosial

  • Startup AI Mendapatkan Pendanaan untuk Mengurangi Halusinasi dan Menjamin Integritas Data