Courtesy of NatureMagazine
Penemuan Kranium 'Dragon Man' Ungkap Wajah Denisovan yang Misterius
Mengidentifikasi dan mengonfirmasi bahwa fosil kranium "Dragon Man" merupakan anggota kelompok manusia purba Denisovan menggunakan data molekuler dan rekonstruksi morfologi.
18 Jun 2025, 07.00 WIB
37 dibaca
Share
Ikhtisar 15 Detik
- Penemuan fosil Dragon Man memberikan wawasan baru tentang morfologi Denisovan.
- Analisis protein dari fosil menunjukkan hubungan dekat antara Dragon Man dan Denisovan lainnya.
- Fosil ini membantu menjelaskan penampilan dan ukuran otak manusia purba yang belum banyak diketahui sebelumnya.
Shijiazhuang, Cina - Para ilmuwan menemukan sebuah fosil kranium manusia purba yang disebut 'Dragon Man' di Shijiazhuang, Cina. Fosil ini diperkirakan berumur setidaknya 146.000 tahun dan memiliki bentuk otak sebesar manusia modern dan Neanderthal, serta alis yang tebal. Penemuan ini sangat penting karena merupakan tengkorak hampir lengkap yang pertama dikaitkan dengan kelompok manusia purba Denisovan.
Denisovan sebelumnya hanya diketahui dari fragmen DNA yang ditemukan di sebuah gua di Siberia pada tahun 2010, sehingga bentuk tubuh dan penampilan mereka masih menjadi misteri selama ini. Dengan penemuan kranium ini, para peneliti dapat mempelajari morfologi Denisovan dengan lebih jelas dan memahami hubungan mereka dengan manusia modern dan Neanderthal.
Meskipun para peneliti tidak berhasil mengekstrak DNA kuno dari fosil, mereka berhasil mengumpulkan dan menganalisis fragmen protein kuno yang ada pada tulang petrous dan gigi fosil tersebut. Protein-protein ini menunjukkan kesamaan dengan protein Denisovan yang pernah ditemukan di Siberia, Tibet, dan Taiwan, sehingga mengonfirmasi bahwa fosil ‘Dragon Man’ adalah Denisovan.
Penemuan ini juga menutup perdebatan dan spekulasi panjang tentang tampilan fisik Denisovan yang telah berlangsung sejak penemuan pertama mereka pada tahun 2010. Fosil ini memberikan bukti kuat tentang ciri-ciri seperti alis besar dan ukuran otak, yang membedakan mereka dari manusia modern dan Neanderthal.
Sumber: https://nature.com/articles/d41586-025-01899-y