Belajar dari Jepang: Kunci Menekan Korban Tsunami adalah Literasi dan Evakuasi Cepat
Courtesy of CNBCIndonesia

Belajar dari Jepang: Kunci Menekan Korban Tsunami adalah Literasi dan Evakuasi Cepat

Menyebarkan pentingnya literasi dan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi tsunami sebagai kunci keberhasilan mengurangi korban jiwa, sekaligus membuka peluang kerja sama antara Indonesia dan Jepang dalam meningkatkan kapasitas kebencanaan di Indonesia.

07 Sep 2025, 13.30 WIB
151 dibaca
Share
Ikhtisar 15 Detik
  • Literasi bencana dan evakuasi cepat sangat penting dalam mengurangi risiko korban jiwa saat bencana.
  • Praktik komunitas dalam membangun kesadaran bencana terbukti efektif dan dapat diadopsi di negara lain.
  • Komunikasi yang tepat mengenai risiko bencana dapat mencegah kepanikan dan dampak negatif pada masyarakat.
Jakarta, Indonesia - Jepang dikenal berhasil menekan jumlah korban jiwa saat tsunami tidak hanya karena teknologi peringatan dini canggih, tetapi juga karena literasi masyarakat yang tinggi untuk evakuasi cepat. Makoto Takahashi dari Universitas Nagoya menegaskan bahwa permasalahan utama adalah ketidakmauan masyarakat untuk segera bertindak setelah mendapatkan peringatan tsunami.
Desa Nishiki di Jepang Tengah menjadi contoh sukses penerapan literasi bencana melalui pembangunan fasilitas evakuasi, pembentukan budaya sadar bencana, serta sistem peringatan berbasis komunitas. Selain itu, mereka juga sudah merelokasi penduduk ke tempat yang lebih tinggi agar lebih aman dari tsunami, terutama lansia yang rentan.
Setelah tsunami dan gempa Jepang Timur 2011, pemerintah Jepang menaikkan asumsi risiko gempa Nankai Trough ke kategori maksimum untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat dan memperkuat strategi pengurangan risiko. Namun, penting juga bagi komunikasi risiko dilakukan dengan cara yang sederhana dan tidak menimbulkan ketakutan berlebihan agar ekonomi tidak terdampak negatif.
Pusat Riset Kependudukan BRIN bersama Universitas Nagoya menyelenggarakan kuliah umum yang menekankan pentingnya literasi kebencanaan di Indonesia. Ali Yansyah Abdurrahim berharap kegiatan ini bisa memperkuat pemahaman akademik dan membuka peluang kerja sama internasional yang lebih konkret antara Indonesia dan Jepang.
Dari pelajaran Jepang, Indonesia diharapkan dapat mengadopsi pendekatan literasi bencana, simulasi, dan sistem evakuasi yang adaptif sesuai kondisi lokal. Dengan pendidikan dan kesiapsiagaan yang terus-menerus, risiko korban jiwa akibat bencana tsunami di Indonesia diharapkan dapat ditekan secara signifikan.
Referensi:
[1] https://www.cnbcindonesia.com/tech/20250907095748-37-664748/jepang-sukses-tekan-korban-jiwa-saat-tsunami-ternyata-ini-rahasianya

Analisis Kami

"Pengalaman Jepang menunjukkan bahwa teknologi saja tidak cukup jika tidak diiringi dengan pendidikan dan budaya kesiapsiagaan masyarakat. Indonesia harus fokus membangun kesadaran dan kemampuan tindakan cepat masyarakat secara berkelanjutan agar mitigasi bencana lebih optimal."

Analisis Ahli

Makoto Takahashi
"Masalah utama adalah ketidakmauan masyarakat bereaksi cepat, bukan kurangnya informasi, sehingga literasi dan budaya evakuasi sangat krusial."
Kenji Muroi
"Komunikasi risiko harus disampaikan dengan hati-hati dan sederhana agar tidak menimbulkan kepanikan yang malah merugikan ekonomi."
Ali Yansyah Abdurrahim
"Kerja sama internasional dengan Jepang dapat memperkuat literasi kebencanaan di Indonesia dan membuka peluang kolaborasi yang lebih besar."

Prediksi Kami

Indonesia akan mengadopsi dan mengembangkan sistem literasi bencana dan evakuasi cepat dengan pendekatan yang lebih adaptif terhadap kondisi lokal, berpotensi menurunkan jumlah korban jiwa dalam bencana alam di masa depan.

Pertanyaan Terkait

Q
Apa yang menjadi kunci keberhasilan Jepang dalam menekan korban jiwa saat tsunami?
A
Kunci keberhasilan Jepang dalam menekan korban jiwa saat tsunami adalah literasi masyarakat dalam melakukan evakuasi cepat.
Q
Apa tiga pilar utama literasi bencana yang diterapkan di Desa Nishiki?
A
Tiga pilar utama literasi bencana di Desa Nishiki adalah pembangunan jalur dan fasilitas evakuasi, pembentukan budaya sadar bencana, dan sistem peringatan berbasis komunitas.
Q
Mengapa komunikasi risiko harus disampaikan dengan bijak?
A
Komunikasi risiko harus disampaikan dengan bijak untuk menghindari kekhawatiran yang berlebihan dan dampak negatif pada ekonomi.
Q
Apa yang dilakukan pemerintah Nishiki untuk merelokasi penduduk?
A
Pemerintah Nishiki merelokasi penduduk ke wilayah yang lebih tinggi untuk mengurangi risiko bencana, terutama bagi lansia.
Q
Apa harapan dari kegiatan kolaborasi antara BRIN dan Universitas Nagoya?
A
Harapan dari kegiatan kolaborasi adalah memperkuat literasi kebencanaan di Indonesia dan membangun kolaborasi internasional yang lebih konkret.

Artikel Serupa

Pelajaran Dari Tsunami Fukushima 2011: Pentingnya Sistem Peringatan dan Mitigasi BencanaCNBCIndonesia
Sains
26 hari lalu
167 dibaca

Pelajaran Dari Tsunami Fukushima 2011: Pentingnya Sistem Peringatan dan Mitigasi Bencana

BRIN Ungkap Bukti Tsunami Raksasa di Selatan Jawa, Peringatan Serius!CNBCIndonesia
Sains
29 hari lalu
176 dibaca

BRIN Ungkap Bukti Tsunami Raksasa di Selatan Jawa, Peringatan Serius!

Waspada Tsunami Akibat Gempa Kuat di Kamchatka, Pemerintah Tingkatkan KesiapsiagaanCNBCIndonesia
Sains
1 bulan lalu
203 dibaca

Waspada Tsunami Akibat Gempa Kuat di Kamchatka, Pemerintah Tingkatkan Kesiapsiagaan

Teknologi AI dan Kabel Optik Bawah Laut Perkuat Peringatan Dini Gempa MegathrustCNBCIndonesia
Teknologi
3 bulan lalu
99 dibaca

Teknologi AI dan Kabel Optik Bawah Laut Perkuat Peringatan Dini Gempa Megathrust

Waspada Ancaman Gempa dan Tsunami Megathrust di IndonesiaCNBCIndonesia
Sains
3 bulan lalu
193 dibaca

Waspada Ancaman Gempa dan Tsunami Megathrust di Indonesia

Ingatkan Tsunami 1674, BMKG Dorong Ambon Jadi Komunitas Siaga TsunamiCNBCIndonesia
Sains
4 bulan lalu
77 dibaca

Ingatkan Tsunami 1674, BMKG Dorong Ambon Jadi Komunitas Siaga Tsunami