
Courtesy of Forbes
Kenali Pola Self-Sabotage: Cara Halus Menghambat Kesuksesan dan Kebahagiaan
Memberikan pemahaman tentang bentuk-bentuk self-sabotage yang tersembunyi dan cara mengenalinya agar bisa mulai mengubah pola tersebut demi mencapai pertumbuhan pribadi dan kehidupan yang lebih memuaskan.
04 Des 2025, 05.30 WIB
230 dibaca
Share
Ikhtisar 15 Detik
- Penting untuk menyadari pola pembangkangan diri yang tersembunyi dalam kebiasaan sehari-hari.
- Pertumbuhan pribadi sering kali membutuhkan ketidaknyamanan dan keberanian untuk menghadapi hal-hal baru.
- Perfeksionisme dapat menjadi penghalang yang tidak terlihat untuk kemajuan, dan penting untuk memberi diri kita izin untuk tidak sempurna.
Banyak orang menganggap self-sabotage sebagai tindakan destruktif yang jelas, seperti mengakhiri hubungan tanpa alasan, tapi sebenarnya self-sabotage sering hadir dalam bentuk kebiasaan sehari-hari yang tampak normal. Kebiasaan ini justru menghalangi tujuan dan impian kita secara diam-diam karena berasal dari mekanisme perlindungan diri berdasarkan pengalaman dan ketakutan masa lalu yang tidak disadari.
Salah satu bentuk self-sabotage adalah kecenderungan untuk tetap berada di zona nyaman meski situasi tersebut tidak memuaskan. Otak kita lebih memilih kepastian dari kebiasaan lama yang familiar daripada risiko ketidakpastian yang berpotensi lebih baik. Karena itu, seringkali kita bertahan dalam pekerjaan atau hubungan yang tidak sesuai demi rasa aman yang salah.
Perfectionism menjadi bentuk self-sabotage lainnya yang sulit dikenali karena terlihat produktif dan positif. Sering kali, dorongan untuk sempurna sebenarnya menunda langkah kita untuk maju karena takut gagal atau penolakan. Ini yang menyebabkan banyak ide dan rencana stagnan di tahap awal tanpa pernah terealisasi.
Self-sabotage juga muncul dari rasa tidak layak mendapatkan kebahagiaan dan stabilitas. Individu yang punya pengalaman emosional tidak stabil cenderung meragukan kenikmatan hidup yang terasa terlalu baik. Kondisi ini membuat mereka secara tidak sadar menghindar dari situasi positif demi mengantisipasi kemungkinan hal buruk yang mungkin terjadi.
Langkah pertama untuk keluar dari pola self-sabotage adalah menyadari kebiasaan-kebiasaan tersebut dengan jujur. Setelah disadari, kita bisa mulai mengambil tindakan kecil untuk memperkenalkan ketidaknyamanan yang sehat, membiarkan diri belajar dari kegagalan, dan membuka ruang untuk pengalaman positif agar kehidupan kita berkembang menuju versi terbaik diri kita.
Referensi:
[1] https://www.forbes.com/sites/traversmark/2025/12/03/3-ways-you-self-sabotage-without-realizing-it-by-a-psychologist/
[1] https://www.forbes.com/sites/traversmark/2025/12/03/3-ways-you-self-sabotage-without-realizing-it-by-a-psychologist/
Analisis Ahli
Brené Brown
"Menekankan pentingnya kerentanan untuk menghadapi ketakutan dalam self-sabotage dan mempromosikan pertumbuhan pribadi."
Albert Ellis
"Melihat self-sabotage sebagai hasil dari keyakinan irasional yang bisa diubah melalui pendekatan terapi kognitif."
Analisis Kami
"Self-sabotage sering dianggap hanya sebuah kegagalan karakter, padahal sebenarnya sebuah pola yang terbentuk dari pengalaman dan perlindungan diri yang salah kaprah. Mengatasi ini membutuhkan bukan hanya kesadaran, tapi kesabaran dan latihan untuk mengizinkan diri berkembang melalui ketidaknyamanan kecil."
Prediksi Kami
Jika kesadaran terhadap pola self-sabotage terus meningkat, lebih banyak orang akan mampu mengatasi hambatan internal mereka sehingga mencapai potensi maksimal dan kesejahteraan emosional yang lebih baik.





