Pomodo Logo IconPomodo Logo Icon
Tanya PomodoSemua Artikel
Semua
Pomodo
TwitterInstagram
Tentang
TeknologiKecerdasan BuatanKendaraan Listrik dan BateraiKeamanan SiberPengembangan SoftwareGadgets dan WearablePermainan Console, PC, Mobile dan VRRobotika
BisnisEkonomi MakroStartup dan KewirausahaanManajemen dan Strategi BisnisMarketing
SainsFisika dan KimiaMatematikaNeurosains and PsikologiKesehatan dan Obat-obatanIklim dan LingkunganAstronomi dan Penjelajahan Luar Angkasa
FinansialMata Uang KriptoInvestasi dan Pasar ModalPerencanaan KeuanganPerbankan dan Layanan KeuanganKebijakan Fiskal
Stories
Finansial

Ketegangan Geopolitik antara Iran dan Israel Mempengaruhi Pasar Bitcoin

Share

Konflik militer antara Iran dan Israel telah menyebabkan fluktuasi signifikan dalam pasar Bitcoin, dengan harga cryptocurrency melonjak dan turun secara tajam sebagai respons terhadap serangan dan ketegangan regional.

19 Jun 2025, 13.45 WIB

Ketegangan Memuncak: Israel Serang Reaktor Nuklir Iran, Balasan Misil Mewarnai Konflik

Ketegangan Memuncak: Israel Serang Reaktor Nuklir Iran, Balasan Misil Mewarnai Konflik
Ketegangan antara Iran dan Israel meningkat sangat serius setelah Israel melancarkan serangan udara terhadap reaktor air berat Arak di Iran. Iran mengonfirmasi serangan tersebut namun menyatakan bahwa tidak ada bahaya radiasi akibat serangan itu. Israel bahkan sempat mengeluarkan peringatan kepada warga agar mengungsi dari area sekitar reaktor sebelum serangan dilakukan. Balasan dari Iran datang dengan serangkaian tembakan misil ke berbagai daerah di Israel. Salah satu misil bahkan mengenai bangunan medis dan beberapa gedung apartemen, meskipun belum ada konfirmasi resmi tentang korban jiwa akibat serangan tersebut. Israel membalas dengan serangan udara ke beberapa lokasi termasuk di Tehran. Reaktor Arak sendiri menjadi titik perhatian karena menggunakan air berat yang dapat menghasilkan plutonium sebagai bahan dasar senjata nuklir. Meskipun direvisi dalam kesepakatan nuklir 2015, reaktor ini masih dianggap berisiko karena Iran membatasi pengawasan dari badan internasional, IAEA, sehingga sulit untuk memantau produksi air berat dan aktivitas nuklir yang terjadi disana. Perang dingin nuklir ini juga mendapat pengaruh dari kebijakan Amerika Serikat yang sempat mengundurkan diri dari kesepakatan nuklir di masa pemerintahan Donald Trump. Trump diketahui menyetujui rencana militer terhadap Iran namun masih ragu-ragu mengambil keputusan final sambil menunggu Iran mungkin mundur dari ambisinya. Sementara itu, diplomasi internasional masih terus berjalan dengan adanya pertemuan antara menteri luar negeri Eropa dan Iran. Situasi ini menunjukkan bagaimana masalah nuklir Iran telah menjadi titik konflik serius di Timur Tengah dengan risiko meningkatnya ketegangan militer yang bisa berimplikasi luas, sehingga berbagai negara dunia dan badan internasional masih berusaha mencari solusi agar konflik tidak semakin meluas.
14 Jun 2025, 02.57 WIB

Konflik Memanas: Iran Balas Serangan Terbesar Israel dengan Rudal Balistik

Konflik Memanas: Iran Balas Serangan Terbesar Israel dengan Rudal Balistik
Ketegangan antara Israel dan Iran meningkat tajam setelah Israel melakukan serangan udara terbesar ke wilayah Iran, termasuk situs nuklir Natanz yang penting. Serangan ini mengakibatkan kematian beberapa komandan militer Iran dan memicu respons militer dari Iran. Sebagai balasan, Iran meluncurkan ratusan rudal balistik ke kota-kota utama Israel seperti Tel Aviv dan Yerusalem. Sirene peringatan serangan udara berbunyi dan sistem pertahanan udara Israel berhasil mencegat banyak serangan tersebut. Iran mengutuk keras tindakan Israel dan menyebut serangan itu sebagai awal dari peperangan. Ledakan juga dilaporkan terjadi di sejumlah lokasi di Iran, termasuk dekat Tehran dan situs nuklir Fordow di Qom. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menegaskan bahwa kampanye militer ini akan terus dijalankan sampai ancaman yang berasal dari Iran benar-benar teratasi. Ia juga mengingatkan akan sejarah panjang kegagalan mencegah kejahatan besar demi menyokong tindakannya. Sementara itu, presiden Amerika Serikat saat itu, Donald Trump, menyatakan bahwa pembicaraan nuklir dengan Iran masih memungkinkan dan menyerukan kedua pihak untuk mencari kesepakatan guna menghindari eskalasi lebih jauh.
14 Jun 2025, 01.52 WIB

Pasar Crypto Bergejolak Akibat Konflik, Bitcoin Turun Sebelum Berpotensi Naik

Pasar Crypto Bergejolak Akibat Konflik, Bitcoin Turun Sebelum Berpotensi Naik
Pasar cryptocurrency mengalami tekanan akibat eskalasi konflik antara Israel dan Iran. Bitcoin sempat turun hingga 102.600 dolar AS namun kemudian naik kembali ke sekitar 106.000 dolar AS sebelum melemah. Penurunan di pasar crypto ini juga disertai oleh turunnya indeks CoinDesk 20 yang mewakili 20 koin terbesar selain stablecoin dan koin exchange. Ether, Avalanche, dan Toncoin menjadi yang paling terdampak dengan penurunan harga antara 6% sampai 8%. Sementara itu, saham perusahaan yang bergerak di penambangan bitcoin seperti MARA dan RIOT juga mengalami penurunan yang cukup signifikan. Namun, issuer stablecoin Circle justru meningkat nilainya berkat IPO dan kabar retail besar seperti Amazon dan Walmart mulai mempertimbangkan penerapan stablecoin. Pasar tradisional cenderung stabil di tengah situasi geopolitik yang meningkat ketegangannya. Harga emas naik, menandakan permintaan aset safe haven, sementara indeks saham utama seperti S&P 500 dan Nasdaq hanya turun tipis sekitar 0,4%. Para trader dan investor tampak berhati-hati dan menunggu sinyal lebih jelas karena ketidakpastian pasar masih sangat tinggi. Menurut analis crypto terkenal Markus Thielen, penurunan bitcoin di bawah angka 106.000 dolar AS menunjukkan kegagalan breakout, dan dia menyarankan supaya investor menunggu konfirmasi atau setup yang lebih baik sebelum membeli. Dia juga menyoroti area 100.000 sampai 101.000 sebagai support penting yang jika ditembus bisa menandai bitcoin kembali ke fase konsolidasi yang sudah berlangsung sejak musim panas lalu. Sementara itu, John Glover dari Ledn memandang bahwa bitcoin sedang dalam fase koreksi dan harga dapat turun ke kisaran 88.000 hingga 93.000 dolar AS. Namun level 90.000 dolar bisa menjadi kesempatan membeli yang baik sebelum bitcoin melanjutkan tren kenaikan ke target berikutnya sekitar 130.000 dolar AS. Kesimpulannya, pasar crypto saat ini bergerak dengan sangat hati-hati karena faktor geopolitik yang tidak pasti.
13 Jun 2025, 18.21 WIB

Dampak Serangan Israel ke Iran: Cryptocurrency Anjlok dan Likuidasi Besar Terjadi

Dampak Serangan Israel ke Iran: Cryptocurrency Anjlok dan Likuidasi Besar Terjadi
Dalam 24 jam terakhir, pasar cryptocurrency mengalami likuidasi besar dengan posisi long bernilai lebih dari USRp 16.45 triliun ($1 miliar) terhapus. Penurunan harga terutama terjadi pada Bitcoin dan Ether, setelah berita eskalasi militer di Timur Tengah. Israel melancarkan serangan udara ke Iran, menimbulkan ledakan yang terdengar di Teheran. Israel juga menyatakan keadaan darurat khusus, mengantisipasi serangan balasan dari Iran berupa drone dan misil. Akibatnya, Bitcoin sempat turun hingga 3 persen di bawah USRp 1.69 juta ($103.000) dan Ether turun sekitar 7,6 persen. Ini menunjukkan reaksi negatif cryptocurrency terhadap ketidakpastian geopolitik yang memicu kepanikan di pasar finansial global. Para analis melihat bahwa selain faktor teknikal dengan support sekitar USRp 1.66 juta ($101.000) untuk Bitcoin, kondisi geopolitik menjadi faktor utama dalam menentukan pergerakan harga aset digital ini dalam jangka pendek. Secara keseluruhan, ketegangan antara Israel dan Iran membawa dampak langsung pada pasar cryptocurrency yang sangat sensitif terhadap berita dan risiko, sehingga investor perlu berhati-hati terhadap berita terbaru sebagai faktor penentu pasar.

Baca Juga

  • Tim Trump Memperluas ke Cryptocurrency dengan Peluncuran Dompet Digital

  • Analisis Penghasilan dan Kondisi Kerja Pengemudi Taksi Online

  • Upaya Lisensi dan Regulasi Stablecoin di Hong Kong

  • Senat AS Menyetujui RUU Stablecoin, Mendorong Industri Kripto

  • Prospek Pertumbuhan Ekuitas Swasta di Tengah Tantangan Ekonomi