
Universitas Teknologi Pertahanan Nasional China telah mengembangkan drone berukuran nyamuk yang dirancang untuk operasi militer rahasia, terutama dalam pengintaian dan pengawasan di lingkungan yang sulit dan kompleks. Drone ini memiliki sayap yang dapat mengepak seperti serangga dan tiga kaki halus untuk bertengger, memungkinkan operasi stealth yang sulit dideteksi musuh.
Ukuran drone yang sangat kecil membuatnya mudah disembunyikan dan digunakan untuk misi khusus di medan perang, termasuk kemungkinan penggunaan di pertempuran perkotaan dan operasi penyelamatan. Namun, tantangan teknologi utama adalah dalam memadatkan sistem tenaga, kontrol, dan sensor dalam paket yang sangat kecil tanpa mengurangi kapabilitas drone tersebut.
Negara lain seperti Norwegia juga berinvestasi dalam teknologi micro-UAV dengan produknya, Black Hornet, yang sudah digunakan di berbagai militer Barat untuk pengintaian jarak dekat. Versi terbaru mereka, Black Hornet 4, memiliki peningkatan daya tahan baterai dan jangkauan komunikasi, serta ketahanan cuaca yang lebih baik.
Selain untuk keperluan militer, micro-UAV seperti drone nyamuk ini memiliki prospek aplikasi dalam bidang kedokteran, seperti operasi, pengiriman obat, dan pencitraan medis. Mereka juga dapat digunakan untuk pemantauan lingkungan, misalnya dalam melacak polusi, memonitor tanaman pertanian, dan respon terhadap bencana alam.
Pengembangan drone mikro menandai kemajuan penting dalam robotik militer dan teknologi bionik. Ini juga menunjukkan perlombaan global dalam menciptakan robot kecil yang cerdas dan tersembunyi yang dapat mengubah cara manusia dan ilmuwan berinteraksi dengan dunia, baik di medan perang maupun di dalam tubuh manusia.