
Para ilmuwan di Amerika Serikat mengumumkan bahwa kadar gas karbon dioksida (CO2) di atmosfer bumi mencapai titik tertinggi yang pernah tercatat, khususnya pada bulan Mei 2025 di Observatorium Mauna Loa, Hawaii. Peningkatan ini jauh lebih cepat dibandingkan masa lalu dan menjadi perhatian serius bagi perubahan iklim global.
Data yang dikumpulkan sejak 1958 ini menunjukkan bahwa CO2 telah meningkat hampir 3 ppm dalam setahun terakhir, mengindikasikan tingkat polusi akibat pembakaran bahan bakar fosil yang terus bertambah. Kondisi ini menyebabkan suhu bumi semakin panas dan memicu kejadian cuaca ekstrem di berbagai negara.
NASA mencatat 2023 sebagai tahun terpanas dalam catatan modern, sementara 10 tahun terakhir adalah dekade terpanas yang pernah tercatat. Peristiwa seperti gelombang panas, kekeringan, banjir, dan kebakaran hutan semakin sering terjadi sebagai akibat perubahan iklim yang dipicu peningkatan CO2 ini.
Di Indonesia, cuaca panas ekstrem juga dirasakan beberapa tahun terakhir. Menurut BMKG, faktor seperti posisi semu Matahari di dekat ekuator, langit cerah, kelembaban udara tinggi, dan kecepatan angin rendah menyebabkan pemanasan permukaan yang lebih maksimal dan suhu terasa lebih panas dari biasanya.
Meskipun situasi ini sangat mengkhawatirkan, para ilmuwan menekankan bahwa peradaban manusia masih bisa menghindari dampak terburuk dengan memilih sumber energi bersih dan mengurangi emisi CO2. Pemantauan kualitas atmosfer akan terus dilakukan untuk memberikan data terkini tentang kondisi bumi.