Pomodo Logo IconPomodo Logo Icon
Tanya PomodoSemua Artikel
Semua
Pomodo
TwitterInstagram
Tentang
TeknologiKecerdasan BuatanKendaraan Listrik dan BateraiKeamanan SiberPengembangan SoftwareGadgets dan WearablePermainan Console, PC, Mobile dan VRRobotika
BisnisEkonomi MakroStartup dan KewirausahaanManajemen dan Strategi BisnisMarketing
SainsFisika dan KimiaMatematikaNeurosains and PsikologiKesehatan dan Obat-obatanIklim dan LingkunganAstronomi dan Penjelajahan Luar Angkasa
FinansialMata Uang KriptoInvestasi dan Pasar ModalPerencanaan KeuanganPerbankan dan Layanan KeuanganKebijakan Fiskal
Stories
Sains

Ilmuwan Prediksi Kiamat yang Akan Datang di Indonesia

Share

Beberapa ilmuwan di Indonesia memperingatkan tanda-tanda kiamat yang akan segera terjadi, termasuk bencana alam dan fenomena aneh yang teramati di berbagai wilayah. Penelitian ini menyoroti pentingnya kesiapsiagaan dan mitigasi risiko untuk menyelamatkan ribuan warga yang dapat menjadi korban.

22 Jun 2025, 17.45 WIB

Kadar CO2 Atmosfer Terus Meningkat Tajam, Ancaman Perubahan Iklim dan Cuaca Panas

Kadar CO2 Atmosfer Terus Meningkat Tajam, Ancaman Perubahan Iklim dan Cuaca Panas
Para ilmuwan di Amerika Serikat mengumumkan bahwa kadar gas karbon dioksida (CO2) di atmosfer bumi mencapai titik tertinggi yang pernah tercatat, khususnya pada bulan Mei 2025 di Observatorium Mauna Loa, Hawaii. Peningkatan ini jauh lebih cepat dibandingkan masa lalu dan menjadi perhatian serius bagi perubahan iklim global. Data yang dikumpulkan sejak 1958 ini menunjukkan bahwa CO2 telah meningkat hampir 3 ppm dalam setahun terakhir, mengindikasikan tingkat polusi akibat pembakaran bahan bakar fosil yang terus bertambah. Kondisi ini menyebabkan suhu bumi semakin panas dan memicu kejadian cuaca ekstrem di berbagai negara. NASA mencatat 2023 sebagai tahun terpanas dalam catatan modern, sementara 10 tahun terakhir adalah dekade terpanas yang pernah tercatat. Peristiwa seperti gelombang panas, kekeringan, banjir, dan kebakaran hutan semakin sering terjadi sebagai akibat perubahan iklim yang dipicu peningkatan CO2 ini. Di Indonesia, cuaca panas ekstrem juga dirasakan beberapa tahun terakhir. Menurut BMKG, faktor seperti posisi semu Matahari di dekat ekuator, langit cerah, kelembaban udara tinggi, dan kecepatan angin rendah menyebabkan pemanasan permukaan yang lebih maksimal dan suhu terasa lebih panas dari biasanya. Meskipun situasi ini sangat mengkhawatirkan, para ilmuwan menekankan bahwa peradaban manusia masih bisa menghindari dampak terburuk dengan memilih sumber energi bersih dan mengurangi emisi CO2. Pemantauan kualitas atmosfer akan terus dilakukan untuk memberikan data terkini tentang kondisi bumi.
22 Jun 2025, 07.15 WIB

Bahaya Penurunan Tanah Jakarta Utara dan Solusi Jangka Panjangnya

Bahaya Penurunan Tanah Jakarta Utara dan Solusi Jangka Panjangnya
Ibu kota Jakarta mulai merasakan dampak nyata dari krisis iklim dan perubahan lingkungan, khususnya di daerah pesisir utara seperti Muara Baru. Di sini, tanah secara perlahan turun dan air laut semakin meninggi, yang meningkatkan risiko banjir rob. Menteri Koordinator Infrastruktur Agus Harimurti Yudhoyono mengungkapkan bahwa penurunan tanah di Muara Baru mencapai 10 cm tiap tahun, yang berarti selama sepuluh tahun akan turun hingga satu meter. Kondisi ini sangat mempengaruhi kehidupan sekitar 20 ribu penduduk di daerah tersebut. Pembangunan tanggul pantai memang membantu mengurangi banjir, tapi hanya solusi sementara saja. Agar lebih efektif, pemerintah harus mencari solusi jangka panjang yang bisa mengurangi penurunan tanah dan mengatasi kebutuhan air bersih di Jakarta. Salah satu cara yang sedang dilakukan pemerintah adalah mengurangi penggunaan air tanah oleh masyarakat dengan meningkatkan suplai air permukaan lewat bendungan Jatiluhur dan bendungan baru Karian yang sedang dibangun. Hal ini bertujuan mengurangi ketergantungan pada air tanah yang menyebabkan tanah turun. Selain itu, pengolahan air limbah dan kerja sama antara pemerintah pusat, daerah, dan swasta sangat penting untuk menjaga sanitasi dan memastikan semua masyarakat Jakarta mendapatkan akses air bersih yang cukup melalui jaringan distribusi yang baik.
20 Jun 2025, 18.20 WIB

Musim Panas 2023 Terpanas dalam 2.000 Tahun, Perubahan Iklim Semakin Parah

Musim Panas 2023 Terpanas dalam 2.000 Tahun, Perubahan Iklim Semakin Parah
Musim panas tahun 2023 tercatat sebagai yang terpanas dalam sejarah modern dan bahkan selama dua ribu tahun terakhir. Para ilmuwan menggunakan data lingkaran pohon untuk melihat suhu dalam jangka waktu yang sangat panjang, karena data satelit suhu hanya tersedia dalam 50 tahun terakhir saja. Penelitian yang dipimpin oleh Ulf Buntgen dari University of Cambridge menunjukkan bahwa suhu musim panas 2023 jauh lebih tinggi dibandingkan periode sebelum revolusi industri, bahkan lebih panas daripada suhu yang tercatat di Perjanjian Paris 2015. Data lingkaran pohon ini membantu para peneliti memahami perubahan suhu lebih akurat dan mengungkapkan bahwa peningkatan suhu tahun 2023 mencapai sekitar 2,07 derajat Celcius lebih tinggi dibanding tahun 1850 sampai 1900, yang jauh lebih besar dari angka resmi yang dicatat sebelumnya. Para ahli juga menyoroti bahwa gelombang panas ini diperparah oleh fenomena alam seperti El Nino, yang menyebabkan suhu ekstrem dan kekeringan berkepanjangan. Kondisi ini menunjukkan bahwa pemanasan global yang disebabkan oleh gas rumah kaca sangat serius dan perlu tindakan cepat. Penemuan ini memberikan peringatan bahwa target pengurangan emisi gas rumah kaca harus segera dilakukan agar tidak semakin parah, dan perubahan iklim tidak bergerak menuju kondisi yang mengancam kehidupan manusia secara luas.
18 Jun 2025, 12.30 WIB

Anak Lahir 2020 Hadapi Risiko Bencana Iklim Ekstrem yang Semakin Parah

Anak Lahir 2020 Hadapi Risiko Bencana Iklim Ekstrem yang Semakin Parah
Perubahan iklim telah membawa ancaman besar bagi kelangsungan hidup Bumi. Studi terbaru menunjukkan bahwa anak-anak yang lahir pada tahun 2020 akan mengalami risiko bencana iklim ekstrem seperti gelombang panas, banjir, dan kekeringan dengan frekuensi yang jauh lebih tinggi dibanding generasi sebelumnya. Para ilmuwan memperkirakan anak-anak ini memiliki kemungkinan 2 hingga 7 kali lebih besar untuk mengalami peristiwa iklim langka yang sebelumnya jarang terjadi. Jika pemanasan global terus meningkat hingga 3,5°C, sebagian besar dari mereka akan menghadapi gelombang panas mematikan dan risiko gagal panen serta banjir yang besar. Ketimpangan sosial ekonomi turut memperburuk dampak ini. Anak-anak dari keluarga berpendapatan rendah akan lebih rentan menghadapi risiko iklim seumur hidup dibanding mereka dari keluarga berpendapatan tinggi. Wilayah tropis seperti Sub-Sahara Afrika, Asia Timur, dan Amerika Selatan menjadi yang paling terdampak. Para peneliti dan akademisi mengingatkan pentingnya tindakan cepat untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan mendorong transisi ke ekonomi rendah karbon agar masa depan anak-anak dunia lebih aman dan adil. Jika tidak, ketimpangan generasi dan sosial hanya akan semakin melebar. Informasi ini menjadi pengingat bagi pemerintah seluruh dunia untuk mengambil kebijakan nyata dalam menghadapi perubahan iklim. Generasi saat ini memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga lingkungan demi masa depan yang sehat dan aman bagi generasi mendatang.

Baca Juga

  • Ilmuwan Prediksi Kiamat yang Akan Datang di Indonesia

  • Kemajuan Tiongkok dalam Teknologi Senjata Laser dan Nuklir

  • Inovasi AI dalam Penelitian Medis yang Mengubah Layanan Kesehatan dengan Kemajuan dan Kekhawatiran

  • Peningkatan Konflik Iran-Israel yang Melibatkan Serangan Rudal Canggih pada Fasilitas Ilmiah

  • Satelit China Mencapai Kecepatan 5 Kali Lipat Starlink dengan Teknologi Laser Lanjutan