Pomodo Logo IconPomodo Logo Icon
Tanya PomodoSemua Artikel
Semua
Fokus
Finansial

Investasi AI Mengubah Fintech dan Keuangan Pribadi

Share

Investasi besar dalam kecerdasan buatan (AI) sedang merevolusi industri fintech dan keuangan pribadi. Alat-alat bertenaga AI meningkatkan kemampuan trading kripto dan manajemen keuangan pribadi, sementara inovasi AI juga mendorong pertumbuhan perusahaan fintech. Para investor institusional dan miliarder terkemuka kini lebih fokus pada saham AI, mempercepat adopsi teknologi ini dalam sektor keuangan dan membuka peluang baru untuk pengembangan solusi keuangan yang lebih canggih dan efisien.

04 Sep 2025, 22.00 WIB

Cara AI Membantu Kamu Kelola Keuangan Lebih Mudah dan Efisien

Cara AI Membantu Kamu Kelola Keuangan Lebih Mudah dan Efisien
Mengelola keuangan pribadi bisa sangat rumit dan memakan waktu. Saat ini, kecerdasan buatan atau AI hadir untuk membantu menyederhanakan proses ini. AI dapat membantu merencanakan anggaran, melacak pengeluaran, dan menyusun rencana tabungan dengan cepat dan mudah menggunakan teknologi otomatis. AI menjadi mesin utama di berbagai alat keuangan, mulai dari aplikasi penganggaran yang memonitor dan mengelompokkan pengeluaran, hingga robo-advisor yang membantu membuat keputusan investasi berdasarkan profil risiko dan tujuan pribadi. Salah satu keunggulan AI adalah efisiensi dan kemampuan otomatisasinya, sehingga banyak tugas rutin seperti membayar tagihan dan memantau investasi dapat dilakukan tanpa perlu intervensi manual. Selain itu, biaya menggunakan robo-advisor biasanya lebih murah dibandingkan menggunakan penasihat keuangan manusia. Namun, penggunaan AI juga membawa risiko seperti potensi kebocoran data pribadi, kurangnya regulasi dan tanggung jawab atas saran yang diberikan, serta kemungkinan bias dalam algoritma yang dapat menghasilkan keputusan tidak adil. Oleh sebab itu, penting untuk tetap waspada dan tidak sepenuhnya bergantung pada teknologi. Meski AI memberikan kemudahan, peran penasihat keuangan manusia tetap tak tergantikan terutama ketika harus menangani keputusan keuangan yang kompleks dan bersifat personal. Kombinasi antara saran AI dan pengalaman manusia adalah kunci keberhasilan dalam pengelolaan keuangan jangka panjang.
04 Sep 2025, 16.35 WIB

Ken Griffin Naikkan Investasi Besar di Saham Microsoft dan Apple di Tengah Peluang AI

Ken Griffin Naikkan Investasi Besar di Saham Microsoft dan Apple di Tengah Peluang AI
Pada kuartal kedua tahun fiskal 2025, Citadel Advisors yang dipimpin Ken Griffin memperbesar sahamnya di Microsoft dan Apple, dua perusahaan teknologi terbesar dunia. Microsoft berhasil menunjukkan kinerja luar biasa dengan pertumbuhan pendapatan dan laba bersih yang kuat, didukung oleh segmen cloud dan AI yang berkembang pesat. Microsoft saat ini bersaing ketat dengan Amazon dalam ranah cloud computing, dan walaupun Amazon lebih dulu masuk pasar, Microsoft menawarkan produk yang sudah dikenal dan dipercaya oleh banyak perusahaan seperti Office 365. Peluang pasar cloud dan AI masih sangat besar karena kebanyakan pengeluaran IT masih berbasis di tempat (on-premises). Sementara itu, Apple menghadapi tantangan berat termasuk ancaman tarif dari pemerintah AS dan kekecewaan pasar terhadap fitur AI terbaru mereka. Hal ini menyebabkan saham Apple turun 5% tahun ini, namun perusahaan tetap menghasilkan pendapatan yang solid dan memiliki sumber daya kas besar untuk terus melakukan inovasi. Apple juga dikenal memiliki basis pelanggan yang sangat loyal dengan miliaran perangkat yang terpasang serta lebih dari 1 miliar langganan layanan berbayar yang menjaga stabilitas bisnisnya. Strategi investasi domestic dalam produksi juga dipandang sebagai langkah positif untuk mengurangi dampak risiko kebijakan perdagangan internasional. Dengan prospek pertumbuhan besar di sektor cloud dan AI, kedua saham ini tetap menarik sebagai opsi investasi jangka panjang meskipun ada risiko yang harus diwaspadai. Keputusan Griffin menambah saham ini juga menjadi sinyal kuat tentang optimisme terhadap masa depan Microsoft dan Apple.
03 Sep 2025, 23.08 WIB

Baidu Tertekan Penurunan Iklan, Transformasi AI Belum Moneterisasi

Baidu Tertekan Penurunan Iklan, Transformasi AI Belum Moneterisasi
Baidu menghadapi masalah besar di segmen periklanan online utamanya, dengan pendapatan turun 15% di kuartal kedua tahun 2025. Hal ini dipicu oleh perlambatan ekonomi di China, kondisi pasar properti yang kurang baik, dan pengurangan anggaran iklan oleh perusahaan. Karena iklan online adalah sumber utama pendapatan Baidu, penurunan ini menjadi perhatian serius untuk prospek pertumbuhan perusahaan. Selain itu, Baidu sedang melakukan perubahan besar dengan mengintegrasikan konten AI dalam hasil pencarian mobile. Pada akhir Juni, lebih dari separuh hasil pencarian sudah menggunakan AI, naik drastis dari bulan April. Meskipun ini meningkatkan pengalaman pengguna, saat ini Baidu belum berhasil membuat model bisnis yang menghasilkan uang dari inovasi ini, sehingga pendapatan iklan justru semakin berkurang. Untuk mengurangi dampak penurunan iklan, Baidu mengandalkan pendapatan dari AI Cloud dan bisnis non-iklan yang tumbuh cukup pesat. Pendapatan AI Cloud naik 27% mencapai RMB 6,5 miliar, dan pendapatan non-iklan meningkat 34% menjadi RMB 10 miliar, didukung oleh adopsi Ernie AI dan solusi AI perusahaan. Namun, segmen ini masih terlalu kecil dibandingkan bisnis iklan besar mereka. Dibandingkan dengan Baidu, Alphabet masih sangat dominan dalam pasar iklan pencarian global dengan pendapatan Q2 2025 mencapai Rp 1.17 quadriliun ($71,3 miliar) , jauh melebihi Baidu. Microsoft juga menjadi pesaing kuat dengan keunggulan integrasi AI dalam produk mereka dan kemampuan menargetkan iklan profesional melalui LinkedIn, yang belum dimiliki Baidu. Saham Baidu naik 14,2% tahun ini, meskipun mengalami tekanan di pendapatan dan estimasi laba yang menurun 20,99% dibanding tahun lalu. Perusahaan ini tercatat dalam peringkat Zacks #5 atau Strong Sell. Investasi besar Baidu di AI telah menyebabkan arus kas negatif, sehingga keberhasilan ke depan bergantung pada kemampuan monetisasi AI dan perluasan bisnis cloud secara signifikan.
03 Sep 2025, 20.47 WIB

Barclays Naikkan Target Harga SAP Karena Pertumbuhan AI dan Cloud yang Pesat

Barclays Naikkan Target Harga SAP Karena Pertumbuhan AI dan Cloud yang Pesat
Barclays menaikkan target harga saham SAP dari €275 menjadi €300 setelah mereka melihat prospek positif dari adopsi cloud yang semakin cepat dan permintaan yang meningkat untuk teknologi kecerdasan buatan (AI). SAP juga memperkenalkan Business Data Cloud (BDC) yang dianggap sebagai inovasi penting yang bisa mendorong pertumbuhan pendapatan perusahaan. Menurut Barclays, SAP diperkirakan akan memegang pertumbuhan pendapatan tahunan rata-rata sekitar 13% hingga tahun fiskal 2030. Pendapatan per saham (EPS) juga diperkirakan akan tumbuh hingga €14,3 pada 2030, yang mana ini 10% lebih tinggi dibandingkan estimasi sebelumnya. BDC sebagai produk baru memberikan fondasi untuk menyatukan data pelanggan secara lebih mudah dan menyediakan sarana dasar untuk penerapan AI secara luas. Barclays mengestimasi bahwa AI dan BDC bersama-sama dapat menyumbangkan pendapatan sebesar €3,5 miliar secara kumulatif hingga tahun fiskal 2030 nanti. Barclays juga memperkirakan adanya leverage operasional yang signifikan yang akan meningkatkan margin keuntungan SAP hingga lebih dari 100 basis poin per tahun, sesuai dengan efisiensi biaya yang diprediksi tumbuh lebih lambat dari pendapatan, sekitar 85% dari laju pertumbuhan pendapatan. Menurut Barclays, SAP bahkan berpotensi memenuhi 'Rule of 40' yang merupakan kombinasi pertumbuhan pendapatan dan margin arus kas bebas yang sehat, serta diprediksi arus kas bebas perusahaan akan tumbuh 18% antara tahun fiskal 2025 hingga 2030. Ini membuat SAP tetap menjadi pemain kunci di industri software Eropa dan global.
03 Sep 2025, 20.03 WIB

SoFi Luncurkan ETF Tema AI Generasi Berikutnya di Tengah Persaingan Ketat

SoFi Luncurkan ETF Tema AI Generasi Berikutnya di Tengah Persaingan Ketat
SoFi Technologies kembali meluncurkan produk Exchange-Traded Fund (ETF) baru yang fokus pada perusahaan di sektor kecerdasan buatan (AI) generasi berikutnya. Produk ini dinamai SoFi Agentic AI ETF dan ditujukan untuk investor yang ingin memanfaatkan tren investasi AI yang sedang populer. ETF ini akan mengikuti indeks BITA USA Agentic AI Select yang dikembangkan oleh Solactive. Indeks tersebut dipilih dengan cermat agar berisi perusahaan yang secara signifikan mendapatkan pendapatan dari pemanfaatan teknologi AI, termasuk perusahaan pembuatan semikonduktor dan cloud computing. Dalam portofolio ETF ini terdapat nama-nama besar seperti Nvidia, serta perusahaan yang jarang dikaitkan langsung dengan AI seperti Intuitive Surgical dan Deere & Co., yang mengintegrasikan AI dalam teknologi robotik dan alat pertanian mereka. Meskipun pasar ETF bertema AI saat ini ramai dengan berbagai peluncuran produk baru, antusiasme terhadap tema AI tetap solid meskipun terjadi penurunan harga pada saham teknologi besar. Investor terus memperhatikan potensi keberlanjutan penggunaan AI untuk meningkatkan produktivitas dan keuntungan. Kendati banyak pesaing di pasar ini, SoFi berharap dengan mengembangkan indeks yang fleksibel dan fokus pada AI generasi berikutnya, mereka bisa menawarkan produk investasi yang lebih bernilai dan masih relevan seiring berkembangnya teknologi AI di masa depan.
02 Sep 2025, 17.09 WIB

Revolusi Pasca-Perdagangan: Tokenisasi dan AI Ubah Cara Transaksi Saham

Industri pasca-perdagangan di seluruh dunia sedang mengalami perubahan yang besar karena teknologi digital baru seperti aset tokenisasi dan kecerdasan buatan (AI). Penelitian terbaru dari Citi menyatakan bahwa cara kita melakukan proses perdagangan dan penyelesaian transaksi akan berubah secara signifikan dalam beberapa tahun ke depan. Survei yang dilakukan oleh Citi melibatkan lebih dari 500 organisasi keuangan, seperti kustodian, broker, dan manajer aset. Mereka menemukan bahwa penggunaan aset berbasis token, yang dibuat dengan teknologi blockchain, akan semakin populer. Perkiraan menunjukan 10% dari perdagangan pasar keuangan dapat menggunakan token digital pada tahun 2030. Bank-issued stablecoins menjadi faktor utama yang mendukung perubahan ini. Stablecoin ini membantu mempercepat penyelesaian transaksi dan membuat proses tokenisasi dana lebih efisien. Kawasan Asia-Pasifik sendiri sudah menjadi pionir dalam penerapan teknologi ini, didorong oleh minat tinggi dari para investor ritel dan kebijakan pemerintah yang mendukung aset digital. Selain itu, pemanfaatan teknologi AI pada proses pasca-perdagangan akan membuat semuanya menjadi lebih cepat dan otomatis. Sebagian besar perusahaan keuangan kini sedang mencoba teknologi AI untuk membantu proses pelanggan baru dan beberapa fokus pada optimasi proses pasca-perdagangan agar lebih efisien. Percepatan penyelesaian transaksi menjadi perhatian utama, terutama dengan penerapan standar T+1, dimana penyelesaian perdagangan dilakukan satu hari kerja setelah tanggal transaksi. Ini akan membuat industri pasar modal lebih gesit dan responsif, membuka peluang untuk layanan yang lebih baik bagi investor dan pengelola dana.
31 Agt 2025, 18.00 WIB

Mau Investasi AI Tanpa Ribet? Mulai dengan ETF Invesco QQQ Trust Saja

Saat ini banyak investor yang bingung menentukan pilihan saham kecerdasan buatan (AI) karena begitu banyaknya pilihan dari berbagai sektor seperti AI generatif, semikonduktor, dan infrastruktur data center. Masalah ini menyebabkan investor ragu-ragu untuk berinvestasi secara langsung. Sebagai solusi, artikel ini menyarankan untuk menggunakan ETF sebagai cara mudah dan efektif agar bisa mendapatkan eksposur ke saham-saham AI tanpa harus memilih secara manual satu per satu. Salah satu ETF yang direkomendasikan adalah Invesco QQQ Trust yang sudah ada sejak 1999 dan terdiri dari 100 perusahaan terbesar di Nasdaq. Meskipun namanya tidak mengandung kata AI, ETF ini justru banyak memuat saham teknologi yang erat hubungannya dengan AI. Per 30 Juni, teknologi mendominasi sekitar 61% portofolio ETF ini, termasuk Nvidia, Microsoft, dan Apple sebagai tiga posisi teratas yang memberikan eksposur kuat ke AI. Nvidia adalah perintis dalam pengembangan GPU yang digunakan dalam data center demi memenuhi kebutuhan komputasi tinggi untuk AI, dengan pendapatan kuartal pertama 2026 sebesar 44,1 miliar dolar AS, di mana 39,1 miliar berasal dari data center. Microsoft dengan produk Copilot dan Azure serta Apple dengan Siri dan Apple Intelligence juga memimpin penerapan AI dalam produk mereka masing-masing. Selain itu, sektor lain seperti kesehatan dan konsumer juga memberikan eksposur AI melalui perusahaan seperti Intuitive Surgical dan Amazon. Memilih ETF Invesco QQQ Trust tidak hanya memberikan kemudahan investasi di bidang AI, tapi juga menawarkan biaya pengelolaan yang rendah, hanya 0,2%. Hal ini menjadikannya pilihan yang terjangkau dan ideal bagi investor yang mungkin baru saja ingin mencoba masuk ke dunia investasi AI tanpa harus pusing memilih startup atau perusahaan AI secara spesifik. Selain mendapatkan potensi dari AI, investor juga akan mendapatkan keuntungan dari inovasi teknologi lainnya di perusahaan besar tersebut. Meski tim analis Motley Fool Stock Advisor tidak memasukkan ETF ini dalam daftar 10 saham terbaik mereka, mereka tetap mengakui potensi pertumbuhan besar dari saham yang ada di dalam ETF ini. Dengan pengalaman historis melihat saham seperti Netflix dan Nvidia yang menghasilkan pengembalian luar biasa setelah direkomendasikan, ETF ini tetap menjadi pintu masuk investasi yang pragmatis dan strategis untuk mengeksplorasi bidang kecerdasan buatan.
31 Agt 2025, 17.00 WIB

Philippe Laffont dan Coatue Management Manuver Cerdas di Saham AI dan Teknologi

Philippe Laffont adalah seorang miliarder dan pendiri Coatue Management, yang dikenal ahli dalam melihat tren teknologi yang sedang berkembang. Pada akhir kuartal kedua, portofolio saham perusahaannya diperkirakan bernilai sekitar 35 miliar dolar AS. Investor selalu memperhatikan saham-saham yang dibeli atau dijual oleh Coatue karena rekam jejak Laffont dalam memilih saham teknologi yang sukses. Dalam kuartal kedua tahun 2025, Coatue menjual saham di perusahaan pembuat infrastruktur AI bernama Super Micro Computer setelah muncul laporan dari Hindenburg Research yang menuduh adanya kecurangan akuntansi. Namun, Super Micro Computer berhasil mengajukan laporan keuangan tahunannya tanpa harus merevisi, dan memberikan panduan pendapatan yang optimistis untuk tahun fiskal 2026. Super Micro Computer menghadapi tantangan berupa tarif dari pemerintahan Donald Trump dan masalah operasional dengan beberapa pelanggan besar, menyebabkan sahamnya sempat turun. Namun, saham ini masih terlihat murah dengan valuasi sekitar 16 kali laba ke depan, sehingga tetap menarik untuk investor yang bersedia mengambil risiko di sektor AI. Sementara itu, Coatue juga menambah kepemilikan saham besar di Oracle, perusahaan teknologi besar yang juga mengalami pertumbuhan kuat berkat layanan cloud dan AI. Oracle melaporkan pertumbuhan pendapatan cloud infrastruktur sebesar 52% pada tahun fiskal 2025 dan diprediksi tumbuh 70% di tahun berikutnya. CEO Oracle, Larry Ellison, menekankan keunggulan perusahaan ini dalam menyediakan data dan dukungan untuk model AI. Oracle bukan bagian dari kelompok 'Magnificent Seven' dalam teknologi, namun tetap menjadi pemain utama dengan prospek pertumbuhan yang kuat. Meskipun valuasinya tidak murah, kenaikan harga sahamnya yang mencapai lebih dari 41% tahun ini menunjukkan bahwa perusahaan ini bisa mendapatkan manfaat besar dari lonjakan investasi di sektor AI di masa depan.
30 Agt 2025, 21.37 WIB

Best Buy Beradaptasi di Era Online, Tantangan dan Peluang Menghadang

Best Buy dimulai pada tahun 1966 sebagai toko audio bernama Sound of Music, ketika belanja online belum dikenal dan komputer belum ada di rumah orang. Perubahan besar mulai terjadi setelah tahun 1994 ketika transaksi online aman pertama dilakukan, dan perusahaan seperti eBay dan Amazon lahir, merubah kebiasaan belanja elektronik konsumen secara drastis. Perkembangan e-commerce sangat berdampak bagi retailer elektronik seperti Best Buy karena margin keuntungan yang tipis dan kemudahan pembandingan harga secara online. Meski begitu, banyak orang tetap mengunjungi toko fisik untuk pengalaman tersendiri, membuat Best Buy harus memfokuskan diri pada pengalaman omnichannel. Pada kuartal kedua tahun fiskal yang berakhir Agustus 2025, Best Buy melaporkan pendapatan naik 1,6% menjadi 9,44 miliar dolar dan laba disesuaikan melebihi ekspektasi analis. Penjualan laptop mencapai rekor tertinggi dalam 15 tahun, meskipun kategori lain seperti home theater dan tablet menurun. CEO Corie Barry menyatakan keberhasilan perusahaan berkat inovasi teknologi, pengalaman pelanggan yang mulus, dan kemitraan vendor yang kuat. Pembelian online kini menyumbang 33% dari penjualan domestik, dengan hampir setengahnya diambil langsung di toko, menunjukkan integrasi kuat antara online dan offline. Walau saham Best Buy menurun hingga 26% tahun ini, analis memberikan pandangan beragam—ada yang pesimis karena tarif dan tekanan pasar, namun ada juga yang optimis karena permintaan gamer dan strategi retail media. Tantangan harga tinggi dan ketidakpastian ekonomi diperkirakan akan terus memengaruhi performa perusahaan dalam waktu dekat.
30 Agt 2025, 18.15 WIB

Miliarder Tarik Dana ke Microsoft dan Amazon Karena Lonjakan Cloud dan AI

Beberapa investor miliarder ternama seperti Stanley Druckenmiller dan Bill Ackman melakukan pergeseran besar di portofolio mereka dengan menambah saham Microsoft dan Amazon pada kuartal kedua tahun ini. Perubahan ini dipengaruhi oleh percepatan pertumbuhan layanan cloud dan teknologi kecerdasan buatan (AI) yang terus berkembang dengan pesat. Microsoft menunjukkan pertumbuhan luar biasa di bisnis Azure, yang merupakan layanan cloud mereka, dengan peningkatan pendapatan sebesar 39% dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini membuat Microsoft semakin menarik sebagai pilihan investasi, terutama di tengah dorongan industri untuk mengadopsi solusi AI dan cloud yang semakin gencar. Sebaliknya, Bill Ackman dari Pershing Square membeli saham Amazon sebesar 1,3 miliar dolar AS, setelah Amazon melaporkan pertumbuhan e-commerce terbaiknya selama tiga tahun terakhir. Meski pertumbuhan Amazon Web Services (AWS) lebih lambat dibandingkan Azure, Amazon tetap unggul dengan inovasi AI dan efisiensi operasional yang signifikan. Kedua perusahaan memiliki tantangan dan peluang masing-masing. Microsoft terus melakukan investasi besar di pusat data dan teknologi dengan harapan kuat terhadap permintaan AI, sedangkan Amazon fokus pada peningkatan margin dan efisiensi di bisnis onlinenya sambil mengandalkan AWS sebagai salah satu pendorong pendapatan penting. Bagi para investor, valuasi saham Microsoft dan Amazon saat ini terbilang tinggi, namun masih banyak yang melihat potensi pertumbuhan besar di masa depan terutama dari sisi teknologi AI dan layanan cloud. Ini menjadi daya tarik utama yang membuat miliarder terus berinvestasi di kedua perusahaan teknologi besar ini.
Setelahnya

Baca Juga

  • Stripe dan Paradigm Meluncurkan Tempo: Blockchain Pembayaran Stablecoin Berkecepatan Tinggi Baru

  • Peran Aktif Trump dalam Pasar Cryptocurrency

  • Polymarket Memenangkan Persetujuan CFTC untuk Meluncurkan Pasar Prediksi di AS

  • Dampak Kenaikan Emas pada Sektor Pertambangan dan Pasar Kripto

  • Rencana IPO Gemini Didukung oleh Twins Winklevoss