
Para ilmuwan di Buenos Aires, Argentina, berhasil menciptakan kuda pertama di dunia yang DNA-nya diedit menggunakan teknologi CRISPR. Kuda-kuda ini merupakan klon dari kuda polo pemenang penghargaan bernama Polo Pureza, dengan modifikasi gen myostatin yang berfungsi untuk meningkatkan kekuatan otot dan kecepatan mereka secara signifikan dibandingkan kuda biasa.
Meskipun pencapaian ini dianggap sebagai kemajuan teknologi yang keren, penggunaan kuda hasil rekayasa genetik ini menimbulkan kontroversi di komunitas pembiak kuda di Argentina. Banyak yang khawatir bahwa teknologi tersebut akan merusak tradisi pemuliaan kuda secara selektif dan mengancam mata pencaharian mereka, sehingga asosiasi polo Argentina pun melarang penggunaan kuda hasil teknologi ini dalam olahraga resmi.
Selain kuda, teknologi CRISPR juga telah digunakan untuk mengedit gen hewan ternak lain di berbagai negara. Contohnya adalah sapi yang memiliki gen untuk rambut lebih pendek sehingga tahan terhadap panas, domba yang gemuk dengan otot lebih besar demi meningkatkan produksi daging, serta babi yang kebal terhadap penyakit dan menghasilkan daging hypoallergenic yang lebih aman untuk dikonsumsi manusia.
Badan pengawas obat dan makanan Amerika Serikat (FDA) telah menyetujui penggunaan beberapa hewan hasil edit genetik seperti sapi PRLR-SLICK dan babi GalSafe yang aman untuk konsumsi dan tujuan medis. Hal ini menunjukkan adanya kemajuan dalam regulasi serta potensi besar CRISPR untuk membantu kebutuhan pangan dan kesehatan manusia di masa depan.
Namun demikian, meskipun teknologi CRISPR menawarkan solusi revolusioner di bidang pertanian dan kesehatan, tantangan dari sisi etika, penerimaan masyarakat, dan perlindungan tradisi tetap harus menjadi perhatian untuk memastikan aplikasi teknologi ini berjalan secara bertanggung jawab dan berkelanjutan.