
Australia bekerja sama dengan perusahaan teknologi pertahanan Anduril berhasil mengembangkan drone bawah laut ekstra besar bernama 'Ghost Shark' hanya dalam waktu tiga tahun. Program tersebut mendapatkan kontrak besar senilai AURp 27.96 triliun ($1,7 miliar) selama lima tahun untuk pengadaan, perawatan, dan pengembangan lebih lanjut. Kontrak ini merupakan langkah penting karena menjamin pendanaan jangka panjang dan keberlanjutan proyek.
Berbeda dengan Amerika Serikat yang memiliki proyek serupa namun terhambat dan mengalami penundaan panjang, Australia dengan dana dan sumber daya yang jauh lebih kecil, mampu menerapkan metode pengembangan yang cepat dan efektif. Anduril dan pemerintah Australia bersama-sama menyuntikkan USRp 822.25 miliar ($50 juta) untuk memulai proyek ini pada tahun 2022, dan prototipe pertama sudah siap lebih awal pada April 2024.
Teknologi Ghost Shark ini dirancang untuk operasi pengawasan dan serangan yang tahan lama, tersembunyi, dan dapat mencapai jarak jauh dalam wilayah maritim. Ghost Shark memiliki kemampuan untuk dikustomisasi secara lokal dengan modul muatan yang berbeda sesuai kebutuhan spesifik negara pengguna, seperti yang sedang diuji coba oleh pihak Amerika Serikat.
Kontras dengan program XLUUV Amerika yang dikelola Boeing dan telah menghabiskan biaya besar namun tertunda, Ghost Shark dinilai lebih siap pakai, multifungsi, serta lebih ekonomis. Keberhasilan ini menunjukkan pentingnya kemauan politik dan imajinasi di balik kolaborasi pemerintah dan perusahaan swasta untuk mengatasi kendala birokrasi dan pembiayaan.
Tujuan utama pengembangan ini adalah untuk memperkuat pertahanan Australia menghadapi ancaman dari China, yang semakin agresif dalam aktivitas militer dan perairan di kawasan Indo-Pasifik. Drone ini menjadi solusi penting untuk menjaga kedaulatan dan keamanan wilayah laut Australia sekaligus memperkuat posisi strategis dalam hubungan geopolitik regional.