
Amazon Web Services (AWS) tetap menjadi pemimpin dalam industri cloud, tetapi pertumbuhan mereka mulai melambat dibandingkan dengan pesaing seperti Microsoft Azure dan Google Cloud. Microsoft Azure menunjukkan pertumbuhan tercepat berkat kemitraan dengan OpenAI, sementara Google Cloud juga mencatat kenaikan pendapatan signifikan. Meskipun AWS masih menjadi penghasil keuntungan utama Amazon, para investor mulai mempertanyakan apakah AWS bisa mempertahankan dominasi ini ke depan.
Pada kuartal kedua, pendapatan AWS naik sebesar 17,5% menjadi 30,9 miliar dolar AS, sedikit melebihi perkiraan analis. Sementara itu, Microsoft Azure tumbuh 39% menjadi 29,9 miliar dolar AS dan Google Cloud naik 32% menjadi 13,6 miliar dolar AS. Pertumbuhan lebih cepat dari pesaing ini menunjukkan bahwa AWS harus meningkatkan kemampuan dan penawarannya untuk tetap kompetitif.
Morgan Stanley, melalui analis Brian Nowak, melihat potensi pertumbuhan yang bagus untuk AWS karena kemitraan dengan Anthropic dan permintaan yang kuat terhadap AI generatif serta beban kerja tradisional. Jika AWS dapat menyelesaikan masalah kapasitas data center, pendapatan mereka bisa tumbuh lebih dari 20% pada tahun 2026. Namun pembangunan kapasitas ini masih menghadapi tantangan seperti chip, kabel, dan pasokan listrik.
AWS juga menginvestasikan banyak dana dalam inovasi, termasuk merancang chip AI khusus yang dapat membantu pelanggan membangun aplikasi dengan kemampuan AI terintegrasi. Matt Garman, CEO AWS, menekankan bahwa investasi ini bukan hanya soal uang, tetapi juga soal inovasi yang menjadi kunci keberhasilan jangka panjang di bidang cloud dan AI.
Para analis menyatakan bahwa walaupun permintaan AI masih dalam tahap awal dan banyak perusahaan sedang bereksperimen, potensi pertumbuhan tetap besar. Namun, persaingan ketat dari Microsoft, Google, dan Oracle serta kendala kapasitas dan biaya akan menentukan sejauh mana AWS bisa mempertahankan posisinya sebagai pemimpin pasar.