
TikTok telah menjadi salah satu aplikasi media sosial terbesar dengan hampir 1,6 miliar pengguna aktif bulanan secara global pada tahun 2025, termasuk 150 juta di Amerika Serikat. Kepopuleran dan jangkauan besar ini menjadikan TikTok sangat penting dalam pasar iklan digital, sehingga setiap keputusan terkait masa depan TikTok memiliki dampak besar bagi industri teknologi dan pemasaran.
Sejak 2019, pemerintah AS mengekspresikan kekhawatiran atas hubungan TikTok dengan ByteDance, perusahaan asal China, dan potensi ancaman keamanan nasional. Komite Investasi Asing di AS membuka kembali kasus akuisisi Musical.ly oleh ByteDance, diikuti oleh perintah divestasi atau pelarangan pada 2020, yang memaksa TikTok mencari solusi agar tetap beroperasi di AS.
Pada 2024, Kongres AS mengesahkan undang-undang nasional yang mensyaratkan divestasi TikTok, dan hakim Mahkamah Agung meneguhkan ketentuan ini pada awal 2025. Perundingan panjang akhirnya membuahkan kesepakatan September 2025, di mana konsorsium Amerika dipimpin oleh Oracle, Silver Lake, dan MGX mengambil alih operasi TikTok di AS senilai sekitar 14 miliar dolar.
Dalam kesepakatan tersebut, ByteDance tetap memegang lisensi algoritma, namun Oracle bertanggung jawab untuk melatih ulang algoritma menggunakan data dari pengguna AS untuk memastikan independensi dan mencegah manipulasi konten. Proses ini juga mengintegrasikan pengawasan agar konten di platform tetap aman dan dapat dipercaya oleh pengiklan.
Walaupun kesepakatan ini disambut optimis oleh para pendukung yang melihatnya sebagai jalan tengah yang realistis, ada kekhawatiran akan risiko teknis dan eksekusi yang rumit. Keberhasilan proyek ini akan menentukan apakah TikTok dapat terus mempertahankan posisinya tanpa kehilangan daya tarik akibat perubahan operasi dan kontrol teknologinya.