Tarif dan Perang Perdagangan yang Mempengaruhi Pasar Global

Donald Trump berencana merombak aturan mengenai mata uang kripto, termasuk stablecoin, yang dapat mempengaruhi transaksi lintas negara. Hal ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan pejabat Eropa, khususnya Menteri Ekonomi Italia, Giancarlo Giorgetti. Giorgetti menyebut kebijakan stablecoin AS lebih berbahaya daripada kebijakan tarif baru. Stablecoin yang dipatok dalam dolar memungkinkan kripto mempertahankan nilai yang konstan dan memberikan kesempatan bagi orang yang berinvestasi untuk diterima secara luas dalam transaksi lintas negara. Ini menarik bagi warga negara dengan mata uang yang tidak stabil dan juga bisa menarik minat orang-orang di zona euro. Bank Sentral Eropa (ECB) tengah mengerjakan Euro Digital sebagai solusi untuk melindungi mata uang fiat dari stablecoin. Euro Digital diharapkan dapat mempromosikan pembayaran dan meminimalkan kebutuhan warga negara Eropa menggunakan solusi asing untuk mengakses layanan dasar seperti pembayaran. Dengan adanya Euro Digital, warga Eropa dapat melakukan pembayaran baik offline maupun online serta melakukan penukaran uang dengan lebih mudah. ECB berharap ini dapat menjadi solusi yang lebih aman dan stabil bagi warga Eropa.

Perang dagang antara AS dan China semakin memanas dan meluas ke berbagai sektor seperti chip, pesawat, dan farmasi. Ketegangan ini mengganggu stabilitas pasar yang rapuh dan mempengaruhi nilai dolar serta mendorong harga emas ke rekor baru. Saham Nvidia turun 6% setelah adanya aturan ekspor baru dari AS yang mengharuskan lisensi untuk menjual chip AI ke China. China mencatat pertumbuhan ekonomi kuartal pertama yang lebih tinggi dari perkiraan, dengan kenaikan PDB tahunan sebesar 5,4%. Namun, para analis khawatir momentum ini bisa berubah drastis karena risiko tarif AS. Selain itu, China memerintahkan maskapai untuk menangguhkan pengiriman pesawat Boeing sebagai respons terhadap perang dagang yang semakin memanas. Harga emas mencapai Rp 54.27 ribu ($3.300) per ounce untuk pertama kalinya, naik 26% sepanjang tahun ini. Dolar AS mengalami penurunan nilai, sementara yen dan sterling mencapai level tertinggi dalam enam bulan. Wall Street mengalami penurunan sekitar 1% sebelum pembukaan pasar pada hari Rabu, dengan investor bersiap menghadapi lebih banyak ketidakpastian akibat perang dagang.

Presiden Donald Trump meningkatkan perang tarif dengan China dan negara-negara lain, yang menyebabkan para eksekutif puncak mengeluarkan peringatan keras tentang dampak ekonomi yang lebih luas. Dalam diskusi Roundtable yang dipandu oleh CEO James Heckman, beberapa pemimpin industri menyatakan frustrasi atas lingkungan tarif yang tidak dapat diprediksi dan cepat berubah. Mereka menyebutkan bahwa situasi saat ini melumpuhkan industri yang sangat bergantung pada manufaktur dan logistik global. W. Graeme Roustan, mantan Ketua Bursa Efek Toronto dan New York, menggambarkan ketidakpastian ini sebagai sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya. Bill Walton dari XBTO Global memperingatkan bahwa industri mainan akan mengalami bencana pada musim Natal jika situasi tidak segera dibalik. Industri mainan beroperasi pada kalender tetap dan pesanan harus dilakukan sekarang untuk memastikan produk tersedia pada musim liburan. Peter Schiff dari Euro Pacific Asset Management berpendapat bahwa emas adalah lindung nilai yang paling diabaikan dalam iklim volatil saat ini. Dia memprediksi harga emas akan naik menjadi Rp 57.56 juta ($3,500) hingga Rp 65.78 juta ($4,000) . Schiff juga mengkritik Wall Street karena melewatkan kesempatan ini dan terlalu terobsesi dengan saham teknologi dan kripto.

Ketidakpastian ekonomi yang disebabkan oleh tarif dalam perang dagang AS dengan China telah meningkatkan volatilitas di pasar Treasury AS. Hal ini memicu perdebatan tentang kelemahan sistem moneter yang didenominasikan dalam dolar. Namun, institusi keuangan besar tidak membeli narasi bahwa Bitcoin adalah alternatif yang lebih baik dibandingkan obligasi. Data menunjukkan bahwa ETF Bitcoin yang terdaftar di AS mencatat arus keluar bulanan kumulatif tertinggi kedua lebih dari Rp 13.16 triliun ($800 juta) . Sementara itu, T-bills tiga bulan yang dilelang pada hari Senin menarik permintaan yang kuat dari institusi, menunjukkan bahwa mereka masih melihat utang AS sebagai tempat yang aman. Rasio bid-to-cover untuk T-bills tiga bulan naik menjadi 2,96 dari 2,82, menunjukkan permintaan yang kuat. Rasio panduan tiga bulan BofA telah turun menjadi 0,4x, terendah sejak April 2020, mencerminkan ketidakpastian ekonomi yang tinggi. Institusi keuangan besar lebih memilih investasi yang lebih stabil dan likuid seperti T-bills dibandingkan aset kripto yang lebih volatil.

Perdagangan di pasar keuangan sering kali penuh tantangan, terutama dengan pergerakan yang tidak terduga seperti kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah Jepang 30 tahun yang mencapai 2,88%, tertinggi sejak 2004. Kenaikan ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan investor karena Jepang adalah kreditor internasional terbesar dan pemegang utama surat utang AS. Kenaikan imbal hasil obligasi ultra-panjang Jepang dapat mendorong dana Jepang untuk menjual obligasi internasional dan perdagangan carry berbasis yen, yang dapat menyebabkan volatilitas di pasar Treasury AS dan penguatan yen. Hal ini menambah aversi risiko di pasar keuangan global. Bitcoin, yang sering dianggap sebagai aset dengan beberapa daya tarik seperti teknologi baru dan penyimpan nilai, juga bisa tertekan seperti yang terjadi pada Agustus tahun lalu. Meskipun bitcoin menunjukkan ketahanan relatif selama eskalasi perang tarif antara pemerintahan Trump dan China, volatilitas yang disebabkan oleh pergerakan obligasi Jepang dapat mempengaruhi pasar cryptocurrency.

Bitcoin (BTC) mengalami kenaikan harga sebesar 1.6% dalam 24 jam terakhir, diperdagangkan mendekati Rp 1.40 miliar ($85,000) . Ether (ETH) juga naik 2.7% menjadi Rp 26.81 juta ($1,630) . CoinDesk 20 Index, yang terdiri dari 20 cryptocurrency teratas berdasarkan kapitalisasi pasar, naik 1.2%, dipimpin oleh kenaikan SOL dan AVAX. Pasar saham juga mengalami kenaikan setelah beberapa minggu yang liar, dengan Nasdaq naik 0.6% dan S&P 500 naik 0.8%. Kenaikan ini didorong oleh pernyataan Federal Reserve Governor Christopher Waller yang menyatakan bahwa kembalinya tarif Trump akan memicu kebutuhan untuk pemotongan suku bunga yang signifikan. Komisi Eropa menunda tarif balasan pada barang-barang AS senilai €21 miliar hingga 14 Juli untuk memberi ruang bagi negosiasi. Peluang bahwa AS dan UE akan mencapai kesepakatan perdagangan meningkat menjadi 65% di pasar prediksi berbasis blockchain Polymarket. SwissBlock Technologies mencatat bahwa pertumbuhan jaringan dan stabilitas likuiditas mendukung reli harga Bitcoin yang berkelanjutan.

On Monday, April 15, President Donald Trump announced the possibility of temporary exemptions to tariffs on imported vehicles and parts. This move aims to give automobile manufacturers more time to shift production to the United States, as Trump's trade actions have increased costs and disrupted supply chains. The announcement led to a bounce in automaker shares, with GM, Ford, and Stellantis regaining earlier session losses. Trump also mentioned potential short-term tariff relief for tech companies, including Apple and Nvidia, from his broad 125% tariffs on goods from China and a 10% baseline tariff globally. He highlighted his recent assistance to Apple CEO Tim Cook, emphasizing the need for breathing room for U.S. companies. However, Trump cautioned that tech-related tariffs could still be imposed in the future, creating uncertainty in the markets. The global crypto market cap currently stands at Rp 44.24 ribu ($2.69) trillion, with Bitcoin priced at Rp 1.40 miliar ($84,883) .61. The potential tariff relief comes at a crucial time for both the automotive and tech sectors, which have been significantly impacted by the ongoing trade war. The uncertainty surrounding future tariffs keeps the markets on edge, as companies and investors remain unsure about which sectors will benefit and for how long.

Pemerintahan Trump mengumumkan pengecualian tarif sementara untuk produk teknologi, yang mencakup elektronik konsumen, peralatan jaringan, dan produk komputasi. Pengumuman ini mempengaruhi berbagai perusahaan teknologi besar, termasuk Apple, Google, dan Nvidia. Apple mengalami kenaikan saham hingga 6,3% di pra-pasar dan naik 3% pada Senin sore. Produk yang dikecualikan dari tarif mencakup Rp 5.59 quadriliun ($340 miliar) impor global, dengan China menyumbang Rp 1.64 quadriliun ($100 miliar) dari pengecualian tersebut. Trump juga mengumumkan jeda 90 hari pada rencana tarif timbal balik, kecuali tarif 145% pada impor dari China. Nasdaq naik 0,6% pada Senin sore sebagai respons terhadap berita ini. Para analis melihat pengumuman ini sebagai tanda positif bagi industri teknologi. Stacy Rasgon dari Bernstein mencatat bahwa pengecualian tarif mencakup hampir semua produk Apple. Dan Ives dari Wedbush menambahkan bahwa berita tarif yang membingungkan ini memberikan fleksibilitas dan memungkinkan negosiasi dengan China, yang dapat meredakan beberapa masalah perang dagang.

Goldman Sachs memperkirakan harga minyak akan menurun hingga akhir tahun ini dan tahun depan karena meningkatnya risiko resesi dan pasokan yang lebih tinggi dari kelompok OPEC+. Bank ini memprediksi harga minyak Brent dan WTI akan turun, rata-rata Rp 1.04 juta ($63) dan Rp 970.25 ribu ($59) per barel masing-masing untuk sisa tahun 2025, dan Rp 953.81 ribu ($58) dan Rp 904.48 ribu ($55) pada tahun 2026. Permintaan minyak diperkirakan hanya akan naik 300.000 barel per hari antara akhir tahun lalu dan akhir 2025, karena prospek pertumbuhan yang lemah di tengah perang dagang global. Beijing telah meningkatkan tarif pada impor AS menjadi 125%, sebagai balasan atas keputusan Presiden Donald Trump untuk menaikkan bea masuk pada barang-barang China, yang meningkatkan ketegangan dalam perang dagang yang mengancam rantai pasokan global. Goldman Sachs juga memperkirakan surplus besar 800.000 barel per hari pada tahun 2025 dan 1,4 juta barel per hari pada tahun 2026 akan terus menekan harga minyak. Dalam skenario perlambatan ekonomi global atau pembalikan pemotongan sukarela oleh OPEC+, harga minyak Brent bisa jatuh ke kisaran Rp 657.80 ribu ($40) pada tahun 2026. Harga minyak Brent turun menjadi sekitar Rp 106.43 juta ($64,72) per barel pada pukul 0155 GMT pada hari Senin, sementara harga minyak WTI berada di Rp 101.04 juta ($61,44) per barel.

Harga minyak mengalami kenaikan tipis pada hari Senin setelah Amerika Serikat memberikan pengecualian tarif dan data dari China menunjukkan lonjakan impor minyak mentah pada bulan Maret. Namun, kekhawatiran tentang perang dagang antara AS dan China yang dapat melemahkan pertumbuhan ekonomi global membatasi kenaikan tersebut. Brent naik 8 sen menjadi Rp 106.63 juta ($64,84) per barel, sementara WTI naik 10 sen menjadi Rp 101.30 juta ($61,60) per barel. Pengecualian tarif AS mencakup barang-barang elektronik seperti smartphone dan komputer, yang membantu meningkatkan sentimen pasar. Namun, ketidakpastian kebijakan perdagangan AS yang tidak menentu masih menjadi perhatian utama bagi investor. Data menunjukkan bahwa impor minyak mentah China pada bulan Maret naik hampir 5% dari tahun sebelumnya, didorong oleh minyak Iran dan rebound pengiriman dari Rusia. Goldman Sachs menurunkan perkiraan harga minyak untuk sisa tahun 2025 dan 2026, dengan Brent diperkirakan rata-rata Rp 1.04 juta ($63) dan WTI Rp 970.25 ribu ($59) untuk sisa tahun 2025. Jumlah rig minyak dan gas alam AS turun untuk minggu ketiga berturut-turut, menunjukkan persiapan perusahaan untuk kemungkinan penurunan permintaan. Pembicaraan positif antara AS dan Iran dapat membantu mengurangi risiko sanksi yang mempengaruhi pasar minyak.