Bitcoin saat ini diperdagangkan pada Rp 1.30 miliar ($79,150) dengan kenaikan 1,8% dalam 24 jam terakhir, meskipun turun sekitar 4% selama seminggu terakhir. Pergerakan harga ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan perdagangan global dan tarif baru yang diumumkan oleh Presiden Donald Trump, yang memicu volatilitas pasar yang lebih luas. Sementara ekuitas terpukul keras, dengan S&P 500 turun 12% antara 2 April dan 8 April, penurunan Bitcoin jauh lebih kecil.
Zach Pandl dari Grayscale mencatat bahwa penurunan Bitcoin yang lebih kecil dari yang diharapkan mencerminkan kemandiriannya yang semakin besar dari pasar keuangan tradisional. Biasanya, Bitcoin tiga kali lebih volatil daripada S&P 500, sehingga penurunan 12% di saham seharusnya memicu penurunan 36% di Bitcoin. Namun, cryptocurrency ini hanya turun sekitar sepertiga dari perkiraan tersebut, menunjukkan bahwa tarif adalah kejutan langsung bagi ekuitas, bukan Bitcoin.
Grayscale berpendapat bahwa kondisi makroekonomi saat ini, seperti inflasi yang meningkat, pertumbuhan PDB yang melambat, dan ketidakpastian geopolitik, dapat menciptakan lingkungan yang menguntungkan bagi aset seperti Bitcoin. Meskipun Bitcoin sementara melonjak melewati Rp 1.35 miliar ($82,000) setelah jeda tarif 90 hari, analis tetap berhati-hati. Nic Puckrin dari Coin Bureau mengatakan bahwa relief sementara tidak menyelesaikan konflik perdagangan yang mendasarinya, tetapi kepercayaan jangka panjang pada Bitcoin tetap kuat.