Perlombaan Internet Satelit Memanas saat Amazon Meluncurkan Pesaing untuk Starlink

Pada malam 28 April, Amazon meluncurkan satelit Project Kuiper untuk menyaingi SpaceX Starlink. Dengan 27 satelit di orbit, Amazon bergabung dengan perusahaan lain yang berencana menempatkan lebih dari 1.000 satelit masing-masing untuk menciptakan mega konstelasi mereka sendiri. Namun, dengan banyaknya objek di orbit, bahaya kepadatan meningkat, dan jika terjadi tabrakan, hasilnya bisa menjadi bencana. Masalah kepadatan orbit semakin parah dengan adanya jutaan potongan debris yang bergerak dengan kecepatan tinggi. ESA memperkirakan lebih dari 1,2 juta objek di orbit cukup besar untuk menyebabkan kerusakan besar jika bertabrakan. Selain itu, perubahan iklim memperburuk masalah dengan mengurangi kemampuan atmosfer atas untuk menarik dan menghancurkan debris. Para ahli sepakat bahwa kita membutuhkan aturan yang lebih komprehensif untuk mengelola objek di orbit. Namun, dalam dunia yang semakin terpolarisasi, ide kerjasama global untuk melindungi ruang angkasa tampak semakin jauh. Tanpa aturan yang jelas, potensi tabrakan satelit bisa menjadi masalah besar, dan proses manual untuk menghindari tabrakan akan menjadi tidak mungkin seiring bertambahnya jumlah satelit.

Amazon meluncurkan 27 satelit pertama untuk Project Kuiper dari Cape Canaveral, Florida, menggunakan roket Atlas V milik United Launch Alliance. Peluncuran ini merupakan bagian dari upaya senilai Rp 164.45 triliun ($10 miliar) yang dimulai pada tahun 2019 untuk menyediakan internet pita lebar secara global. Project Kuiper bertujuan untuk menyaingi Starlink milik SpaceX dan penyedia telekomunikasi global lainnya seperti AT&T dan T-Mobile. Layanan ini diharapkan dapat memberikan konektivitas internet di daerah pedesaan yang selama ini kurang terlayani. Jeff Bezos, Ketua Eksekutif Amazon, optimis bahwa baik Starlink maupun Kuiper akan sukses di pasar. Peluncuran ini juga menandai langkah penting bagi Amazon dalam memperluas jangkauan layanan internetnya ke seluruh dunia.

Amazon telah meluncurkan satelit Kuiper pertama mereka sebagai bagian dari upaya untuk bersaing dengan Starlink milik SpaceX dalam menyediakan internet satelit berkecepatan tinggi dan latensi rendah. Peluncuran ini dilakukan dari Cape Canaveral Space Force Station di Florida menggunakan roket Atlas V dari United Launch Alliance. Amazon berencana meluncurkan total 3.236 satelit Kuiper ke orbit rendah Bumi, dengan 1.618 satelit harus diluncurkan sebelum pertengahan 2026 sesuai dengan tenggat waktu dari Federal Communications Commission. CEO Amazon, Andy Jassy, menyatakan kebanggaannya atas kerja keras tim dalam mencapai tonggak penting ini. SpaceX, dengan jaringan Starlink-nya, sudah memiliki lebih dari 7.200 satelit di orbit dan berencana memperluas hingga 34.400 satelit. Meskipun Amazon baru memulai, mereka berharap dapat mulai menyediakan layanan internet satelit kepada pelanggan akhir tahun ini, menambah persaingan di pasar yang sudah mulai ramai.

SpaceX kini menawarkan paket layanan residensial 12 bulan yang menurunkan harga piringan dan router menjadi €0 di pasar tertentu, tanpa meningkatkan biaya bulanan. Pelanggan memiliki 30 hari untuk menguji atau mengembalikan kit untuk pengembalian dana penuh, tetapi setelah itu ada beberapa cetakan kecil yang perlu diperhatikan. Jika pelanggan mengubah alamat layanan atau membatalkan layanan, mereka akan dikenakan biaya perubahan yang setara dengan biaya perangkat keras tetapi dihitung secara prorata. Beberapa pelanggan juga akan dikenakan 'demand surcharge' satu kali sekitar Rp 1.64 juta ($100) di area dengan penggunaan tinggi. Paket komitmen 12 bulan baru ini telah diiklankan secara diam-diam di beberapa negara selama sebulan terakhir, tetapi sekarang Starlink mempromosikannya secara global. Paket ini tersedia di pasar tertentu di AS, Kanada, Inggris, Australia, dan Selandia Baru, serta secara nasional di sebagian besar negara Eropa.