Pomodo Logo IconPomodo Logo Icon
Tanya PomodoSemua Artikel
Semua
Pomodo
TwitterInstagram
Tentang
TeknologiKecerdasan BuatanKendaraan Listrik dan BateraiKeamanan SiberPengembangan SoftwareGadgets dan WearablePermainan Console, PC, Mobile dan VRRobotika
BisnisEkonomi MakroStartup dan KewirausahaanManajemen dan Strategi BisnisMarketing
SainsFisika dan KimiaMatematikaNeurosains and PsikologiKesehatan dan Obat-obatanIklim dan LingkunganAstronomi dan Penjelajahan Luar Angkasa
FinansialMata Uang KriptoInvestasi dan Pasar ModalPerencanaan KeuanganPerbankan dan Layanan KeuanganKebijakan Fiskal
Stories
Sains

Material dan Teknologi Ramah Lingkungan Inovatif

Share

Pengembangan material ramah lingkungan terbaru mencakup beton penyembuhan diri menggunakan lichen sintetis, spons pintar yang dapat menarik air dari udara dengan efisiensi tinggi, serta teknologi daur ulang yang menggunakan gelombang suara untuk mengubah 'bahan kimia abadi' menjadi sumber daya terbarukan. Teknologi ini berpotensi mengurangi dampak lingkungan dan meningkatkan keberlanjutan produksi material.

12 Mei 2025 pukul 20.16 WIB

Inovasi Material Padat Barocal: Solusi AC Ramah Lingkungan dan Hemat Energi

Inovasi Material Padat Barocal: Solusi AC Ramah Lingkungan dan Hemat Energi
AC saat ini sangat penting untuk kenyamanan tapi penggunaan refrigeran gas yang berbahaya meningkatkan pemanasan global. Barocal, spin-off dari Universitas Cambridge, mengembangkan refrigeran padat yang unik dan ramah lingkungan. Bahan baru ini disebut barocaloric, bahan padat organik yang mampu menyerap dan melepaskan panas melalui perubahan tekanan, memberikan efisiensi lebih tinggi dan tanpa risiko kebocoran gas berbahaya. Profesor Xavier Moya dan timnya telah hampir satu dekade meneliti kristal plastik yang dapat memanipulasi molekul berputar sebagai cara untuk mengubah suhu dengan tekkanan, yang dikenal dengan efek barokalorik. Barocal kini mengembangkan prototipe AC berukuran seperti koper yang akan menggunakan teknologi ini, didukung investasi dari European Innovation Council dan Breakthrough Energy, dan akan mengutamakan pasar komersial. Teknologi ini diharapkan bisa mengurangi emisi hingga 75%, menawarkan solusi yang lebih hijau untuk menghadapi pertumbuhan kebutuhan pendinginan global di masa depan.
11 Mei 2025 pukul 23.52 WIB

Penemuan Cara Nanotube Karbon Memancarkan Cahaya Lebih Energi Tanpa Cacat

Penemuan Cara Nanotube Karbon Memancarkan Cahaya Lebih Energi Tanpa Cacat
Biasanya, bahan yang menyerap cahaya dengan energi tinggi akan memancarkan cahaya yang lebih rendah energinya, seperti pada cat fosfor yang menyerap UV dan mengeluarkan cahaya neon berwarna. Tetapi ada fenomena unik bernama up-conversion photoluminescence atau UCPL, di mana bahan menyerap cahaya dengan energi rendah, contohnya cahaya inframerah, dan memancarkan cahaya yang lebih terang dan berenergi tinggi. Peneliti dari Jepang, RIKEN Center for Advanced Photonics, mempelajari bagaimana nanotube karbon, tabung kecil terbuat dari karbon, dapat melakukan UCPL. Sebelumnya, para ilmuwan menganggap bahwa UCPL hanya terjadi jika ada cacat pada struktur nanotube untuk menangkap exciton, yaitu partikel gabungan dari elektron dan lubang yang ditinggalkannya. Temuan terbaru menunjukkan bahwa UCPL dapat terjadi secara efisien pada nanotube karbon yang murni tanpa cacat. Hal ini didasarkan pada mekanisme intrinsic di mana exciton yang terbentuk menyerap energi tambahan dari phonon, yaitu getaran kecil dalam material seperti gelombang suara kuantum, sehingga membentuk exciton gelap yang kemudian memancarkan cahaya lebih kuat. Semakin tinggi suhu, semakin banyak phonon yang aktif, sehingga energi yang bisa diserap exciton semakin besar dan efek UCPL makin meningkat. Penemuan ini membuka peluang baru seperti meningkatkan performa panel surya dengan mengubah cahaya inframerah yang biasanya terbuang menjadi cahaya visible yang berguna. Selain itu, penelitian ini juga memiliki potensi dalam pengembangan alat pencitraan medis yang lebih aman menggunakan cahaya inframerah, serta teknologi pendinginan bahan dengan laser. Dengan memahami mekanisme UCPL secara intrinsic, desain perangkat optoelektronik dan fotonik masa depan bisa lebih bersih, efisien, dan fleksibel.
09 Mei 2025 pukul 02.25 WIB

Beton Pintar yang Memperbaiki Retakan Sendiri dengan Bantuan Mikroba Sintetis

Beton Pintar yang Memperbaiki Retakan Sendiri dengan Bantuan Mikroba Sintetis
Beton adalah bahan bangunan yang paling banyak digunakan setelah air, tapi sering mengalami masalah retak yang dapat menyebabkan kerusakan parah pada bangunan dan infrastruktur. Retakan ini bisa berbahaya karena memungkinkan air dan gas masuk yang merusak tulangan besi dalam beton, sehingga penting untuk memperbaikinya segera. Walaupun sudah ada teknologi beton yang bisa menyembuhkan sendiri, teknologi tersebut masih memerlukan pasokan nutrisi dari luar, sehingga belum bisa bekerja sepenuhnya secara mandiri. Hal ini membuat perawatan beton masih mahal dan kurang efisien. Tim peneliti di Texas A&M University yang dipimpin oleh Congrui Grace Jin membuat sistem beton baru yang meniru lumut alami yang terdiri dari simbiosis cyanobacteria dan jamur filamen. Cyanobacteria memanen energi dari matahari dan mengubah karbon dioksida, sementara jamur menghasilkan mineral yang menambal retakan secara alami. Sistem mikroba ini bisa berfungsi sepenuhnya dengan hanya mengandalkan sinar matahari, udara, dan air tanpa kebutuhan tambahan nutrisi. Hal ini membuat beton bisa memperbaiki retakannya secara otomatis dan tahan lama bahkan dalam kondisi beton yang keras. Penemuan ini dijanjikan dapat mengurangi biaya perawatan infrastruktur yang selama ini sangat mahal, meningkatkan keamanan konstruksi, dan membuka peluang membangun struktur tahan lama di lingkungan ekstrem termasuk kemungkinan di masa depan di luar angkasa.
08 Mei 2025 pukul 20.43 WIB

Inovasi Perangkat Kayu Pintar Tangkap Air dari Udara dengan Energi Matahari

Inovasi Perangkat Kayu Pintar Tangkap Air dari Udara dengan Energi Matahari
Para peneliti dari Australia dan Cina mengembangkan perangkat pintar yang mampu menangkap air dari kelembaban udara dan melepaskannya menjadi air minum menggunakan energi matahari. Teknologi ini dibuat menggunakan kayu balsa yang dimodifikasi untuk meningkatkan kemampuan penyerapan dan pelepasan air secara efisien. Perangkat ini bekerja dengan membuka tutup wadah supaya spons menyerap udara lembab di malam hari atau saat kelembaban tinggi, kemudian menutupnya dan memanaskannya dengan sinar matahari untuk melepaskan air yang tertangkap ke dalam wadah penampungan. Hasil uji menunjukkan bahwa alat ini dapat bekerja efektif di berbagai kondisi lingkungan, mulai dari kelembaban 30 hingga 90 persen dan suhu antara 41 sampai 131 derajat Fahrenheit. Ini membuatnya cocok digunakan di daerah kering maupun yang memiliki iklim berbeda-beda. Selain rendah biaya karena menggunakan kayu alami yang ringan dan berpori, perangkat ini juga tahan terhadap suhu beku dan memiliki kinerja yang stabil walau digunakan berulang kali. Tim juga merencanakan pengembangan lebih besar dan integrasi teknologi lain seperti IoT untuk mengotomatisasi proses. Inovasi ini sangat berpotensi membantu ketersediaan air bersih di lokasi terpencil dan daerah bencana yang sulit mengakses air bersih. Perangkat ini juga ramah lingkungan dan menggunakan sumber daya alami serta tenaga surya yang terbarukan.
07 Mei 2025 pukul 20.35 WIB

Teknologi Ultrasonik Baru Memisahkan Bahan Berbahaya dan Logam Mulia dari Sel Bahan Bakar

Teknologi Ultrasonik Baru Memisahkan Bahan Berbahaya dan Logam Mulia dari Sel Bahan Bakar
Para peneliti dari University of Leicester telah mengembangkan teknik baru yang menggunakan gelombang suara untuk memisahkan bahan berharga dalam sel bahan bakar, yaitu logam mulia dan membran PFAS. Hal ini penting karena membran PFAS sulit dipisahkan dan dikenal sebagai bahan kimia berbahaya yang dapat mencemari lingkungan dan air minum. Metode baru ini melibatkan perendaman dalam pelarut organik dan ultrasonikasi air, yang dapat memecah membran dan melonggarkan ikatan antara lapisan katalis dan membran dengan cepat dan efisien pada suhu ruangan. Proses ini tidak menggunakan bahan kimia keras sehingga lebih ramah lingkungan. Peneliti juga mengembangkan proses kontinu dengan menggunakan alat bernama blade sonotrode yang memanfaatkan gelombang ultrasonik berfrekuensi tinggi untuk mempercepat pemisahan membran dari logam mulia. Inovasi ini membuat daur ulang menjadi lebih cepat dan dapat diterapkan secara luas. Teknologi ini penting untuk mengatasi tantangan lingkungan dan ekonomi dari bahan bakar sel hidrogen yang menggunakan logam platinum sebagai katalis, yang biayanya sangat tinggi. Dengan kemampuan mendaur ulang logam mulia secara efisien, teknologi ini mendukung ekonomi sirkular dan membuat energi bersih lebih terjangkau. Para ahli dan perusahaan terkait menganggap teknik ini sebagai terobosan yang dapat mempercepat adopsi teknologi energi hidrogen, sekaligus membantu meminimalkan dampak negatif dari bahan kimia PFAS pada lingkungan dan kesehatan masyarakat.

Baca Juga

  • Teknologi Nuklir Generasi Selanjutnya Maju di AS, Kanada, dan China

  • Perkembangan Teknologi Militer dan Luar Angkasa China

  • Inisiatif Kesehatan Bill Gates di Indonesia

  • Material dan Teknologi Ramah Lingkungan Inovatif

  • China Meningkatkan Kemampuan Penelitian Ilmiah dan Kemajuan Teknologi Domestik