
Bill Gates baru saja berkunjung ke Indonesia dan bertemu dengan Presiden Prabowo Subianto. Dalam kunjungannya, ia memuji usaha Indonesia dalam menangani malnutrisi dan memaparkan rencana besar terkait masa depan The Gates Foundation yang akan ditutup pada tahun 2045. Gates berjanji akan menyumbangkan hampir seluruh kekayaannya untuk kesejahteraan dunia pada saat itu.
Salah satu fokus utama Bill Gates adalah masalah perubahan iklim yang disebabkan oleh gas rumah kaca. Dia menyebutkan bahwa aktivitas di Bumi menghasilkan hingga 51 miliar ton gas rumah kaca setiap tahun, dan sebanyak 7% berasal dari produksi lemak dan minyak, baik dari hewan maupun tumbuhan. Meskipun menghilangkan konsumsi lemak hewan dianggap tidak realistis, Gates menyoroti perlunya solusi alternatif yang ramah lingkungan.
Bill Gates mendukung dua startup inovatif, Savor dan C16 Biosciences, yang menciptakan lemak dan minyak alternatif tanpa menghasilkan emisi. Savor menggunakan proses kimia dari karbondioksida dan hidrogen, sedangkan C16 menggunakan fermentasi mikroba ragi liar. Keduanya berhasil menghasilkan produk yang secara molekul mirip dengan lemak hewani dan minyak sawit, namun dengan dampak lingkungan yang jauh lebih kecil.
Selain itu, Gates juga menyoroti bahwa minyak sawit yang sangat banyak digunakan dunia saat ini sebenarnya berdampak besar pada lingkungan karena proses produksinya menyebabkan penggundulan hutan di area tropis, khususnya di Indonesia dan Malaysia. Penggundulan ini menyumbang emisi gas rumah kaca yang signifikan dan merusak keanekaragaman hayati.
Meskipun demikian, minyak sawit memiliki sifat unik dan banyak kegunaan dalam produk makanan maupun non-makanan, sehingga sulit digantikan. Oleh sebab itu, inovasi seperti yang dilakukan oleh C16 Biosciences dalam menciptakan alternatif minyak sawit secara berkelanjutan sangat penting untuk melindungi lingkungan dan mengurangi pengaruh perubahan iklim.