Courtesy of YahooFinance
CEO Baru Starbucks Berjuang Menghidupkan Kembali Penjualan yang Terus Menurun
Menginformasikan tantangan dan strategi CEO Brian Niccol dalam upaya menghidupkan kembali kinerja bisnis Starbucks serta reaksi pasar dan analis terhadap perubahan tersebut.
09 Jul 2025, 17.04 WIB
202 dibaca
Share
Ikhtisar 15 Detik
- Starbucks menghadapi tantangan dalam meningkatkan penjualan meski ada perubahan strategi.
- Dukungan dari mantan CEO menunjukkan harapan untuk pemulihan tetapi juga mengandung ketidakpastian.
- Keterlibatan karyawan dan serikat pekerja menjadi faktor penting dalam keberhasilan strategi baru.
Las Vegas, Amerika Serikat - Brian Niccol diangkat sebagai CEO Starbucks dengan reputasi menghidupkan kembali merek restoran besar seperti Taco Bell dan Chipotle. Namun, setelah sembilan bulan, belum terlihat perbaikan signifikan dalam penjualan Starbucks, dan saham perusahaan tetap stagnan.
Niccol memperkenalkan inisiatif 'Back to Starbucks' yang fokus pada menu yang disederhanakan, makanan segar, pelayanan lebih cepat, dan mengembalikan kursi yang sebelumnya dihilangkan demi mendukung pesanan melalui aplikasi mobile. Namun data menunjukkan pelanggan reguler kini datang lebih jarang.
Untuk mengatasi penurunan, Niccol mempercepat penambahan staf di lebih dari 11.000 toko di Amerika Utara untuk meningkatkan pelayanan. Meski ada biaya tambahan yang cukup besar, manajemen berharap langkah ini bisa mengurangi pergantian karyawan dan menaikkan penjualan per toko.
Serikat pekerja Starbucks menunjukkan kritik terhadap kebijakan baru seperti pembayaran untuk menggunakan toilet dan pembatasan tertentu yang dinilai merusak suasana coffeehouse yang ramah. Namun perusahaan menyebut perubahan itu hasil diskusi dengan pelanggan dan karyawan.
Referensi:
[1] https://finance.yahoo.com/news/analysis-nine-months-starbucks-ceo-100421525.html
[1] https://finance.yahoo.com/news/analysis-nine-months-starbucks-ceo-100421525.html
Analisis Kami
"Transformasi Starbucks di bawah Brian Niccol memang menjanjikan tapi risiko kegagalan tetap tinggi karena penurunan loyalitas pelanggan yang sudah terjadi. Investor butuh bukti nyata dari perbaikan yang konsisten, bukan hanya janji, sehingga transparansi dan komunikasi yang lebih baik sangat diperlukan."
Analisis Ahli
RJ Hottovy
"Penurunan frekuensi kunjungan pelanggan menunjukkan bahwa upaya revitalisasi belum meraih hasil yang diharapkan dan perusahaan harus segera mengatasi masalah tersebut."
Dan Ahrens
"Kami menghindari saham Starbucks saat ini karena ketidakpastian dan butuh pembuktian dari eksekusi manajemen sebelum mengambil posisi investasi kembali."
Andrew Charles
"Saya menurunkan rekomendasi saham menjadi 'hold' karena ekspektasi laba tahun fiskal 2026 yang kemungkinan akan di bawah konsensus pasar."
Prediksi Kami
Jika Brian Niccol dapat mengembalikan kepercayaan pelanggan dan meningkatkan penjualan melalui strategi revitalisasi, Starbucks berpotensi pulih namun keraguan investor akan tetap ada sampai hasil keuangan yang jelas terlihat.