Pomodo Logo IconPomodo Logo Icon
Tanya PomodoSemua Artikel
Semua
Pomodo
TwitterInstagram
Tentang
TeknologiKecerdasan BuatanKendaraan Listrik dan BateraiKeamanan SiberPengembangan SoftwareGadgets dan WearablePermainan Console, PC, Mobile dan VRRobotika
BisnisEkonomi MakroStartup dan KewirausahaanManajemen dan Strategi BisnisMarketing
SainsFisika dan KimiaMatematikaNeurosains and PsikologiKesehatan dan Obat-obatanIklim dan LingkunganAstronomi dan Penjelajahan Luar Angkasa
FinansialMata Uang KriptoInvestasi dan Pasar ModalPerencanaan KeuanganPerbankan dan Layanan KeuanganKebijakan Fiskal
Stories
Teknologi

Dorongan Ambisius Meta untuk Mendominasi Perlombaan AI

Share

Meta berusaha membangun 'superintelligence' melalui perekrutan intensif dan pengembangan tim AI canggih di bawah kepemimpinan Zuckerberg, bertujuan untuk menjadi pemimpin utama dalam teknologi kecerdasan buatan.

14 Jun 2025, 19.34 WIB

Miliarder Termuda Alexandr Wang Tinggalkan Scale AI untuk Bergabung dengan Meta

Miliarder Termuda Alexandr Wang Tinggalkan Scale AI untuk Bergabung dengan Meta
Alexandr Wang adalah pendiri Scale AI yang menjadi miliarder termuda di dunia setelah keluar dari MIT dan membangun perusahaannya dari nol. Scale AI berhasil meraih banyak pendanaan dan menjadi salah satu pemain penting dalam industri AI. Baru-baru ini, Wang memutuskan untuk meninggalkan jabatannya sebagai CEO Scale AI setelah menyetujui kesepakatan investasi besar dari Meta. Meta menginvestasikan Rp 235.16 triliun ($14.3 miliar) dan mendapatkan 49% saham perusahaan itu. Sebagai bagian dari kesepakatan, Wang akan bergabung dengan Meta untuk mengerjakan proyek AI superintelligence yang merupakan salah satu prioritas besar Meta di tahun 2025. Ia juga akan membawa beberapa karyawan Scale AI ke Meta. Jason Droege diangkat sebagai CEO sementara Scale AI setelah Wang mundur. Droege memiliki pengalaman di perusahaan teknologi besar dan venture capital sebelum bergabung dengan Scale AI. Kesepakatan ini membuat valuasi Scale AI melonjak dari Rp 226.94 triliun ($13.8 miliar) menjadi Rp 476.90 triliun ($29 miliar) . Wang sendiri mengakui bahwa meninggalkan Scale AI adalah keputusan yang sulit, tapi ini merupakan peluang unik bagi dirinya dan Scale AI.
14 Jun 2025, 07.16 WIB

Zuckerberg Tarik Peneliti AI Top untuk Reboot Llama dan Saingi Raksasa Teknologi

Zuckerberg Tarik Peneliti AI Top untuk Reboot Llama dan Saingi Raksasa Teknologi
Meta, perusahaan di balik Facebook, sedang berusaha keras mengembangkan teknologi kecerdasan buatannya dengan membangun laboratorium AI baru yang bernama superintelligence. Mark Zuckerberg langsung turun tangan untuk merekrut para peneliti AI terbaik, memberikan tawaran gaji yang sangat tinggi untuk membawa mereka bergabung. Tujuannya adalah membuat terobosan besar dalam dunia AI, terutama karena produk AI Meta saat ini, Llama, sudah tertinggal dari pesaing. Selain Meta, perusahaan besar seperti Apple juga tengah berjuang mengikuti perkembangan AI. Apple mengakui mereka tertinggal dalam mengembangkan Siri berbasis AI dan baru akan menghadirkannya sekitar tahun 2026. Berbeda dengan Meta, Apple memilih pendekatan model AI yang berjalan langsung di perangkat pengguna dan tetap mengutamakan privasi, meskipun performanya masih kalah dibandingkan model-model AI cloud dari perusahaan lain. Google juga tidak tinggal diam, walaupun menghadapi tantangan budaya perusahaan, Google melakukan program buyout untuk memacu pertumbuhan internal dan mempertajam fokus dalam divisi AI mereka. Upaya ini bertujuan membantu Google tetap kompetitif dalam persaingan AI yang semakin ketat, di mana Meta dan perusahaan lain berebut talenta AI terbaik di dunia. Sementara itu, CEO Databricks, Ali Ghodsi, menyatakan bahwa kecanggihan AI masih memerlukan campur tangan manusia dalam menyelesaikan tugas-tugas penting. Meskipun AI sudah bisa memproses banyak hal secara otomatis, kita masih memerlukan kontrol dan persetujuan manusia untuk memastikan keputusan AI tepat dan bertanggung jawab. Di bidang perangkat keras, perusahaan seperti Snap berinvestasi besar-besaran untuk mengembangkan kacamata AR, memperkirakan pasar baru di masa depan yang bisa mengurangi ketergantungan pada smartphone. Dengan semua perubahan ini, persaingan di dunia teknologi semakin ketat, dan perusahaan besar harus cepat beradaptasi agar tidak tertinggal di era kecerdasan buatan.
14 Jun 2025, 02.46 WIB

Meta Investasi Rp 235.16 triliun ($14,3 Miliar) di Scale AI dan Rekrut CEO untuk Tim Superintelligence

Meta Investasi Rp 235.16 triliun ($14,3 Miliar)  di Scale AI dan Rekrut CEO untuk Tim Superintelligence
Meta membuat langkah besar dengan menginvestasikan 14,3 miliar dolar AS ke perusahaan Scale AI. Investasi ini adalah bagian dari usaha Meta untuk mengembangkan teknologi kecerdasan buatan yang lebih canggih. Dalam rangka memperkuat tim AI mereka, Meta juga berencana merekrut CEO dari Scale AI untuk bergabung di tim baru yang disebut 'superintelligence'. Langkah ini menunjukkan betapa seriusnya perusahaan seperti Meta dalam bersaing mengembangkan teknologi superintelligence yang dapat mengubah cara kita menggunakan teknologi di masa depan. Bloomberg melalui Kurt Wagner dan Caroline Hyde memberikan informasi dan analisis terkait kesepakatan besar ini sebagai bagian dari berita teknologi yang sedang berkembang. Investasi dan penggabungan CEO Scale AI ke Meta menandakan tren integrasi teknologi AI yang semakin cepat dan agresif di kalangan perusahaan teknologi besar.
13 Jun 2025, 14.12 WIB

Meta Investasi Rp 235.16 triliun ($14,3 Miliar) di Scale AI dan CEO Scale Bergabung dengan Meta

Meta Investasi Rp 235.16 triliun ($14,3 Miliar)  di Scale AI dan CEO Scale Bergabung dengan Meta
Meta mengumumkan investasi besar senilai Rp 235.16 triliun ($14,3 miliar) untuk mendapatkan hampir setengah saham Scale AI, startup yang menyediakan data penting untuk pengembangan kecerdasan buatan. Investasi ini menaikkan nilai Scale AI menjadi Rp 476.90 triliun ($29 miliar) , menunjukkan betapa pentingnya perusahaan ini di dunia teknologi AI. Alexandr Wang, salah satu pendiri dan CEO dari Scale AI, memutuskan untuk meninggalkan posisinya dan ikut bergabung dengan Meta. Ia akan membantu Meta mengembangkan teknologi AI yang lebih maju, terutama yang terkait dengan proyek kecerdasan super atau superintelligence. Scale AI tetap menjadi perusahaan yang beroperasi secara independen meskipun hampir setengah sahamnya dimiliki oleh Meta. Seorang pejabat dari Meta juga menyebutkan bahwa kerja sama ini akan meningkatkan produksi data label yang sangat diperlukan untuk melatih model AI Meta. Investasi besar ini adalah strategi Meta untuk mengejar ketertinggalannya dari pesaing seperti Google dan OpenAI, yang saat ini memimpin dalam pengembangan model AI. Meta kehilangan sejumlah staf AI berbakat tahun lalu dan berusaha untuk memperkuat tim dan teknologi mereka. Sebelumnya, Scale AI juga sudah mendapatkan investasi dari perusahaan besar lain, termasuk Amazon dan Meta sendiri, yang menunjukkan kepercayaan tinggi pasar terhadap kemampuan Scale AI dalam memproduksi data berkualitas tinggi untuk teknologi AI masa depan.
13 Jun 2025, 08.05 WIB

Meta Akuisisi Scale AI Senilai 14,3 Miliar untuk Bangun AI Super Pintar

Meta Akuisisi Scale AI Senilai 14,3 Miliar untuk Bangun AI Super Pintar
Meta menghadapi kesulitan dalam perkembangan AI setelah peluncuran model Llama 4 yang kurang memuaskan. Sebagai langkah strategis, Meta menginvestasikan 14,3 miliar dolar AS untuk mengambil hampir setengah saham Scale AI serta merekrut CEO Scale, Alexandr Wang, untuk memimpin sebuah tim AI yang baru dan ambisius. Alexandr Wang akan langsung melapor ke Mark Zuckerberg dan memimpin laboratorium AI baru di Meta yang fokus pada pembangunan teknologi superintelligence. Langkah ini diambil agar Meta dapat bersaing kembali dengan perusahaan teknologi besar lainnya seperti Google dan OpenAI yang kini lebih unggul dalam pengembangan AI. Scale AI berperan penting dalam membantu perusahaan AI besar dengan menyediakan layanan pelabelan data menggunakan tenaga kerja dari luar AS. Scale juga memiliki kontrak penting dengan pemerintah AS dan Qatar, yang memperkuat posisi mereka di pasar global AI dan memungkinkan pertumbuhan bisnis yang signifikan. Selain investasi besar tersebut, Meta juga aktif merekrut para peneliti AI terkemuka dari perusahaan rival dengan menarik mereka menggunakan paket kompensasi yang menarik. Upaya ini merupakan bagian dari strategi Meta untuk mempercepat inovasi dan mengatasi keterlambatan mereka dalam dunia AI. Meta juga berfokus pada pengembangan Meta AI sebagai pesaing ChatGPT dengan menargetkan satu miliar pengguna bulanan dan membangun kecerdasan buatan umum pada tahun 2025. Meskipun demikian, tantangan seperti penundaan rilis model terbaru dan kontroversi tetap menjadi hambatan yang harus diatasi.
12 Jun 2025, 02.16 WIB

Meta Investasi Besar di Scale AI untuk Kejar Ketertinggalan di Dunia Kecerdasan Buatan

Meta baru-baru ini melakukan investasi besar hampir Rp 246.68 triliun ($15 miliar) pada perusahaan Scale AI yang mengkhususkan diri dalam pelabelan data untuk pelatihan model kecerdasan buatan. Perusahaan ini juga mengangkat CEO Scale AI, Alexandr Wang, untuk memimpin lab superintelligensi baru dalam usaha memperkuat kapasitas riset AI mereka. Langkah ini diambil karena Meta menghadapi tantangan dalam inovasi data dan kehilangan talenta AI penting. Scale AI sendiri adalah perusahaan yang sudah dikenal di dunia AI sebagai penyedia data berkualitas tinggi yang membantu banyak lab AI besar seperti OpenAI dalam proses pelatihan model mereka. Dalam beberapa bulan terakhir, Scale AI juga mulai menggaji banyak ilmuwan PhD dan insinyur berpengalaman sebagai bagian dari usaha menyediakan data dengan kualitas terbaik untuk AI frontier. Sebelumnya, Meta diketahui pernah membuat akuisisi besar dan berisiko seperti pembelian WhatsApp dan Instagram yang sekarang menjadi bagian penting dari perusahaan. Namun, tak sedikit yang meragukan apakah investasi di Scale AI ini juga akan memberikan hasil yang sama. Model AI terbaru Meta, Llama 4, dinilai kurang kompetitif, jadi investasi baru ini dianggap sebagai strategi untuk mengejar ketertinggalan. Meski Wang dikenal sebagai sosok muda yang ambisius dan baik dalam menjalin hubungan, ia belum memiliki latar belakang riset AI mendalam seperti beberapa pemimpin lab AI terkemuka lainnya. Karena itu, Meta juga dikabarkan sedang merekrut para talenta berprofil tinggi untuk mendukung lab superintelligensi mereka agar mampu bersaing di lapangan riset yang ketat. Tantangan dalam pengumpulan data untuk pelatihan AI terus berkembang karena beberapa lab mulai menggunakan data sintetik atau mengembangkan pengumpulan data mandiri. Apabila hubungan Meta dan Scale AI membuat Scale AI tidak dapat bekerja dengan bebas untuk lab lain, hal ini bisa membuka peluang bagi perusahaan lain seperti Turing dan LM Arena. Hingga kini, hanya waktu yang akan membuktikan apakah investasi besar ini akan menguntungkan Meta atau tidak.
11 Jun 2025, 17.12 WIB

Mark Zuckerberg Ambil Alih Proyek AI Superintelligent untuk Kalahkan OpenAI

Mark Zuckerberg, CEO Meta, kini memimpin langsung sebuah proyek rahasia untuk mengembangkan AI superintelligence yang dapat melampaui kemampuan manusia. Ini menunjukkan betapa serius dan frustrasinya dia dengan kemajuan AI di perusahaannya sendiri, terutama setelah model Llama 4 dinilai lambat dan kurang memuaskan. Meta telah menggunakan AI di banyak produknya seperti Facebook, WhatsApp, dan Instagram, tapi tetap kesulitan mengikuti inovasi dari perusahaan seperti OpenAI, Microsoft, dan Google. Oleh karena itu, Zuckerberg membentuk tim khusus 50 orang yang bekerja di dekat kantor pusat Meta untuk mempercepat kemajuan AI. Tujuan utama proyek ini adalah mencapai tingkat kecerdasan buatan generik (AGI) yang dapat melakukan berbagai tugas intelektual manusia, dan akhirnya menciptakan superintelligence. Zuckerberg memanfaatkan pendanaan dari bisnis iklan besar Meta dan menjalin kerja sama dengan Scale AI, startup pelabelan data yang penting untuk pengembangan AI. Persaingan dalam bidang AI semakin ketat dengan hadirnya berbagai perusahaan teknologi besar dan startup, termasuk Anthropic, xAI, dan Apple. Kesuksesan dalam memimpin pengembangan AI ini menjadi sangat penting karena AI dapat mengancam bahkan menggantikan bisnis utama perusahaan teknologi besar di masa depan. Meskipun banyak perbedaan dalam komunitas riset AI tentang kapan AGI dan superintelligence dapat tercapai, Zuckerberg tetap yakin dan tekun memimpin Meta agar tidak hanya menjadi peserta tapi menjadi pemain dominan dalam perlombaan AI global.
11 Jun 2025, 03.26 WIB

Mark Zuckerberg Bentuk Tim Baru Demi Ciptakan AI Superintelligence di Meta

Mark Zuckerberg, CEO Meta, sedang membangun tim khusus yang terdiri dari para ahli AI untuk mengembangkan artificial general intelligence (AGI) yang bisa menyamai atau melebihi kecerdasan manusia. Ini merupakan langkah strategis untuk mengungguli perusahaan teknologi lain dalam kompetisi AI. Zuckerberg berencana merekrut sekitar 50 orang yang akan dipilih langsung olehnya. Salah satu anggota yang diincar adalah Alexandr Wang, pendiri Scale AI, setelah Meta menyelesaikan investasi besar di startup tersebut. Investasi Meta di bidang AI pada tahun 2025 mencapai hingga 65 miliar dolar AS, termasuk pembangunan pusat data raksasa untuk mendukung pengembangan teknologi ini. Meta memperkenalkan model AI terbaru bernama 'Behemoth', namun peluncurannya mengalami penundaan karena masih ada kekhawatiran terkait performa model tersebut. Sebelumnya, Meta dianggap tertinggal dibandingkan perusahaan seperti Microsoft, Google, dan OpenAI dalam pengembangan AI. Namun, upaya besar dari Meta kini mulai membantu perusahaan mengejar ketertinggalan tersebut dalam perlombaan teknologi AI yang sangat kompetitif. Selain Meta, perusahaan lain seperti OpenAI dan xAI juga aktif mengembangkan AGI dan mencari pendanaan tambahan. Persaingan membangun teknologi AI super canggih terus berlangsung, menandakan pentingnya teknologi ini bagi masa depan dunia teknologi dan bisnis.

Baca Juga

  • Persaingan Teknologi AS-China Mempengaruhi Industri Chip Global

  • Kemajuan dan Tantangan Hukum dalam Robotika AI

  • Persaingan Meningkat dalam Industri Kendaraan Listrik Otonom

  • Google Mengintegrasikan AI untuk Mengubah Pencarian Menjadi Podcast Audio dan Format Interaktif

  • Apple Menunda Upgrade AI Siri hingga Musim Semi 2026