Pomodo Logo IconPomodo Logo Icon
Tanya PomodoSemua Artikel
Semua
Pomodo
TwitterInstagram
Tentang
TeknologiKecerdasan BuatanKendaraan Listrik dan BateraiKeamanan SiberPengembangan SoftwareGadgets dan WearablePermainan Console, PC, Mobile dan VRRobotika
BisnisEkonomi MakroStartup dan KewirausahaanManajemen dan Strategi BisnisMarketing
SainsFisika dan KimiaMatematikaNeurosains and PsikologiKesehatan dan Obat-obatanIklim dan LingkunganAstronomi dan Penjelajahan Luar Angkasa
FinansialMata Uang KriptoInvestasi dan Pasar ModalPerencanaan KeuanganPerbankan dan Layanan KeuanganKebijakan Fiskal
Stories
Sains

Kemajuan Teknologi Antariksa dan Pertahanan China

Share

China terus memperkuat posisinya dalam teknologi antariksa dan pertahanan dengan berbagai inovasi terkini. Peluncuran roket yang dapat digunakan kembali, pengembangan sistem senjata laser portabel, serta adaptasi sistem operasi HarmonyOS untuk mikrosatelit menunjukkan kemajuan signifikan dalam upaya mengurangi ketergantungan pada teknologi asing dan meningkatkan kapabilitas pertahanan nasional.

24 Jun 2025, 20.00 WIB

China Akan Gunakan Helikopter Robotik untuk Ambil Batu Mars di Misi Tianwen-3

China Akan Gunakan Helikopter Robotik untuk Ambil Batu Mars di Misi Tianwen-3
China berencana meluncurkan misi Tianwen-3 yang akan membawa kembali sampel dari permukaan Mars pada tahun 2031. Misi ini dirancang untuk mencari tanda-tanda kehidupan di planet merah dengan mengumpulkan material yang berpotensi mengandung jejak biologis. Misi tersebut menggunakan inovasi gabungan antara pendarat statis dan helikopter tanpa awak. Helikopter ini dilengkapi dengan lengan robotik dan cakar untuk mengambil batuan Mars yang lebih besar dan mengangkutnya ke pendarat. Selain helikopter, Tianwen-3 juga akan memakai bor yang dipasang di pendarat untuk mengambil sampel dari kedalaman dua meter di bawah permukaan Mars. Lengan robotik juga akan dipakai untuk mengumpulkan material dari sekitar zona pendaratan. Semua sampel yang akan dibawa ke Bumi akan dianalisis di laboratorium khusus yang memiliki standar biokontainment tinggi. Hal ini penting untuk menghindari risiko kontaminasi biologis dan memastikan keamanan planet Bumi dari bahan Mars. Proyek ini menunjukkan kemajuan teknologi luar angkasa China dan kontribusinya dalam penelitian astronomi. Misi ini akan menjadi tonggak penting dalam pencarian tanda kehidupan di Mars dan eksplorasi ruang angkasa masa depan.
23 Jun 2025, 17.57 WIB

HQ-29: Sistem Pertahanan Rudal Canggih China Siap Hadapi Ancaman Luar Angkasa

HQ-29: Sistem Pertahanan Rudal Canggih China Siap Hadapi Ancaman Luar Angkasa
Sebuah video yang belum dikonfirmasi dari media sosial China memperlihatkan kendaraan peluncur yang membawa dua rudal besar, diduga sebagai sistem pertahanan rudal baru HQ-29. Sistem ini dianggap bagian penting dari perlindungan strategis China terhadap ancaman rudal dan satelit di luar atmosfer bumi. HQ-29 diyakini berfungsi sebagai interceptor fase tengah yang bisa mencegat rudal ketika sedang meluncur di luar udara, atau pada fase ekso-atmosferik. Ini sangat penting karena pada fase ini jalur rudal lebih mudah diprediksi dan risiko terhadap warga sipil lebih kecil. Sistem ini akan melengkapi dua sistem lain yaitu HQ-9 yang menjaga fase terminal dan HQ-19 yang beroperasi pada ketinggian tinggi. Dengan begitu, China membangun sistem pertahanan multilapis sepanjang lintasan terbang misil musuh. Seorang pakar militer China, Song Zhongping, memaparkan bahwa HQ-29 memiliki kemampuan setara dengan interceptor dari AS dan Rusia, serta bisa digunakan untuk operasi ganda sebagai alat anti-satelit, memperkuat kekuatan China di area ruang angkasa dan pertahanan militer. Jika HQ-29 diumumkan secara resmi pada parade militer September 2024, ini akan menjadi tanda kemajuan pesat teknologi pertahanan China dan ambisinya untuk menguasai ruang angkasa di tengah ketegangan multipolar global.
22 Jun 2025, 00.04 WIB

China Sukses Uji Sistem Operasi OpenHarmony di Satelit untuk Kemandirian Teknologi

China Sukses Uji Sistem Operasi OpenHarmony di Satelit untuk Kemandirian Teknologi
China menghadapi banyak tekanan dari negara Barat terutama Amerika Serikat yang memberlakukan sanksi teknologi. Hal ini membuat mereka kesulitan mendapat akses sistem operasi dan chip penting dari luar negeri. Untuk mengatasi masalah tersebut, China mengembangkan OpenHarmony, sebuah sistem operasi real-time buatan sendiri yang berbasis open source dan ramah ruang angkasa. Sebuah satelit kecil bernama Lianli-1 yang diluncurkan ke orbit dari stasiun luar angkasa Tiangong berhasil menguji sistem operasi OpenHarmony selama lebih dari 1.000 jam dengan hasil yang sangat positif. Satelit ini menggunakan chip buatan China dan dapat bekerja lebih cepat serta lebih stabil dibandingkan sistem operasi dan perangkat lunak sebelumnya yang masih bergantung pada teknologi luar. Tim riset dari Universitas Teknologi Dalian memimpin proyek ini. Mereka menerapkan OpenHarmony pada tiga subsistem penting satelit yaitu magnetometer, sensor matahari, dan unit sikap. Setelah upgrade sistem, respons satelit terhadap perintah bisa terjadi hanya dalam dua mikrodetik, sangat meningkatkan kecepatan dan akurasi komunikasi data serta operasi satelit. Keberhasilan ini menunjukkan bahwa gabungan antara sistem operasi dan chip hasil produksi dalam negeri sangat memungkinkan untuk mewujudkan kemandirian dalam pengembangan satelit. Bahkan, China telah menetapkan standar teknis nasional untuk penggunaan OpenHarmony di satelit kecil, yang sudah mulai diadopsi dalam berbagai proyek komersial dan riset di seluruh negeri. Sebelumnya, China banyak menggunakan sistem operasi seperti FreeRTOS yang gratis tapi bergantung pada chip asing. Ketika akses chip tersebut dibatasi, perkembangan satelit jadi terhambat. Dengan OpenHarmony dan chip domestik, masalah itu bisa diatasi, mendorong kemajuan teknologi satelit China serta mengurangi dampak sanksi teknologi dari luar negeri.
21 Jun 2025, 19.00 WIB

Sistem Operasi Buatan Cina Percepat dan Stabilkan Satelit Mikro di Luar Angkasa

Sistem Operasi Buatan Cina Percepat dan Stabilkan Satelit Mikro di Luar Angkasa
China telah berhasil menguji operasi sistem baru bernama OpenHarmony di satelit kecil yang disebut Dalian-1 Lianli CubeSat. Sistem ini dibuat dari teknologi dalam negeri untuk mengurangi ketergantungan pada perangkat lunak asing. Satelit kecil ini sangat penting untuk pengembangan teknologi luar angkasa terutama untuk misi massa kecil di masa depan. OpenHarmony adalah versi ringan dari sistem operasi yang dikembangkan oleh Huawei dan sumber terbuka untuk dipakai pada perangkat berteknologi tinggi. Sistem ini dapat membuat proses data di satelit berjalan lebih cepat dan lebih stabil dibandingkan sistem sebelumnya yang menggunakan software asing atau firmware sederhana. Pengujian dilakukan selama lebih dari 1.000 jam di dalam orbit luar angkasa setelah satelit kecil itu diluncurkan dari Stasiun Luar Angkasa Tiangong. Satelit ini menggunakan chip yang diproduksi secara domestik sehingga menciptakan solusi perangkat keras dan lunak sepenuhnya dalam negeri. Selain keberhasilan teknis, tim peneliti juga mengajukan standar nasional untuk penggunaan OpenHarmony pada satelit kecil agar bisa mengadopsi teknologi ini secara lebih luas di masa depan. Penerapan standar ini sudah mulai terlihat di berbagai misi komersial dan penelitian satelit di China. Penelitian ini menunjukkan langkah besar China dalam mengembangkan teknologi satelit mandiri yang lebih canggih dan handal. Dengan sistem operasi buatan dalam negeri, China optimis dapat meningkatkan kinerja satelit kecil dan memperkuat posisi dalam teknologi luar angkasa global.
20 Jun 2025, 18.31 WIB

Landspace Berhasil Uji Static Fire Roket Zhuque-3 Menuju Peluncuran Orbit

Landspace Berhasil Uji Static Fire Roket Zhuque-3 Menuju Peluncuran Orbit
Landspace, sebuah startup roket dari Cina, baru saja berhasil melakukan uji static fire untuk roket baru mereka yang bernama Zhuque-3. Uji ini penting karena menjadi tanda awal kesiapan roket untuk peluncuran orbit penuh di masa depan. Dalam uji ini, mesin roket dihidupkan dan diuji sambil roket tetap berada di tanah agar aman. Roket Zhuque-3 menggunakan mesin terbaru bernama Tianque-12A yang memakai bahan bakar metana dan oksigen cair. Mesin-mesin ini menyala selama 45 detik dan menghasilkan dorongan yang sangat kuat, menandakan sistem roket berfungsi dengan baik. Uji ini menjadi bekal kuat untuk peluncuran pertama yang direncanakan pada kuartal tiga tahun ini. Peluncuran pertama Zhuque-3 nanti akan membawa sebuah pesawat kargo prototipe bernama Haolong yang dibuat oleh perusahaan aviasi besar China. Landspace juga sudah melakukan pengujian dengan menerbangkan dan mendaratkan tahap pertama roket pada ketinggian 10 kilometer sebelumnya sehingga mereka siap untuk pengujian lebih lanjut yang melibatkan pendaratan ulang roket. Kesuksesan uji static fire ini sangat penting karena beberapa startup lain, termasuk Space Pioneer, pernah mengalami kegagalan besar saat uji mesin roket. Landspace menunjukkan bahwa mereka telah memperbaiki banyak hal dan melakukan persiapan dengan matang sebelum melakukan penerbangan penuh orbital yang menandai kemajuan teknologi roket reusable di China. Roket Zhuque-3 juga dilengkapi dengan bahan material baja tahan karat dan memiliki berat sekitar 570 ton serta panjang mencapai 66 meter. Ini menegaskan usaha China dalam mengembangkan teknologi roket reusable yang efisien dan bisa digunakan kembali seperti yang dilakukan oleh SpaceX di Amerika Serikat.

Baca Juga

  • Obat Obesitas Menunjukkan Potensi dalam Mengobati Migrain

  • Kemajuan Teknologi Antariksa dan Pertahanan China

  • Terobosan Hidrogen Hijau dan Energi Terbarukan

  • Ilmuwan Prediksi Kiamat yang Akan Datang di Indonesia

  • Kemajuan Tiongkok dalam Teknologi Senjata Laser dan Nuklir