Fokus
Sains

Kemajuan dalam Sistem Deteksi dan Prediksi Gempa Bumi dan Tsunami

Share

Ilmuwan di Indonesia dan Kanada mengungkapkan kemajuan terbaru dalam pemetaan dan prediksi gempa bumi serta tsunami, termasuk penemuan patahan tersembunyi dan prediksi jadwal megathrust yang dapat membantu dalam mitigasi bencana dan kesiapsiagaan masyarakat.

19 Agt 2025, 21.31 WIB

Simulasi Gempa Superkomputer EQSIM Ungkap Risiko dan Kerusakan Infrastruktur

Simulasi Gempa Superkomputer EQSIM Ungkap Risiko dan Kerusakan Infrastruktur
Peneliti kini menggunakan superkomputer tercanggih untuk memprediksi bagaimana gempa bumi terjadi dan skala kerusakan yang mungkin ditimbulkan. Dipimpin oleh David McCallen, tim dari Lawrence Berkeley dan Oak Ridge National Laboratories mengembangkan simulasi gempa paling inovatif yang disebut EQSIM. Simulasi ini memungkinkan pemodelan gelombang seismik dengan sangat detail, sehingga membantu memahami interaksi gempa dengan kondisi geologi dan infrastruktur penting. Sebelumnya, simulasi gempa terbatas oleh daya komputasi yang rendah sehingga hanya bisa menggunakan data kasar. Dengan hadirnya Exascale Computing Project dan superkomputer Frontier yang sangat cepat, tim dapat menciptakan model gempa khusus untuk wilayah yang berbeda, termasuk Teluk San Francisco, Los Angeles, dan kawasan New Madrid. Simulasi ini juga memperlihatkan bagaimana gelombang getaran gempa bisa diperkuat atau diredam oleh tanah, pegunungan, dan lembah. Penemuan menarik dari EQSIM menunjukkan bahwa gempa kecil bisa saja menyebabkan lebih banyak kerusakan dibanding gempa besar, tergantung pada tiga faktor utama yaitu jenis patahan, komposisi tanah, dan topografi permukaan. Dengan mengetahui pola gelombang seismik, para ilmuwan dapat menilai kerentanan bangunan dan jaringan energi agar persiapan mitigasi bisa lebih matang sebelum bencana datang. Simulasi yang dilakukan memakan waktu fisik sekitar 90 detik dengan hasil data yang sangat besar, mencapai 3 petabytes untuk setiap skenario. Data ini setara dengan 750 ribu film panjang atau 1,5 triliun halaman teks. Hal ini memungkinkan pemerintah dan badan terkait untuk memperoleh informasi komprehensif tentang potensi gempa hingga magnitude 7,5 di zona-zona patahan kritis, meningkatkan kesiapsiagaan dan respons bencana. Penelitian ini didukung oleh Departemen Energi Amerika Serikat melalui kantor khusus yang fokus pada keamanan siber, keamanan energi, dan respons darurat. Dengan memanfaatkan teknologi superkomputer dan kecanggihan simulasi EQSIM, diharapkan masa depan mitigasi gempa akan lebih efektif, menekan angka kerusakan dan korban jiwa serta membuat infrastruktur lebih tahan gempa.
16 Agt 2025, 11.07 WIB

Patahan Tintina di Yukon Bisa Picu Gempa Besar Lebih dari Magnitudo 7,5

Patahan Tintina di Yukon Bisa Picu Gempa Besar Lebih dari Magnitudo 7,5
Ilmuwan dari University of Victoria di Kanada mempelajari patahan Tintina yang membentang sepanjang 997.79 km (620 mil) di Yukon dan menemukan bahwa patahan ini masih aktif, meskipun sebelumnya dianggap dorman selama 40 juta tahun. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data pemetaan resolusi tinggi dari satelit, pesawat, dan drone untuk melihat tanda-tanda pergeseran terbaru di lapisan bumi. Mereka menemukan bahwa sebuah bagian sepanjang 128.75 km (80 mil) dekat Dawson City menunjukkan bukti pergeseran yang terjadi selama dua juta tahun terakhir, dengan beberapa formasi batuan bergeser hingga 3.280 kaki. Namun, sejak 12.000 tahun terakhir belum terjadi gempa besar yang bisa memecah formasi tanah tersebut, menunjukkan patahan sedang menumpuk tenaga potensi bencana. Strain pada patahan itu menumpuk dengan kecepatan sekitar 0,03 inci per tahun, yang berarti dalam 12.000 tahun terakhir telah menumpuk sekitar 20 kaki strain. Meski demikian, gempa kecil dengan magnitudo 3 sampai 4 pernah terdeteksi, tetapi belum ada indikasi jelas patahan akan segera melepaskan energi dahsyat. Model risiko gempa nasional Kanada saat ini tidak mencantumkan patahan Tintina sebagai sumber gempa besar, namun setelah penelitian ini, model tersebut akan diperbarui. Hal ini penting untuk memperbaiki kode bangunan dan strategi mitigasi bencana agar masyarakat bisa lebih siap menghadapi kemungkinan gempa besar di masa depan. Studi ini juga akan dibagikan ke pemerintah lokal dan manajemen darurat untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan perlindungan komunitas. Dengan keberadaan patahan aktif yang tersembunyi ini, Kanada kini harus lebih waspada dan memperhatikan risiko gempa di wilayah utaranya.
16 Agt 2025, 08.30 WIB

Waspada Megathrust Selatan Jawa: Potensi Gempa Besar dan Tsunami hingga Jakarta

Waspada Megathrust Selatan Jawa: Potensi Gempa Besar dan Tsunami hingga Jakarta
Indonesia terletak di jalur Cincin Api Pasifik yang dikenal memiliki banyak segmen Megathrust, yaitu tempat terjadinya pergerakan besar lempeng tektonik yang dapat memicu gempa bumi hebat dan tsunami. Salah satu segmen yang paling berbahaya adalah di Selatan Jawa yang dampaknya bisa menjalar hingga wilayah pesisir seperti Selat Sunda, Banten, Lampung, bahkan Jakarta. Energi yang terkunci di zona subduksi Selatan Jawa terus bertambah sehingga suatu saat akan dilepaskan secara mendadak dalam bentuk gempa bumi besar dengan magnitudo diperkirakan mencapai 8,7. Gempa ini dapat mengakibatkan gelombang tsunami tinggi hingga 20 meter yang akan menyebar ke berbagai wilayah pesisir di pulau Jawa dan sekitarnya. Peneliti dari Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN, Nuraini Rahma Hanifa, menjelaskan bahwa tsunami yang dihasilkan dari Megathrust ini akan berada di kisaran 4 sampai 8 meter di wilayah pesisir Banten dan seluruh pesisir Lampung yang menghadap Selat Sunda akan terkena dampak tsunami tersebut. Untuk wilayah Jakarta, khususnya pesisir utara, tsunami diperkirakan akan mencapai ketinggian 1 hingga 1,8 meter dan diprediksi tiba dalam waktu sekitar 2,5 jam setelah terjadinya gempa. Wilayah pesisir selatan Jawa akan terkena lebih cepat sekitar 40 menit, sementara daerah seperti Lebak bahkan lebih cepat lagi sekitar 18 menit. BRIN dan para ahli mengimbau masyarakat Indonesia, terutama yang tinggal di wilayah rawan bencana, untuk tetap waspada dan meningkatkan kesiapsiagaan karena dampak gempa dan tsunami Megathrust sangat besar, meliputi kerusakan infrastruktur, korban jiwa, hingga gangguan layanan dasar.