
Para ilmuwan dari Guangzhou Medical University di China berhasil melakukan transplantasi paru-paru babi yang telah dimodifikasi secara genetik ke seorang pria berumur 39 tahun yang meninggal otak. Paru-paru babi tersebut berfungsi selama sembilan hari dengan kemampuan mengoksigenasi darah dan menghilangkan karbon dioksida tanpa penolakan akut.
Xenotransplantasi, yaitu penggunaan organ hewan seperti babi untuk transplantasi ke manusia, adalah bidang yang menjanjikan untuk mengatasi kekurangan organ, karena saat ini hanya sekitar 10% kebutuhan transplant organ manusia yang dapat terpenuhi. Namun, transplantasi paru-paru merupakan tantangan besar karena memiliki sistem imunitas yang lebih reaktif.
Paru-paru babi dimodifikasi secara genetik menggunakan teknologi CRISPR, dengan tiga gen babi dimatikan untuk mengurangi penolakan, dan tiga gen manusia ditambahkan untuk mencegah penggumpalan darah. Namun, setelah 24 jam transplantasi, paru-paru mengalami kerusakan dan pertumbuhan cairan, serta penolakan antibodi yang meningkat sampai hari ke-9.
Kondisi pasien yang sudah meninggal otak membuat hasil penelitian sulit dianalisis secara pasti karena peradangan tubuh yang dipicu oleh kematian otak dapat mempengaruhi respon imunitas terhadap organ baru. Para ahli mengingatkan bahwa transplantasi ini masih jauh dari penggunaan klinis luas dan perlu lebih banyak penelitian.
Selain xenotransplantasi, metode lain yang sedang dikembangkan untuk mengatasi kekurangan organ termasuk menggunakan sel punca untuk memperbaiki organ pendonor dan menumbuhkan organ manusia dalam hewan seperti babi atau domba. Penelitian ini merupakan langkah kecil yang penting dalam perjalanan panjang menciptakan solusi bagi krisis organ.