
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa peningkatan oksigen di laut dalam pada masa Devon Tengah, sekitar 393-382 juta tahun lalu, membuka habitat baru bagi vertebrata bersirip rahang dan makhluk lainnya. Studi ini mengaitkan lonjakan oksigen permanen dengan ledakan biodiversitas yang terlihat dalam catatan fosil, terutama di kedalaman laut sepanjang pinggiran benua kuno.
Sebelumnya, para ilmuwan berdebat apakah oksigenasi laut dalam terjadi sekali pada awal Paleozoikum, atau dalam beberapa tahap. Penelitian ini menemukan dua tahap oksigenasi: satu terjadi singkat saat periode Kambrium, dan kedua, yang permanen, di masa Devon Tengah. Tahap kedua ini bertepatan dengan revolusi laut mid-Paleozoikum yang melibatkan perubahan ekosistem dan ukuran tubuh hewan.
Peningkatan oksigen secara permanen di lingkungan laut dalam memungkinkan ikan berjaws dan kelompok lain muncul dan berkembang, yang sebelumnya terhalang oleh kondisi kekurangan oksigen. Selain itu, penyebaran tumbuhan berkayu di darat meningkatkan oksigen atmosfer, yang juga memperkaya oksigen laut dalam, menghubungkan inovasi di darat dengan evolusi di laut.
Untuk menentukan sejarah oksigen laut dalam, tim menggunakan isotop selenium dari batuan laut yang terbentuk di sekitar 252 hingga 541 juta tahun lalu. Variasi rasio isotop selenium menandakan tingkat oksigen yang cukup untuk mendukung kehidupan hewan, menunjukkan perbedaan jelas antara dua peristiwa oksigenasi tersebut dalam data fosil yang dianalisis.
Temuan ini juga memberikan peringatan penting bagi kondisi laut modern, yang meskipun berimbang dengan atmosfer, menghadapi zona mati akibat aktivitas manusia seperti pemborosan nutrisi. Studi ini menekankan hubungan kuat antara oksigen dan kehidupan laut, dan perlunya melindungi keseimbangan ini agar ekosistem laut dalam tetap lestari.